53

4.4K 388 1
                                    

Pagi pagi buta seluruh dunia dikejutkan oleh langit yang berwarna menghitam sangat gelap. Tia dan sesisi gedung PION segera meneliti fenomena tersebut.

"Tia san!" Ucap Tiffany dengan sedikit gemetaran.

"Kenapa?" Tanya Tia cepat.

"Fenomena ini... Aku tak begitu mengerti tapi aku pikir kita akan kedatangan bahaya yang sangat besar. Ruang waktu di dunia ini menjadi tidak stabil, sesuatu mengacaukannya dan itu.."

"Adalah monster." Balas Tia.

"Mereka ingin membuka paksa ruang waktu antara dunia mereka dan kita secara menyeluruh."

Tia terdiam sesaat lalu segera berbalik. "Kita akan bertarung." Tia mengambil jaketnya dan mengenakannya.

"Segera kabarkan kepada seluruh pemerintah negara, kita akan bersiaga. Perintahkan juga untuk segera mengevakuasi para warga ke tempat yang aman."

"Tiffany persiapkan bom tersebut, keduanya."

"Yang lainnya akan aku bagi untuk bertugas di negara negara lain. Aku akan pergi ke tempat penguasa mereka berada."

"Sekarang, laksanakan." Mendengar perintahnya yang tegas semua segera bergerak sesuai apa yang Tia katakan.

Selagi masih ada beberapa waktu Tia menggunakan kemampuan berteleportasinya ke tempat BTS.

Kehadiran Tia membuat mereka sedikit terkejut, Tia datang menggunakan pakaian hitam hitam seperti biasa namun dengan aura yang sedikit berbeda.

"Hallo.." sapanya tersenyum sedangkan mereka masih terkejut.

"Segera pergi ke tempat yang aman, mungkin ini adalah pertarungan terakhir? Aku tak tahu. Tapi kalian harus berlindung sekarang juga." Lanjutnya.

"Apa kau bertarung di garis depan?" Tanya Jungkook.

"Tentu saja. Aku adalah pemimpin." Ucapnya.

"Tenang saja, aku akan kembali dengan selamat. Ketika aku kembali mari menikah Taehyung." Ujarnya sembari mengerlingkan satu matanya.

Sementara itu pipi Taehyung memerah.

"Kau hati hati.." tiba tiba saja soyeon datang dengan wajah cemasnya.

Tia menoleh dan mendapati sosok wanita paruh baya menatapnya sangat khawatir.

"Tentu saja, tak usah mengkhawatirkan aku, jagalah kesehatan eomma." Ketika ia mengatakan eomma kepada soyeon, soyeon meneteskan air matanya.

Dan dengan kecepatan kilat Tia menghapus air matanya dan memeluknya erat. Setelah itu ia lepaskan sembari tersenyum, "aku akan pergi." Dan ia menghilang secepat ia datang.

•••

Seluruh warga segera diamankan ke tempat evakuasi, masing masing daerah sudah menyiapkan tentara untuk melawan. Masing masing daerah juga sudah ada perwakilan dari PION. Tia sudah menyiapkan segalanya, mentalnya begitupula fisiknya.

Dan ketika itu sebuah retakan besar membelah langit menjadi dua. Ratusan monster turun ke bumi layaknya air hujan. Semua sudah menyiapkan senjata begitupula Tia, dengan pedang darahnya ia sudah menyodorkannya keatas menandakan bahwa penyerangan bisa dilakukan sekarang.

Sesuai dengan formasi, tim penembak segera menembaki ratusan monster itu di atas langit, berhasil membunuh sebagian dari mereka monster monster itu mulai menginjakan kaki di bumi dan mulai menyerang.

Dibalik ratusan monster itu terdapat satu sosok monster yang sedikit berbeda dan Tia menyadari hal itu.

"Itu pemimpin nya.." gumamnya.

"Aku akan pergi, kalian tetap berjaga disini." Ucap Tia kepada mereka, saat itu disebelahnya terdapat angel. Dia meminta angel untuk menjaga kota Seoul menggantikan Tia yang akan maju menyerang pemimpin mereka.

Setelah itu dia berteleportasi menuju tempat terdekat darinya, dengan jarak yang dekat itu banyak monster yang seakan akan sudah menunggu kehadirannya. Dia mengambil pedangnya, matanya seketika berwarna merah. Tia yang biasanya berada dalam mode ini merupakan mode terkuatnya. Ketika seluruh kekuatan sihirnya bergerak stabil sesuai perintahnya maka matanya akan berwarna merah.

Dia menebas setiap monster yang datang menghalanginya, dengan ketangkasan serta kecepatan luar biasa dia mencapai ketempat pemimpin mereka.

Bagaikan sudah menunggunya, pemimpin itu tersenyum miring meremehkan.

Penampilannya jauh dari apa yang ia bayangkan, dia terlihat seperti sudah tua bahkan sangat tua. Seluruh tubuhnya yang keriput serta warna kulit yang sangat pucat membuatnya terlihat mengenaskan.

"Apa kau bercanda?" Tanya Tia.

Alasan mengapa Tia mengatakan itu adalah didepannya ia tak bisa merasakan kekuatan sama sekali. Bahkan tanda tanda sihir pun tak ada di dirinya. Bukan karena dia menyembunyikannya tapi dia memang benar benar tidak memiliki sihir apapun di tubuhnya.

"Sangat disayangkan ya? Kau bertemu denganku ketika aku sudah berada di ujung usia seperti ini." Ia menatap Tia dan ketika matanya terbuka yang Tia lihat hanyalah pupil berwarna putih layaknya seorang manusia yang buta.

Ada yang janggal... "Monster tak bisa mati." Ucap Tia.

Dia hanya tertawa renyah layaknya seorang nenek nenek. "Yang bilang aku monster siapa?"

Deg!

"Aku adalah manusia yang bisa menua sama sepertimu." Lanjutnya.

Kenyataan yang diucapkan olehnya sangatlah tidak masuk akal, seorang manusia yang hidup sebagai pemimpin para monster?

"Terkejut ya? Aku bisa merasakan ekspresimu. Tak usah terkejut, aku ini memang special."

"Kau bisa membunuhku sekarang."

Tia mengerutkan keningnya, apakah ini jebakan? Atau apakah ada pemimpin lainnya di suatu tempat?

"Hanya aku yang bisa memimpin mereka."

"Bunuh saja aku, kita lihat apa yang akan terjadi." Lanjutnya dengan nada menantang tapi Tia masih terdiam di posisinya ia masih belum tahu bahwa perkataannya itu sebuah jebakan atau bukan.

Namun ketika Tia berfikir sebuah kilatan cahaya pedang berhasil memenggal kepala pemimpin monster tersebut.

Tia terkejut dan menatap ke arah pengguna pedang tersebut, "akhirnya mati juga!" Serunya dan itu adalah angel.

Tia terkejut sampai tak bisa mengatakan apapun.

"Kenapa Tia san? Bukankah seharusnya sedari tadi Tia san melakukan itu? Kenap-" belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya sesuatu terjadi di atas mereka.

Langit yang tadinya berwarna hitam berubah menjadi merah darah. Dan warna merah itu pelan pelan menyebar ke seluruh dunia.

"Gawat!" Retakan tersebut membesar dan dunia monster dengan bumi akan bertabrakan sebentar lagi. Mereka harus cepat cepat menutup retakan tersebut sebelum semuanya berakhir.

Pemimpin monster itu licik. Ia sengaja melakukan itu agar dibunuh karena pada dasarnya dia sudah mensetting jika ia mati maka dunia monster akan bergerak untuk menubruk bumi.

"Tiffany siapkan bom nya!" Seru Tia lewat telepati.

"Kita akan bergerak lebih cepat!"





-TBC-

bodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang