Epilog

16.4K 1.1K 107
                                    

Lisa POV

Menurutmu, apa yang lebih membahagiakan di dunia ini? Mempunyai harta yang melimpah? Memiliki karir yang cemerlang? Atau keluarga yang bahagia?

Mungkin aku akan memilih yang ketiga, keluarga yang bahagia. Tak ada kebahagiaan lain bagiku selain memiliki keluarga kecilku ini.

Istri yang cantik nan sexy, sabar, penyayang, pandai memasak, dan masih banyak lagi kelebihannya yang tak dapat ku sebutkan. Walau ia wanita pencemburu dan kucing betinaku yang galak. Tapi tak pernah sedikit pun rasa cintaku padanya berkurang. Aku mencintainya dengan segala kelebihan serta kekurangannya. Dia istriku, Jennie Kim.

Mengingat apa yang terjadi dulu, rasanya aku harus banyak bersyukur pada tuhan. Karena ia masih menggariskan takdirku pada Jennie, wanita yang mengubah seluruh cara pandangku. Wanita yang selalu berada disisiku walau beberapa kali aku menyakiti hatinya. Maafkan aku Jennie.

Terkadang aku berpikir, mengapa saat aku menyakitinya Jennie tak memilih pergi dariku. Atau mungkin memilih hidup bersama laki-laki lain yang jelas bisa membahagiakannya dengan sebuah keluarga yang tak dipandang sebelah mata oleh orang lain.

Kurasa, aku harus berterima kasih pada tuhan, karena ia tak membiarkan Jennie pergi dariku. Entah akan seperti apa hidupku tanpa Jennie yang selalu menemaniku dari masa remajaku.

"Lili, kita jadi pergi?".

Aku cukup tersentak mendengar suara itu. Pasalnya sejak tadi aku hanya sendirian di kamar. Aku menoleh dengan cepat, mendapati istriku tengah menatapku dengan bingung.

"Ada apa? Ada masalah"tanyanya terdengar khawatir.

Aku tersenyum tipis, menenangkan hatinya. "Tidak ada. Bersiaplah, kita jadi pergi"ujarku.

Tapi Jennie sama sekali tak melangkahkan kakinya. "Kau yakin? Kau melamun tadi"ujarnya menelisik.

Aku segera bangkit dari dudukku lalu menghampirinya. Mengusap kedua lengannya dengan lembut. "Tak ada yang terjadi. Semuanya baik-baik saja"ujarku.

Ia menghela napasnya. "Baiklah, aku akan bersiap sebentar. Anak-anak juga sudah siap"ujarnya.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum untuk melepas ia bersiap. Begitu Jennie masuk ke dalam walk in closet, aku kembali duduk. Mengulas kembali kisah-kisahku terdahulu.

Anugerah terindah lainnya yang kumiliki adalah kehadiran anak-anakku, Naeun, Lia dan Gunhoo. Ketiganya tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan aku bangga memiliki mereka.

Mereka sudah semakin besar sekarang, dan hari ini kami akan merayakan ulang tahun si kembar. Aku berencana mengajak mereka makan malam.

Aku bersyukur saat Naeun lahir, aku selalu berada di dekat Jennie. Namun yang akan menjadi penyesalan seumur hidupku, aku tak berada disisi Jennie saat ia mengandung Lia dan Gunhoo. Bahkan aku hampir saja kehilangan putriku.

Memang Jennie sudah tak pernah mengungkit hal itu lagi. Tapi rasa bersalah itu terus saja muncul di benakku. Kini melihat ketiganya baik-baik saja rasanya sangat melegakan. Putri cantikku telah tumbuh dengan baik, aku sangat berterimakasih untuk itu.

"Ayo, aku sudah siap".

Aku kembali tersentak, Jennie selalu muncul dengan tiba-tiba. Ahh tidak, aku saja yang terus melamun. Sesegera mungkin aku berdiri agar ia tak kembali curiga padaku. Tapi aku kalah cepat, karena Jennie lebih dulu menahan tanganku yang akan berjalan mendahuluinya.

"Apa yang kau pikirkan, huh? Kau terus saja melamun"tanyanya dengan wajah datar.

"Tidak ada, aku tak memikirkan apapun"jawabku.

For You Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang