Siang itu, Gita dan Nanda ikut menyatukan suara mereka dengan suara anak-anak sekelas, memberi salam perpisahan untuk dosen mereka yang baru saja menyudahi kelas Kimia Dasar II.
"Git, kata Dika, nanti ketemu di parkiran aja, ya?" ujar Nanda.
"Iya gak papa! Biar lebih cepet, 'kan?" balas Gita.
"Eh, kamu udah siapin kado, belum?" Nanda senyam-senyum sambil menyenggol lengan Gita.
Gita berhenti merapikan isi tasnya, dan menengok ke arah Nanda. "Kado? Hmm, ada deeeh!" Lalu tersenyum kecil.
"Aaah, rahasia-rahasiaan! Apaan siih? Gitu ih, jahat ah!" Nanda pura-pura cemberut.
Namun gadis bermata teduh di sampingnya itu hanya mengangkat bahu sambil menggeleng acuh tak acuh. "Rahasia, nanti kamu ember sama Dika, bahaya!"
"Enak aja! Emangnya aku cerita semuanya sama Dika! Kita nggak seakrab itu kali, Git!" Nanda mengelak.
"Baek-baek kalo ngomong, jadi suami entar, tahu rasa ..." Gita menjawil pipi Nanda.
"Gitaaa!!" Nanda pun balas mencubit pipi Gita karena gemas. "Suami aku nanti Park Bogum kali!" Nanda mencebik.
"Heh! Kebanyakan halu!" Gita menggebuk lengan Nanda. Kedua gadis itu pun tertawa-tawa di lorong, sembari berjalan ke arah depan gedung. Niat mereka untuk segera memenuhi ajakan anak-anak Geng Duda Kelam untuk ketemuan di parkiran sebelum hangout.
"Gempita, Ayunda!" seru suara familiar dari arah belakang mereka. Ketika membalik badan, netra kedua gadis itu pun mendapati senior-senior mereka tengah berjalan beramai-ramai mendekati.
"Iya Kang?" Nanda langsung merespon.
Segerombol senior yang kebetulan pengurus Hima Teknik Lingkungan itu sudah memakai seragam basket berwarna hijau lumut, dan beberapa dari mereka menenteng tas yang mungkin berisi bola dan air minum.
"Mau pada kemana atuuh? Nonton kita dulu, napa? Masa nggak ada loyal-loyalnya sama jurusan, hah?" ujar seorang senior yang wajahnya agak jutek.
"Oh, ada sparing ya? Aduh Kang, maafin! Tapi Nanda sama Gita udah ada janji, yah gimana dong?" Nanda melirik Gita memohon bantuan.
"Iya Kang, maaf ya, kita belum bisa nonton dulu. Hm, besok-besok kita nonton deh!" Gita menghindar dengan cara halus. Gadis itu memberikan senyum sopan, agar mereka selamat kali ini.
"Ah, kapan? Kamu gak pernah nonton kita, alesan melulu kamu mah!" sindir seniornya yang lain.
"Ssh, udah ah, kalo gak mau jangan dipaksa." Salah seorang senior dengan suara berat menegur kawan-kawannya. "Ya udah, lain kali aja nonton ya! Biar rame! Anak-anak Hima yang lain juga ikut nonton biasanya, tapi kalian jarang ikut." Ia pun berlagak menggosok dagunya sambil tersenyum jahil.
"Apa saya bikin aturan wajib aja, biar semua anak Hima wajib nonton ya?" lanjutnya kemudian.
Nanda pun menggaruk tengkuknya sembari melirik Gita yang kelihatan masih tenang-tenang saja. Ia tahu sahabatnya itu sedang memikirkan kalimat balasan untuk ketua Hima mereka.
"Jangan dong Kang, itu kan hak kita untuk nonton atau enggak. Kalau dibuat wajib untuk pengurus Hima, efeknya apa buat program kerja kita? Lagian semua orang mungkin punya kepentingan yang jauh lebih mendesak," tegas Gita.
"Wooo! Lawan Tam! Lawan!!" sorak senior lain yang terprovokasi oleh omongan juniornya barusan.
Namun sang ketua Hima Teknik Lingkungan itu hanya tersenyum tipis, dan berjalan mendekat ke arah dua juniornya. "Kamu bikin saya pengen wajibin soalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Romance| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...