Waktu berlalu begitu cepat, hari pun berganti dengan sekelip mata, mengubah setiap tumbuh kembang manusia. Seperti dua janin yang kini hidup dalam rahim seorang wanita.
Lisa, ia sedang mengusapi perut istrinya yang besar, menyapa kedua buah hatinya didalam sana dengan suasana bahagia. Tak menyangka waktu kelahiran semakin mendekat.
"Kau sedang apa?"tanya Jennie setelah terbangun dari tidurnya yang terganggu dengan usapan lembut Lisa.
"Mengucapkan selamat pagi untuk twins"jawabnya tak menyurutkan senyum merekahnya sedikitpun.
Entah mengapa hari ini hatinya sedang berbunga-bunga mendapati istrinya tertidur menghadap padanya dengan wajah menggemaskan. Padahal tentu saja setiap pagi hal itu terjadi. Tapi hari ini terasa berbeda, menatap wajah istrinya saja bisa membuat hatinya menghangat.
"Kenapa kau rapi sekali?"tanya Jennie saat menyadari pakaian formal yang dikenakan Lisa.
"Ahh ini"Lisa pun baru menyadari bahwa ia telah siap untuk pergi.
Kedua matanya beralih menatap dalam kedua mata kucing yang menatapnya sayu. "Hmm,,, J,,, maaf. Hari ini aku harus pergi untuk sebuah pekerjaan"ujarnya tak enak hati.
Bibir wanitanya mengerucut sempurna. Kesal dan sedih bercampur menguasai relung hatinya. Baru saja didalam hati ia berucap, meminta suaminya untuk menemaninya seharian ini.
Sebenarnya ia sedang merasa tak enak badan sejak semalam. Tubuhnya terasa lemas bahkan terasa pegal, mungkin, karena membawa dua nyawa lainnya dalam satu tubuh.
"Apa tak bisa dibatalkan? Apa kau tak bisa menemaniku saja dirumah? Sepertinya aku sedikit sakit"tanyanya beruntun, ia hanya ingin Lisanya tinggal dan bersamanya.
Lisa mengulurkan tangannya menggapai kening Jennie, meletakkan punggung tangannya disana beberapa kali, lalu beralih ke leher dan pipi Jennie.
"Tidak panas"ujarnya.
Jennie menghela napas panjang. Ia menganggap itu sebagai salah satu bentuk penolakan yang Lisa lakukan.
Apa orang sakit hanya dapat dipastikan dari panas tubuh yang meningkat saja?
"Ya sudah pergi saja, nanti kau terlambat. Hati-hati dijalan, maaf aku tak bisa mengantarmu sampai ke depan"ujar Jennie dengan datar.
Tak sedikitpun Lisa beranjak dari duduknya, ia tau istrinya sedang marah. "Kau marah? Maaf tapi aku benar-benar tak bisa membatalkannya. Ini pekerjaan yang penting"ujarnya menggenggam kedua tangan Jennie.
"Pergilah. Kau bilang ini sesuatu yang penting. Aku sudah mencoba menahanmu, tapi kau tetap tak bisa" balas Jennie.
"Jangan marah kumohon"pinta Lisa dengan wajah bersalahnya.
"Hmm,, pergilah. Hari sudah semakin siang"usir Jennie secara halus.
"Aku mencintaimu Jennie" diberikannya kecupan singkat namun dalam di puncak kepala Jennie. "Daddy juga mencintai kalian, twins" lanjutnya seraya mencium perut Jennie.
Dan Lisa berlalu pergi meninggalkan Jennie yang masih saja menatapnya walaupun Lisa telah menghilang dibalik pintu.
"Sekarang, mengapa pekerjaan jauh lebih penting dibanding keluargamu?"gumamnya pelan dengan mata yang berlinang kristal bening.
***
Begitu memarkirkan mobilnya, Lisa berlari kecil menuju ruangannya, ia sudah hampir terlambat. Saat mendapati Hana berada di mejanya Lisa segera menghampiri dengan napas yang terputus-putus.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You Season 2
De TodoSequel of For You (Jenlisa) Dan mari jelajahi kisah Jennie dan Lisa selanjutnya.