Arsha duduk di soffa ruang keluarga dengan memangku toples berisi biskuit coklat yang dia ambil dari lemari penyimpanan milik sang istri. Setelah menyalakan televisi dan mendapat channel yang dia mau, dia mulai memakan biskuit itu.
Tak lama setelahnya, wanita dengan perut membuncit menghampirinya sambil membawa senampan potongan semangka.
"Bikuitnya jangan dihabisin dad."
Arsha menatapnya sekilas kemudian mengangguk acuh. Setelah wanita itu duduk di sampingnya, dia baru memperhatikan wanita itu.
"Vano gak ambil cuti?"
"Engga. Minggu depan dia mulai cutinya."
"Cih, udah tau istrinya deket deketnya lahiran malah masih asik kerja."
Kenyo. Wanita itu tertawa sambil menepuk lengan sang mertua. "Kenyo yang minta dad. Gak enak sama daddy. Sama ayah juga. Lagian di rumah banyak yang jaga juga kok."
Arsha mengangguk. "Ibu hamil emang banyak maunya."
Kenyo hanya tersenyum tipis kemudian menyandarkan badannya ke soffa.
"Sipani mana kak?"
Varel datang dengan muka bantalnya sambil menggaruk tengkuknya bingung.
Kenyo menunjuk dapur dengan dagunya. "Kalo gak disana ya di jemuran. Siapa tau dia lagi main pencak disana."
Varel mendengus kesal kemudian berlari ke dapur mencari istrinya yang satu itu.
"SIPANI! YUHU!"
Kenyo mengelus dadanya untuk bersabar.
"Mommy mana dad?"
Arsha tampak berpikir sebentar, kemudian mengedikkan bahunya. "Mungkin lagi olahraga di depan."
Kenyo berjalan perlahan untuk keluar pintu utama. Teras luas itu perlahan lahan membuat emosinya serasa bercampur aduk. Ada rasa kesal karena terlihat luas. Ada rasa menyenangkan karena bayangan anaknya nanti yang akan bermain bebas disini. Tapi lebih banyak rasa kesalnya.
Buat apasih teras diciptakan sedemikian luasnya? Untuk ibu hamil sepertinya bukanlah hal yang bagus.
Anya menyiram tanaman di taman depan yang semakin hari semakin bersih saja sejak kedatangan mantu mantu keluarga ini.
"Mau kemana kak?" Dhanu menyapa kakak iparnya itu.
Kanyo menoleh. Anak bungsu keluarga ini sudah rapi dengan jaket andalannya dan wajah segarnya.
"Gak papa. Mau jalan jalan aja. Kamu mau jemput Vio?"
Dhanu mengangguk.
"Kalo pacaran jangan aneh aneh! Bawa ke rumah aja kalo perlu."
Dhanya meringis. Kenyo memang terkenal galak setelah mengandung calon bayinya.
"Iya kak."
Dhanu berjalan ke arah Anya. Setelah menyalaminya dia segera menyalakan motornya dan melaju keluar dari pekarangan rumah.
Anya yang melihat Kenyo, menghampirinya sebentar. Raut wajah wanita itu seperti tidak biasa. Anya sedikit tau. Dia memegang lengan Kenyo. "Kamu mau lahiran? Parut kamu gak enak?"
Kenyo memegang tangan Anya kemudian memeluknya. Anya hampir oleng. Tapi dia berusaha menahan tubuhnya. "Engga kok mom."
"Tapi-"
"Mom aku pengen cium Varel boleh gak?"
Anya hampir saja melotot kaget. Tapi kemudian tertawa kencang. "Kenapa Varel? Varel udah punya istri loh. Masih pengantin baru. Nanti gak takut dimusuhin Sipani kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL ABOUT US
Teen FictionDisaat kita saling membenci, kita merasakan getaran yang berbeda. Disaat kita saling mencintai, kita merasakan hal yang berbeda. Dari kesimpulan tersebut, bisa dikatakan bahwa benci dan cinta itu hanya beda tipis. Mungkin sama dengan apa yang dialam...