38

5.2K 549 8
                                    

So kyung mendekati Tia yang sudah terluka parah, matanya menyorot setiap luka yang terbuka di tubuhnya. "Maafkan kami yang terlambat.." lirihnya.

Tia mengulum senyum, "aku bisa beregenerasi lebih baik dari kalian, luka seperti ini bukanlah tandingan untukku."

"Apa kau ingin aku obati ini terlebih dahulu? Monster itu bisa di tahan oleh yang lain."

Tia melihat ke arah mereka, matanya tetap menyorot tajam ke monster manusia sialan itu. "Tidak. Tak perlu, ada urusan yang harus aku selesaikan. Kalian urus saja monster laba laba itu, monster satunya lagi biar aku saja yang melawannya." Saat mengatakan itu Tia mengeluarkan aura yang sangat mengerikan bahkan so kyung disebelahnya merasa sedikit ketakutan ketika melihat sorot matanya yang ingin membunuh.

Steven menahan setiap serangan laba laba tersebut, berbeda dengan Tia meski sudah dibantu mereka kesulitan menangkis semua serangan kakinya.

"Awas!" Tiba tiba saja so kyung berteriak dan mendekati mereka berdua yang sedang melawan monster tersebut.

So kyung mengisyiratakan bahwa mereka berdua harus membantunya dengan cara mengadahkan kedua tangan mereka. Tidak mengerti sepenuhnya tapi mereka tetap melakukannya, ketika sudah dekat dengan tumpuan tangan mereka so kyung melompat menerjang laba laba itu.

Tapi sihir penghalang berhasil menghalau serangannya.

"Biar aku yang urus." Tia datang dengan pedang darahnya dan menebas monster manusia tersebut, bukannya merasa terancam ia malah tertawa.

"Kalahkan aku, anggap saja ini adalah balas dendam untuk sahabatmu bukan?" Ucapnya meremehkan.

"Hah.. aku tak pernah bermain main dalam balas dendam." Entah mengapa saat itu Tia terlihat seperti orang yang berbeda.

Tia menebas serta menahan semua serangannya, kecepatan dan ketepatan yang dihasilkannya sukses mambuat yang lainnya terpukau. Keahlian berpedang Tia tak bisa diremehkan sama sekali.

"Jangan bengong! Kita juga harus bisa mengalahkannya sendiri!" Seru Angelica yang sudah mengaktifkan sihir nya, dengan pedang yang di selimuti sihir ia mencoba menghancurkan penghalang.

So kyung yang melihat itu ikut membantu Angelica. "Jangan seperti itu, itu tak ada gunanya!" Rudolf datang dengan senapan di tangannya.

Tak jauh darinya Sernia juga sudah memegang pedangnya.

"Ikuti aba aba ku, saat aku menembak kalian segera menebas penghalang tersebut bergiliran di tempat yang sama." Ucapnya menjelaskan.

Dan setelah itu sebuah peluru diluncurkan dan menghantam dinding penghalang. Mengikuti instruksi Rudolf Angelica dan so kyung menebas penghalang tersebut secara bergantian.

Yang terjadi selanjutnya adalah serangan itu efektif membuat lubang sedikit pada penghalangnya. Tak menyia-nyiakan hal tersebut kuro dengan cepat masuk ke dalam dan menyerang salah satu kaki laba laba tersebut, merasa terancam laba laba itu memutar yang mengakibatkan mereka berlima terpental.

Tia yang melihat itu mengarahkan pandangannya ke mereka berlima. "Jangan alihkan pandanganmu." Dengan gesit monster itu sudah berada di depan Tia.

Kecepatan menangkis Tia mendadak meningkat berpuluh puluh kali lipat. Ia menangkis serangan cepat dari musuh di depannya itu.

"Kau ini merepotkan." Tia mendorong nya pedangnya, ia melompat ke belakang dan melebarkan sayapnya yang sudah rusak.

"Sayap itu sudah rusak, tak ada gunanya."

"Jangan menilai sesuatu dari luarnya." Tiba tiba sayap itu terbelah menjadi kepingan kepingan kecil yang diluncurkan ke Tia. Dengan jumlah yang banyak membuat Tia sedikit sulit menangkisnya.

bodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang