Jisoo POV
Mendengar tangisan Naeun benar-benar membuatku panik, terlebih mengetahui apa yang membuat anak itu menangis adalah keadaan Jennie. Rasa panikku semakin besar mendengar ucapan Naeun yang mengatakan Jennie terjatuh hingga mengeluarkan darah. Pikiran buruk mulai terlintas walau aku belum tau pasti seperti apa keadaannya.
Berulang kali aku mencoba menelpon Lisa, karena Naeun mengadu daddynya tak berada disana dan sulit untuk di hubungi. Namun sama halnya seperti Naeun tak satupun panggilanku terjawab. Tak ada cara lain selain menghubungi Hana, sekretarisnya. Dan sialnya, ia mengatakan Lisa memiliki pertemuan penting.
Sepenting itukah dibanding keselamatan istri dan calon anak-anaknya? Ya tuhan aku tak habis pikir dengan apa yang ada dikepala anak itu.
Gagal menghubungi Lisa, aku juga mengabari Chaeng terkait kejadian Jennie. Aku butuh teman untuk mendampingi kami. Jika memang Lisa tak bisa diharapkan setidaknya ada aku dan Chaeng yang akan membantu Jennie dan Naeun. Dapat kupastikan keponakan itu tak mengerti apa yang harus ia lakukan untuk menolong mommynya.
Melalui perjalanan beberapa puluh menit, akhirnya aku tiba di rumah mereka. Mobil ku parkirkan sembarangan, yang terpenting aku bisa segera menemukan Jennie dan Naeun.
Dan bayangkan, aku menemukan mereka di tempat kejadian, tak berpindah sedikitpun. Hatiku terasa hancur melihat Jennie yang susah payah menahan rasa sakitnya sementara Naeun menangis disebelahnya memeluk perut Jennie.
"Twins jangan membuat mommy kesakitan. Kasihan mommy"ujarnya dengan sesegukkan pada adik-adiknya.
Aku semakin mendekat, mencoba merengkuh wajah Jennie yang basah dengan keringat dan airmata. Walaupun belum pernah merasakannya, aku yakini itu sangat menyakitkan.
"Kita ke rumah sakit ya"ajakku.
Jennie harus segera di berikan pertolongan. Ia sudah terlalu lama menderita sakit. Aku merasakan ia mengangguk di dalam tangkupan tanganku.
"Unnie"teriakan Rose mengalihkan perhatian kami. Wajah paniknya tercetak jelas di wajah cantiknya.
Dia mendekat dan matanya mulai berkaca saat mampu melihat keadaan Jennie dengan jelas. "Ayo kerumah sakit"airmatanya menetes.
Aku dan Chaeng segera membantu Jennie berdiri dan membawanya kemobil. Chaeng yang membawa mobil, Naeun duduk disampingnya sementara aku dan Jennie berada di belakang dengan posisi Jennie berbaring.
"Chaeng, lebih cepat sedikit" perintahku karena wajah Jennie yang semakin memucat.
Chaeng semakin menginjak dalam pedal gas. Jennie menggenggam tanganku kuat, mencari cara untuk menyalurkan rasa sakitnya.
"Unnie seandainya terjadi apa-apa pada kami. Kumohon selamatkan saja anak-anakku"ujarnya bergetar.
"Jangan berkata seperti itu"jawabku menepis semua omong kosongnya.
"Unnie aku takut"ujarnya lagi.
Ya tuhan setiap ucapan Jennie benar-benar membuatku ketakutan. Aku takut apa yang ia ucapkan dan apa yang terpikir olehku benar menjadi kenyataan.
"Apa yang kau takutkan? Kami disini, jangan takut"ujarku memberikannya pengharapan.
"Aku,,, unnie,,,"aku melihat ia menahan tangisannya.
Tidak, aku tak boleh ikut menangis. Sementara aku tau dua orang yang berada di depanku juga sudah mulai menangisi setiap perkataan Jennie. Setidaknya aku harus kuat untuk menguatkan mereka.
"Unnie, aku,, aku bisa merasakan mereka bergerak semakin lemah" ujarnya dengan berderai airmata.
Bola mataku langsung terarah pada perut Jennie yang besar. Aku menatapnya dalam, dan dalam hati terus berucap memberikan kekuatan untuk kedua keponakanku didalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You Season 2
RandomSequel of For You (Jenlisa) Dan mari jelajahi kisah Jennie dan Lisa selanjutnya.