Bitterness Bagian 50

890 28 0
                                    

Zephyra menutup pintu ruangan Checil lalu memegang gagang pintu dengan kuat dengan mata sendu nya. walau bagaimanapun Zephyra tetap manusia yang lemah, tak seperti apa yang terlihat.

Menjadi sosok yang angkuh dan sombong untuk menutupi kelemahan yang sebenarnya, itu memang membuat seseorang membencinya tapi itu tidak masalah jika semuanya baik-baik saja.

Tidak menjadi orang lain, tetapi menjadi yang berbeda dari yang seharusnya, ia hanya ingin dianggap bahwa dia memang ada bukan menjadi sosok bayangan yang tak terlihat dan tertutup oleh seseorang yang berharga dan itu yang membuat Zephyra merasa iri kepada kehidupan orang lain yang memang lebih bahagia daripada keluarganya

Zephyra menarik nafas setelah itu menunjukkan senyum miring yang tipis, Zephyra membalikkan badan dan memasang wajah tanpa ekspresi kepada semua orang laku berjalan melambat, setelah berada di tengah Zephyra tersenyum sinis yang tipis membuat siapa aja kesal melihatnya ada juga yang menatap sinis

"Jangan menatapku seperti itu, kalo kalian ingin tahu apa yang sudah aku lakukan pada Checil masuk saja ke dalam. Setelah itu kalian akan tahu apa yang telah aku lakukan padanya"ucap Zephyra lalu tersenyum menang dan berjalan kembali tapi ketika telah jauh membelakangi mereka Zephyra berhenti melangkah dan mengatakan

Dokter Aera dan Abrisam yang mendengar itupun langsung masuk kedalam melihat apa yang terjadi, sedangkan ke-4 sahabatnya diam

"Semoga saja semuanya belum terlambat, bukankah Checil kuat"ucap nya lalu kembali berjalan dengan senyuman miring yang menyebalkan

Dan wanita itu berjalan sampai punggungnya menghilang dari balik belokan koridor membuat ke 4 sahabat nya juga ikut masuk melihat apa yang terjadi dan mereka terkejut ketika kamar ruangan Checil begitu berantakan, mereka melihat dokter Aera dan dokter Abrisam sedang membereskan kekacauan yang terjadi

"Sial! Apa yang wanita itu inginkan!!! Brengsek! Aku tidak bisa diam saja, ini keterlaluan!" Tegas Seanix dengan mata berkilat marah lalu berjalan keluar ruangan mencari keberadaan Zephyra yang sudah berada di depan pintu utama rumah sakit sambil berdiri mencoba sedikit menunggu

Dan tak lama seseorang datang mencengkeram erat bahu Zephyra membuat Zephyra tersenyum miring yang tipis

"Akhirnya kau datang" ucap Zephyra sambil tersenyum miring yang tipis

"Apa mau mu?"tanya Seanix kesal

"Tidak, tidak ada"ucap Zephyra dengan wajah yang terlihat sangat senang

"Apakah Checil baik-baik saja?"tanya Zephyra menatap lurus ke depan tanpa menatap Seanix

Seanix diam sambil terus menatapnya tajam, Zephyra pun tersenyum tipis

"Aku selalu merasa iri kepada checil karena dia sangat sempurna di mataku, tidak ada yang menandingi nya, dia pintar, mudah bergaul, dan juga selalu mendapatkan kebahagiaan dari orang-orang sekitarnya. Hari ini aku melihat itu semua"ucap Zephyra lalu menoleh kearah Seanix dan berjalan mendekati nya

"Sepertinya Checil akan baik-baik saja, lain kali aku akan langsung menyakiti nya sampai kalian tidak bisa menyelamatkan nya"ucap Zephyra lalu tertawa kecil dan berjalan memasuki mobil yang sudah terparkir di depan saja sedangkan seanix masih saja diam menatap kepergian Zephyra dan teringat satu perkataan Checil yang mengatakan

"Zephyra melakukannya karena dia butuh kasih sayang orang-orang disekitarnya, dia tidak mendapatkan kasih sayang itu dari keluarga nya. Andai orang-orang disekelilingnya sadar bahwa Zephyra itu memang membutuhkan mereka, dan aku ingin sahabatku juga bisa menyayangi Zephyra walau dia benci tapi kita harus tetap menyayanginya. Tidak ada yang sempurna didunia ini, setiap manusia pasti memiliki kesalahan dalam hidupnya, begitu juga aku dan begitu juga kalian"ucap Checil sambil tersenyum tulus

BitternessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang