[Tandai jika ada typo]
---------------------------
-----------
Happy reading
-----------Saat ini aku benar-benar kalah, ya, kalah mengendalikan rasa yang aku rasakan saat ini
~Prilly"Kau yang lebih payah berengsek." Ali bergumam penuh makna ketika dirinya melihat Lean yang telah hilang bersama kabut asap.
Prilly ikut tersenyum tipis mengerti akan gumaman lelaki itu.
"Balik ke kantor!" instruksi Advent berteriak.
Semua bergegas memasuki mobil masing-masing, begitu pun dengan agen lain yang bersembunyi di semak-semak.
"Tugas kita belum selsai, untuk itu kita perlu menyusun rencana yang matang" Advent bersuara saat beberapa anggota agen berkumpul sebelum kembali ke kantor.
"Mungkin kita harus ke gedung utama untuk membicarakannya" Ridwan meyahut, menatap mereka satu persatu.
Advent, Ridwan dan Rizal merupakan agen inti hanya saja Ridwan sebagai agen FBI sementara Advent dan Rizal agen CIA.
Ali, Prilly dan Andrean menyimak pembicaraan ketiganya.
"Apa semua harus ikut ke gedung utama?" Prilly bertanya menatap ketiga pria paruh baya itu.
Gadis itu berdiri di samping Ali yang hanya diam menyimak. Tatapanya dingin tidak seperti biasanya. Sesekali Prilly melirik dengan ekor matanya.
Lelaki itu sempat tertembak pistol si berengsek Lean, namun tampaknya Ali baik-baik saja.
"Tidak perlu, kita hanya butuh beberapa agen FBI dan CIA," jawab Ridwan.
"Baiklah, ayo berangkat untuk mempersingkat waktu. Sepertinya nanti malam kita akan tertidur dengan lelap!" kata Ridwan yang diberikan kekehan oleh yang lain.
Semua berjalan menuju mobil masing-masing untuk bergegas menuju gedung utama tempat perkumpulan antara agen FBI dan CIA.
"Prill!" pangil Ali sebelum gadis itu memasuki mobilnya bersama ayah dan abangnya.
Prilly menoleh. "Kenapa Li?" tanya Prilly menghampiri lelaki itu yang masih di tempat semula.
"Apa setelah kumpul kamu sibuk?"
Prilly sedikit mengerjap kecil. "Enggak, mungkin aku langsung tidur. Emang kenapa?" Ali berdehem.
"Aku liat ini belum terlalu malem, gimana kalau kita jalan-jalan untuk liat kota Paris saat malam,"
"Ide bagus. Boleh deh!" Prilly tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Oke, ayo kita harus bergabung dengan mereka. Good night sayang!"
Prilly merasakan sport jantung secara tiba-tiba. Sial ini bukan saat nya untuk berolahraga!
Ali berlalu menuju Ridwan yang mungkin sudah menunggu, tapi sebelum itu dirinya mengecup kening Prilly dan mengacak-ngacak rambut gadis itu.
Tolong siapa pun bantu dia untuk menggali tanah!
Mungkin malam ini akan terasa panjang untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Alone
Fiksi Remaja_Terimakasih telah hadir walau dengan membawa luka, tapi setidaknya kamu tidak pergi dan tidak membuatku sendiri di saat Tuhan lebih menyayangi mereka_ Prilly Latuconsina Aliando Syarief I'am Not Alone