Anya duduk berhadapan dengan Vano yang udah nunduk takut. Anya mengepalkan tangannya kemudian mengusap dadanya dengan sabar. Dia menarik nafas kemudian membuangnya dengan pelan.
"Vano, kamu udah gede sayang. Masa plin plan gini? Ayo pilih!"
"Gak jadi mom. Vano pengen lanjut kuliah aja dulu," jawab Vano akhirnya.
Anya menghela nafas lega.
"Gitu kek daritadi. Mommy kaget tau. Pulang pulang kuliah kamu minta nikah. Emang gampang apa?""Iya mom maaf. Vano gak mikir dulu tadi."
Anya duduk di samping Vano kemudian mengarahkan Vano agar berbaring di pangkuannya.
"Kenapa hmm? Ada malasah apa emang?"
"Vano suka sama kak Kenyo mom. Takut keduluan yang lain," jawaban Vano membuat Anya tertawa.
"Haha. Ada ada aja kamu. Vano, kalo jodoh itu gak bakal kemana mana kok. Dipisahin kemana pun kalo emang jodoh ya bakal tetep bersatu sayang. Percaya sama mommy," Anya mengusap usap kepala Vano dengan sayang.
"Iya mom."
"Yaudah. Lain kali jangan labil kayak gini ya. Bingungin mommy tau."
"Hehe iya mom. Maaf ya."
"Mom. Tadi Vano ketemu Tante Sheni sama Om Edgar," kata Vano."Hmm? Ketemu dimana?"
"Rumah sakit."
"Lah? Kamu ngapain di rumah sakit? Sheni juga kenapa di rumah sakit?"
"Aku tadi nganter Livia kontrol. Tadi kata tante Sheni, Dinda tangannya patah habis main lompat tinggi," jawab Vano.
"Hah? Astagah. Jenguk yuk nanti," Anya kaget. Sudah cukup lama dia tidak bertemu dengan Sheni, dan malah mendapatkan kabar seperti ini.
"Hmm, iya nanti nunggu Dhanu selesai ekskul dulu aja mom. Sekalian sama daddy pulang kerja," usul Vano.
"Yaudah deh. Kamu gak ada tugas?"
"Ada mom. Tapi masih lama ngumpulnya. Pengen manja dikit gini sama mommy."
"Kamu tuh gak manja dikit. Tapi emang manja dari dulu," Anya memutar bola mata jengah.
"Hmm iya iya mom. Vano sadar diri kok."
Gak lama setelah itu, Varel dan Dhanil datang dengan keadaan acak acakan. Anya langsung berdiri menghampiri anak kedua dan ketiganya itu.
"Loh? Kalian habis ngapain ini?" tanya Anya ketika ngeliat baju mereka berdua yang terlihat kusut.
"Habis nolongin orang lahiran mom. Haduh," jawab Varel langsung duduk lemas di lantai.
Dhanil megangin pelipisnya bekas cakaran.
"Aw! Perih!"Vano langsung ngambil kotak p3k.
"Ya ampun siapa yang lahiran?" Anya kaget.
"Nganu mom Bu Tiara," Dhanil ikutan lesehan samping Varel.
Anya akhirnya ikut juga.
Itu kenapa gak pada duduk di atas sih? Gatau apa kotor?
Vano dateng dan langsung ikut duduk. Dia buka kotak p3k dan mulai nyari luka di wajah keduanya.
"Bu Tiara guru Sosiologi?" tanya Vano.
"Iya kak."
"Lah? Udah nikah ya?"
"Udah. Udah dua tahun kok nikahnya. Kudet banget lo kak," cibir Dhanil.
"Hust. Udah udah!"
Vano mengobati Varel. Sedangkan Anya mengobati Dhanil.
"Mom?" Panggil Varel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL ABOUT US
Fiksi RemajaDisaat kita saling membenci, kita merasakan getaran yang berbeda. Disaat kita saling mencintai, kita merasakan hal yang berbeda. Dari kesimpulan tersebut, bisa dikatakan bahwa benci dan cinta itu hanya beda tipis. Mungkin sama dengan apa yang dialam...