1

50.1K 1.5K 60
                                    

Seorang gadis tengah mematut dirinya di depan cermin berukuran besar. Membolak-balikkan tubuhnya untuk memastikan dandannya sudah sempurna. Gaun putihnya yang simple namun elegan membuat gadis itu semakin menakjubkan.

"wah lihatlah, kau sangat cantik. Pantas saja dia tergila-gila padamu" gumamnya lalu terkekeh dengan ucapannya sendiri.

Bunyi suara pintu yang terbuka pun tak dapat mengalihkan perhatian gadis itu dari cermin yang merefleksikan pantulan dirinya yang ia anggap sangat mempesona itu.

"kau sudah siap?"tanya gadis berambut pirang yang kini berdiri di ambang pintu.

"aku siap"jawabnya yakin.

"bersiaplah, kau harus pergi lebih dulu untuk menyambutnya di altar"ujarnya.

Setelah dijawab dengan anggukan gadis pirang itu pun menutup pintu kamar kembali meninggalkan si gadis satunya seorang diri.

"bersiaplah menambahkan nama belakangmu Mrs. Manoban"ujarnya disertai senyuman.

Senyuman gelisah terlihat di bibir tebal itu, berkali-kali ia menarik napasnya lalu menghembuskannya dengan kasar. Hingga ia melihat sebuah kereta kencana berkuda putih berjalan dengan pelan ke arahnya. Kegusaran yang ia rasakan tadi seakan lenyap saat melihat gadisnya mulai berjalan menghampirinya bersama appanya melewati kain putih yang terbentang disepanjang jalan. Senyum getirnya tergantikan dengan senyum bahagia.

Tangannya ia ulurkan untuk menyambut tangan mempelainya. "kuserahkan putriku padamu, jaga ia sebaik aku menjaganya. Jika kau menyakitinya, kau pasti tau apa yang akan terjadi Lalisa"ujar Appa Jennie seraya menyerahkan tangan Jennie yang sejak tadi bertengger dilengannya.

"akan ku jaga ia lebih baik darimu appa"jawab Lisa  membuat lelaki paruh baya di hadapannya terkekeh.

Lisa memegang erat kedua tangan Jennie, memandang lekat gadis di hadapannya yang sebentar lagi akan berubah statusnya menjadi istrinya.

"kau sangat cantik"pujinya.

"aku tau, sudah sejak aku dilahirkan" jawab Jennie dengan santainya.

Lisa terkekeh mendengarnya. "harus kuakui soal itu"balas Lisa.

Kehadiran sang pendeta, menciptakan suasana sunyi diantara mereka dan dengan tenang dimulailah upacara pernikahan keduanya. Usai mengucapkan janjinya pada tuhan, tanpa menunggu lama bahkan belum sempat pendeta memberikan izinnya. Lisa sudah menempelkan bibirnya pada bibir wanita yang saat ini sudah sah menjadi istrinya.

Perlakuan Lisa yang sangat tiba-tiba itu sedikit mengejutkan Jennie. Tepuk tangan gemuruh mengisi sunyinya suasana sakral tersebut. Namun seolah tak peduli Lisa terus saja memagut bibir mungil istrinya. Ciumannya terhenti ketika Jennie merasa pasokan udaranya menipis hingga dengan sekuat tenaga mendorong dada Lisa yang enggan melepaskan dirinya.

Dengan napas yang terengah Jennie menempelkan keningnya pada kening Lisa. "kita bisa lanjutkan nanti Lili" ujar Jennie.

***

Lisa tersenyum ketika mengingat momen itu. Sudah 6 tahun berlalu, namun Lisa tak pernah merasa bosan memandangi foto-foto pernikahannya dengan seseorang yang sangat ia cintai itu. Seolah hal itu adalah rutinitas yang harus ia lakukan disetiap harinya. Dengan kelembutan ia mengusap foto istrinya. "aku mencintaimu. Sangat mencintaimu" ujarnya pelan.

For You Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang