Bitterness Bagian 27

886 34 0
                                    

Checil berdiri didepan jendela sambil menatap kearah luar, tidak ada yang terhibur untuk dilihat. Karena disana hanya terlihat sebuah taman yang sangat luas mengelilingi Mansion Checil, tetapi untuk sekitarnya sendiri sangat sepi karena memang mansion di sekitar sini pun tidak pernah memiliki waktu untuk bercengkrama karena terlalu sibuk kepada karir mereka masing-masing

Checil memikirkan hal yang terjadi hari ini di kantor, hal tidak pernah bisa terduga, hal yang tanpa sengaja terungkap atau memang ini cara Tuhan untuk mengungkap semuanya

Pintu kamar checil terbuka perlahan menampilkan sosok Della dengan wajah pasrahnya entah kenapa, seakan ada sesuatu yang membuatnya harus bisa menenangkan diri. Della melangkah dan berhenti jauh di belakang checil lebih tepatnya di depan pintu yang terbuka

"Checil, ayo makan malam. Apa yang sedang kamu pikirkan? Sedari tadi saat kamu pulang dari kantor pun kamu tidak seperti biasanya. Apa yang terjadi?"tanya Della hati-hati

"Kak, aku sudah tau kak Della benar-benar kakakku"ucap checil lalu menghadap kearah Della perlahan, dan Della hanya diam

"Dan pastinya kakak tahu dong mereka siapa?"tanya checil sambil menunjukkan foto berukuran sekitar 4R dengan pigura yang benar-benar indah. Terbuat dari ranting bunga yang indah, ranting yang berliuk dengan bunga di sisinya membuatnya benar-benar sangat menawan dan pasti setiap orang yang melihatnya akan merelakan beberapa uangnya untuk membeli pigura seindah itu. Walau kenyataan nya checil hanya membuatnya seorang diri untuk hiasan kamarnya yang berada di rumah orang tuanya dan tidak ada yang tau soal itu

Della pun tidak tahu, dan ketika melihat pigura itu Della benar-benar terharu, hatinya terkikis kembali, perasaan bersalah menyelimuti nya, dan perasaan takut kehilangan pun semakin menguat. Della tidak bisa mengatakan apapun kecuali mengangguk. Ya, Della membalasnya dengan anggukan pelan

Hal itu membuat checil jatuh terduduk dengan perasaan tidak menyangka, jika ia tau mungkin saja hari ini dia sudah memanggil dengan Sebutan Papa bukan Pak Ken

"Checil, maafkan kakak"ucap kak Della sambil duduk dihadapan checil, sangat dekat dan benar-benar dekat.

"Kalo saja kakak bilang sebelum-sebelumnya atau ga kakak bilang ketika kakak mengatakan semuanya. Mungkin hari ini aku bisa menyebut beliau papa. Hiks!! Papa ada di hadapan aku hari ini Kak, papa mengajakku berbicara, tapi aku tidak mengenali nya sama sekali. Kak, bagaimana mungkin aku tidak mengenal orang tuaku. Dia hadapanku tapi aku tidak menyapanya sebagai orangtua. Aku menyesal. Aku merindukan nya. Hiks!"Ucap checil dengan isakan-isakan kecil membuat kak Della memeluknya erat

"Kamu bertemu dengan Dad?"tanya Della tak menyangka dan checil hanya mengangguk

"Bagaimana keadaan dad? Pasti dad dan mom benar-benar menghawatirkan kita"lanjut Della

"Papa baik kak, papa sehat tapi lingkaran dimatanya tidak bisa dibohongi kalo papa memang sedang banyak pikiran"ucap checil lalu tiba-tiba checil menghapus airmatanya dan mengatakan hal yang membuat Della terkejut

"Kak, aku ingin bertemu papa, aku memeluknya. Bisakah kita bertemu dengannya. Papa dan Mama, mereka pasti senang"ucap checil menawarkan membuat Della berdiri

"Maaf checil, aku ingin bertemu mereka"ucap Della lalu pergi menuju kamarnya dengan perasaan kalut

"Kenapa"ucap checil pelan tak bisa di dengar siapapun dan mungkin juga terdengar samar untuknya

Disisi lain Della berhenti di tempat santai yang berada di tengah-tengah antara kamar checil dan kamar Della yang terpisah. Della duduk perlahan dan menangkup wajahnya pada kedua tangannya dengan semua kenangan yang menyayat hatinya. Kenangan sebuah penolakan Keluarga atas kesalahannya. Kenangan buruk yang terus berputar membuatnya benar-benar frustasi tapi bagaimanapun Della harus tetap tenang bukan! Dia tidak boleh terlalu stress dan juga tidak boleh terlalu banyak pikiran

"Bukn maksud Della menyembunyikan semuanya. Waktunya memang belum tepat, aku masih ingin mempertahankan bayi ini dan aku ingin menebus semua kesalahan aku kepada checil tapi aku tidak boleh egois, hanya saja aku takut mereka tetap tidak menerimaku karena bayi ini. Aku memang salah disini, tapi aku ingin menebus semua kesalahanku dan memulai nya dari awal bersama checil dan anak ini yang akan lahir"ucap Della

"Aku akan mempertahankan dua orang sekaligus karena mereka benar-benar berarti untukku dan juga sangat berharga"lanjutnya dan terus terisak

Tak di duga checil mendengar semuanya, checil berjalan mendekati Della dan langsung memeluknya erat. Benar-benar erat membuatnya tak ingin melepaskan nya

"Checil"ucap Della lalu tangisnya benar-benar pecah saat ini dan checil pun sama. Checil melepaskan pelukannya dan menghapus airmatanya lalu Menenangkan dirinya dari tangisannya

"Kak, maafin checil, karena checil tidak memikirkan bagaimana jika mereka tau kakak ada bersamaku. Checil tidak akan melakukan hal bodoh, tapi izinkan checil bertemu dengan papa walau kak della tidak menemani tidak apa. Karena ada bunda dan ayah yang menemani aku. Aku akan jaga kakak sampai bayi ini lahir, aku akan baik-baik saja kak"ucap checil dan mereka berpelukan dengan hangat mencurahkan isi hatinya yang benar-benar terdalam

Tidak ada yang tau, apa yang terjadi kedepannya dan di masa depan. Tapi berusaha tidak bersikap egois dengan semua yang terjadi, kita hidup bukan untuk diri sendiri tetapi untuk semua orang terutama orang-orang di samping kita. Rasanya jahat jika kita mengabaikan mereka walau itu demi kebaikan kita.

Jika memang kita tidak bisa membantu, setidaknya berilah semangat. Karena dengan itu semuanya akan berjalan baik-baik saja, tak ada rasa khawatir yang membuat kita takut karena bersama kita kuat dan sendiri kita lemah

Banyak yang terjadi di kehidupan ini, termasuk dengan semua yang sudah terjadi. Kita tidak tahu jika besok atau dimasa depan kita mengalami kesulitan ataupun di asing kan oleh semua orang, yang harus kita lakukan adalah menghadapi nya bersama. Mulailah berjalan bersama, menuju masa depan yang indah

Dunia membutuhkan seseorang yang bisa bertanggung jawab dan bisa di percaya untuk memegang penuh semua permasalahan yang ada, bukan kabur dan mencari tempat paling aman untuk hidup sedangkan orang-orang yang kita tinggalkan menderita karena tidak ada yang peduli akan apa yang mereka rasakan

Kita punya hati untuk merasakan, kita punya tangan untuk membantu, kita punya kaki untuk menopang mereka untuk tetap terus melangkah, kita punya suara untuk menyemangati satu sama lain, lalu? Apakah yang kita lakukan ini sudah baik? Apakah kita sudah memikirkan mereka yang membutuhkan kita? Mereka yang ketakutan, mereka yang ter-jadi akan, dan mereka yang meminta keadilan. Apakah dunia sudah adil? Apakah orang-orang di dalamnya sudah adil? Apakah kita sebagai manusia sudah adil? Apakah kita sudah melihat keadilan itu?

Manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang akan membuatnya terjadi! Lalu, apakah kita hanya diam ketika Allah mulai marah, ketika ia mulai kecewa dan sakit hati! Tidak! Tidak!

Bitterness Bagian 27
End

14 Agustus 2019
Maya Millenia Ismayanty

BitternessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang