Jika Tak Kenal

19.3K 3.1K 392
                                    



Setelah Gita mengembalikan makalah milik Gilang, mereka pun diam-diaman di depan gerbang kampus. Mau tatap-tatapan tapi jijik, mau makan bareng, gengsi. Gilang memasukkan makalah berharganya ke dalam tas ranselnya. Lalu memerhatikan Gita dari samping, cewek itu sedang main game di hp nya.

"Heh, Gita?" sapa Gilang.

"Oi?" jawabnya sambil tetap main game.

"Kamu nggak ada rencana mau traktir saya, gitu? Saya yang beresin tuh tadi kerdus gede punya Bang Sop, karena kamu tinggalin gitu aja," Gilang buka suara, tak terima.

"Kan, udah teh kotak?" Gita akhirnya mendongak.

Eh bujug, teh kotak amat, Bu Haji?

"Yailah, Git ... itu mah sodaqoh ajalah! Traktir tuh minimal warung pasta, sono!" Gilang mulai tak tahu diri. Ia menunjuk-nunjuk ke jalan raya, tempat warung pasta yang dimaksud.

"Hah, pengen pasta? Batagor ajalah, ya!" Gita menengok ke arah restoran warung pasta itu, lalu menawar yang lebih murah. Maklum anak kosan, pas-pasan kali.

"Nggak mau, maunya pasta!" Gilang keukeuh.

Gita teringat, tadi siang Gilang sudah makan bakmi, dan sekarang pengin pasta. Senang banget sama yang panjang-panjang gitu? Enggak pernah makan nasi kali, nih orang?

"Nasi warteg aja, gimana? Lebih kenyang?" Gita masih usaha.

Gilang sudah cembedut. "Heu, udah ayuklah warung pasta! Janji deh makan yang paling murah!" Gilang menarik-narik tas Gita.

Gita mengambil napas panjang, mengingat-ingat di dompetnya ada sisa duit berapa perak. Memang nih, sepertinya harus pasrah sama yang satu ini. Biar cepat selesai saja deh, supaya besok-besok tak ada urusan lagi sama manusia gua satu ini.

"Ya udah deh, minumnya air putih aja ya, awas kalo pesen jus!" ancam Gita.

Gilang pun langsung semringah merekah.


***


"Mbak, spaghetti carbonara nya satu ya, sama es jeruk!" Gilang langsung pesan tanpa ba bi bu.

Nih orang kupingnya konslet emang, disuruh pesen air putih, mesen es jeruk, berani-beraninya.

Gita tadinya tak berniat pesan, supaya irit. Tapi kok ngenes banget cuma lihat si jangkung makan. Jadi dia pesan juga, spaghetti bolognese dan teh tawar, masih hitungan gratis soalnya, tanpa gula dan es.

Setelah waitress nya pergi, Gita masih saja menatap buku menu, dalam hati menghitung harga ditambah pajak. Serius banget pula lihatnya, nyaris tak berkedip.

"Git, udah jangan dilihatin terus atuh, kayak lihat majalah playboy aja, ampe gak ngedip!" ujar Gilang.

"Heu, kamu kali, yang hobinya lihat majalah bokep! Saya ngapain lihat gituan, saya 'kan udah punya!" jawab Gita ketus.

"Oh, iya juga sih. Terus, saya boleh lihat juga nggak?" Gilang cengengesan.

Dilempar deh, itu buku menu segede gaban ke muka si Gilang.

"Gilang, udah ya, habis ini lunas ya utang budi saya. Saya nggak mau ada urusan sama kamu lagi!" ujarnya tegas.

"Iya lunas deh, utangnya! Tapi, kenapa nggak mau ada urusan lagi? Emang saya salah apa?" Gilang bingung, padahal dia masih ingin berurusan dengan si cantik di depannya.

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang