[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------
DorrDorr
Dorr
"Udah cukup untuk latihanya kali ini, kamu bisa istirahat!" Ali mengangguk pelan dan membuka sarung tangan yang ia gunakan.
Hari sabtu yang seharusnya ia habiskan dengan santai-santai atau sekedar mengajak Rena pergi kini harus ia tunda dan di gantikan oleh latihan menembak.
"Bagus... meski pun kamu pemula tapi bakat kamu luar biasa" Ali menoleh ke arah samping ketika mendengar perkataan Ridwan yang tengah memakai seragam khususnya.
"Ini juga berkat om yang mau ajarin Ali dengan sabarnya, padahal menurut Ali ini susah baget dan dari tadi harus ngulang lagi ngulang lagi"
"Itu wajar sebagi orang yang baru pegang pistol kaya kamu, tapi malahan orang lain itu lebih susah tangkep dan harus ngulang lagi sampai beberapa minggu baru bisa pegang pistol dengan baik" jelas Ridwan menatap orang-orang yang hilir mudik dengan pakaian yang sama dengan yang ia gunakan.
Ali terkekeh baru kali ini ia memegang sebuah benda yang keramat.
"Berarti Ali cerdas ya om bisa mainin kaya ginian?!"
Ridwan ikut terkekeh namun lebih ke sebuah tawa yang ia kelurkan. "Bisa dibilang seperti itu, gak salah emang darah yang ngalir dalam diri kamu itu gak patut untuk di ragukan!"
Ali mengerti ia pun mengakuinya, papah dan mamahnya termasuk kedalam orang-orang yang pintar dan cerdas. Satu yang Ali ketahui juga urusan untuk mudah menagkap dan meyerap apa yang orang lain ajarkan padanya itu semua berasal dari darah ayahnya.
Lelaki itu tersenyum tipis.
"Hemmm, apa lagi Ali tau kalau kakek paling pinter main ginian,"
Ridwan menghela nafasnya pelan "iya, dan bakat itu turun sama om" ia menoleh mendapati Ali yang menatapnya kosong.
"Ali emang mungkin gak tau banyak tentang kakek tapi karena om sering cerita tentang kakek Ali bisa bayangin sosok dia yang sebenarnya seperti apa" kata Ali menatap bidikan panah yang tak jauh darinya.
"Ngomong-ngomong om juga punya temen lain kan?, selain om Jusuf, lebih tepatnya temen yang dekat banget yang waktu itu pernah om ceritain sama Ali." Ali menatap Ridwan untuk memberitahu nya lebih jauh lagi.
Ali yakin lelaki itu lebih bisa dari Ridwan buktinya Ridwan selalu memuji temannya itu.
"Hmmm iya, di tinggal satu komplek sama om, cuma orang-orang gak tau kalau dia punya pekerjaan lain selain menjadi seorang CEO"
"Wett, buknya orang-orang juga gak ada yang tau om kerja kaya gini?!" hera Ali membuat Ridwan terkekeh. Menjadi agen rahasia negara memang gampang-gampang susah.
"Haduhh om udah tua jadi mulai lupaan gini hahahahha" Ali menggeleng tak habis pikir.
***
"Bun Prilly berangkat dulu ya!"
"Loh mau kemana?!" tanya bunda Ully menatap putrinya yang berada di ambang pintu dapur.
"Mau jalan-jalan aja sih ke depan, gak jauh kok!" gadis itu berjalan menghampiri bunda Ully yang tengah membuat sebuah kue kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Alone
Teen Fiction_Terimakasih telah hadir walau dengan membawa luka, tapi setidaknya kamu tidak pergi dan tidak membuatku sendiri di saat Tuhan lebih menyayangi mereka_ Prilly Latuconsina Aliando Syarief I'am Not Alone