Arsha mengusap kembali bawah matanya yang terasa berat. Setelah itu matanya kembali memanas ketika selesai menguap. Menimbulkan sedikit air mata dan matanya yang semakin memerah.
Usapan di bahunya menyadarkannya yang sebentar lagi akan melesak ke alam tidur dengan keadaan duduk.
"Sha? Kok masih disini? Ayo ke kamar. Udah malem waktunya tidur," kata si wanita berkulit pucat.
"Iya sayang. Bentar aku simpan dulu," setelah menyimpan pekerjaannya, Arsha menguap kembali kemudian berdiri menghadap istrinya dengan tangan yang merentang.
"Ngantukk," dia menubruk tubuh Anya.
"Makanya jangan ngeyel kalo dibilangin. Udah malem waktunya tidur masih kerja aja. Tadinya tidur bareng, pas aku udah tidur kamunya balik kerja. Kamu kira aku bay-" Arsha menutup mulut Anya dengan telapak tangannya.
"Udah udah. Malah ngomel. Ayo tidur lagi."
Mereka berdua masuk ke kamar. Sesampainya di kamar, keduanya dikagetkan dengan kelima putranya yang sudah berbaring di karpet bulu empuk yang entah dibawa dari mana.
Anya berpandangan dengan Arsha yang ada di belakangnya. "Kenapa anak anak pada tidur disini?" tanya Arsha. Anya mengendikkan bahunya.
"Tadi waktu aku bangun, belum ada kok."
Arsha melepaskan pelukkannya kemudian menghampiri Vano yang duduk paling pinggir. "Kenapa pada disini? Atap kamarnya pada bocor apa gimana? Padahal gak ada hujan loh."
Anak sulungnya itu merengut kemudian berbaring asal dengan bantal yang sudah dibawanya.
"Ngantuk pa. Tapi gak bisa bisa tidur. Jadi kesini aja," jawaban Dhanil membuat Anya mengangguk kemudian berbaring di antara Varel dan Dhanu.
Dhanil yang tidur paling tengah tiba tiba terbangun karena pergerakan Dhani yang membuat perutnya menjadi sasaran guling salah satu adik kembarnya itu.
"Ampun perut gue! Dhani kurang ajar kalo tidur."
Arsha dan Anya terkekeh. Arsha mengambil bantal dan selimutnya kemudian menatanya di di samping Vano. "Gak pakek selimut kamu?" tanyanya pada Vano.
"Engga pa. Vano gak kedinginan."
Arsha mengangguk. Dhanil yang tadinya mengomel tidak jelas sudah kembali tidur yang akhirnya saling berpelukkan dengan Dhani. Varel yang yang sudah tidur dari tadi juga tampak tenang tidak menghiraukan yang masih terjaga.
Sedangkan Arsha, Anya, Dhanu dan Vano yang masih terjaga hanya diam menatap lurus sambil sesekali menghela nafas.
"Kamu gak tidur nak?" tanya Anya pada Dhanu. Dhanu menggeleng. Kemudian menelusupkan tangannya untuk memeluk Anya.
"Gak bisa tidur mom."
Anya balas memeluk anak terakhirnya itu kemudian menaruhkan ujung dagunya di atas kepala Dhanu.
Anya menepuk nepuk punggung Dhanu dengan pelan sambil menggumamkan nada lagu untuk mengantar Dhanu ke alam tidur.
Vano menoleh ke arah Arsha kemudian memaksa ayahnya itu menghadap ke arahnya.
"Dad, daddy dulu kuliah jurusan apa?"
Arsha mengerjapkan matanya mendengar pertanyaan Vano. "Daddy dulu gak kuliah."
"Loh? Kok bisa?"
Arsha menggaruk pelan tengkuk lehernya kemudian menghadapkan tubuhnya ke arah anak pertamanya itu dengan benar. "Daddy dulu langsung kerja sewaktu lulus SMA. Tapi syukurnya Daddy mampu. Kamu jangan sampek deh pokoknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL ABOUT US
Teen FictionDisaat kita saling membenci, kita merasakan getaran yang berbeda. Disaat kita saling mencintai, kita merasakan hal yang berbeda. Dari kesimpulan tersebut, bisa dikatakan bahwa benci dan cinta itu hanya beda tipis. Mungkin sama dengan apa yang dialam...