Bitterness Bagian 7

1.6K 63 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana Checilya harus menjalani kemoterapi pertamanya, Checil gugup dan cemas. Ia takut jika nanti ia tak bisa menahan rasa sakit yang Checil sendiri tak tahu bagaimana rasanya, tapi Checil selalu yakin bahwa tak ada rasa sakit yang paling menyakitkan kecuali Penyakit itu sendiri.

Checil menatap jendela, disana terdapat pemandangan dari mobil yang berlalu lalang, orang yang berjalan kaki dan langit yang tampak cerah membuatnya menjadi lebih baik dari pada mendung. Akhirnya Checil tersenyum dibalik bibir pucatnya itu, walau tipis tapi senyuman itu lembut, nyaman dan sangat tulus. Dari senyuman itu sudah terlihat bahwa Checil siap menjalani apa yang akan terjadi dan Checil akan tetap kuat karena ia yakin mom dan dad akan kembali menyayangi nya seperti dulu

Tiba-tiba pintu terbuka perlahan, menampakkan sosok yang pernah Checil lihat sebelumnya, senyuman yang selalu Checil kenal dan Checil membalas senyuman itu lalu berkata

"Ka Aera, apakah kemoterapi nya akan dilaksanakan sekarang. Suster sudah menyiapkan semuanya, aku pun sudah siap"ucap Checil sambil tersenyum manis

"Akhirnya, Ka Aera bahagia banget, karna kamu sudah mau melakukan nya. Ka Aera percaya kamu pasti kuat, karna rasa sakitnya kamu pasti bisa menahannya. Ka Aera janji akan selalu ada di samping kamu sampai efek samping nya menghilang perlahan, maaf jika rambut indah kamu harus menjadi korban efek samping kemoterapi nya"ucap Aera sambil tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca

"Gapapa, aku pasti bisa. Ayo ka aku sudah siap"ucap Checil sambil tersenyum penuh harapan

"Baiklah ayo, lagipula Dokter Abrisam sudah menunggu"ucap ka Aera sambil tersenyum dan setelah itu menatap suster yang berdiri di sebrang berangkat Checil

"Sus, tolong ambilkan alat-alat dan obat-obatan nya. Kita akan melaksanakan nya sekarang, panggilkan juga dokter Abrisam untuk datang"ucap Aera sambil merapihkan pakaian Checil, selimut Checil, dan merapikan posisi tidur yang nyaman dan untuk Checil

"Baik dokter saya permisi"ucapnya sambil keluar ruangan

Setelah ka Aera berfokus pada checil ia pun tersenyum dan Checil pun membalas senyumannya, Checil merasa sangat tenang dan nyaman akhirnya tak lama kemudian pintu kembali terbuka dan muncullah dokter Abrisam bersama dua orang suster lalu tersenyum kepadaku

"Bagaimana kabarmu hari ini, apakah kau siap melakukannya"tanya Abrisam ramah dan mencoba akrab

Tapi Checil hanya bisa tersenyum dan kembali menatap ka Aera yang mulai sibuk dengan suntikan nya membuat aku kembali menatap dokter Abrisam dan dokter itu masih saja tersenyum lembut membuat Checil menatap nya nyaman

Ka Aera mulai menyuntikkan tempat infusan Checil lalu Checil mulai merasakan sesuatu yang mengalir di dalam tubuhnya rasanya sangat dingin membuatnya menggigil, lalu ka Aera menyuntikkan obat pada lengang Checil, cairan yang langsung masuk kedalam tubuh Checil adalah cairan yang berfungsi untuk membunuh sel kanker yang berada di tubuhnya perlahan-lahan, dokter Abrisam sedang menatap komputer untuk melihat bagaimana cara itu bereaksi, dengan fokus Abrisam terus menatapnya untuk melihat proses yang terjadi pada cairan itu lalu Dokter Aera menembakkan cairan itu kepada sel kanker yang berada di dalam darah melalui cairan itu terus menerus setiap beberapa menit membuat Checil terus menahan rasa sakitnya

Checil tidak bisa tertidur di saat seperti ini, ia tak bisa memejamkan matanya, ia hanya bisa merasakan bagaimana rasanya sebuah cairan dingin mengalir di dalam darahnya membuatnya seperti membeku dan sangat menggigil tapi ia tahan supaya daya tahan tubuhnya tetap normal sampai akhir Checil tak kuasa menahan rasa sakitnya ia pun meneteskab airmatanya dan menatap dokter Aera yang penuh keringat dan keseriusan

Tiba-tiba perut Checil merasa sangat mual Checil pun langsung memuntahkan cairan Semerah darah dan itu darah kotor yang di bawa oleh cairan itu dan akhirnya Ka Aera menghela nafas karna Kemoterapi pertama akhirnya selesai dengan lancar, Checil trus memuntahkan nya sampai tubuhnya benar-benar lemas dan akhirnya dia tertidur karna obat herbal yang disuntikkan pada checil memiliki kantuk dan Abrisam tersenyum melihat semuanya lancar dan selesai

BitternessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang