....
"Selamat sore insan muda sekalian, balik lagi di 105.9 fm Ardan Radio, barengan sama Rasmus dan Dimasta, di mana Mus??"
"Hegarmanah!! Heboh, seGar, ngeuNah!!! Wakaka, Dim, kayaknya kita kudu lanjut bacain requestan insan muda yang udah kirim pesan ke kita lewat burung japati!!"
"Asoy! Gak lewat burung piit aja Mus?"
"Karunya atuh burung piit mah leutik Dim! Hahaha, Yuk ah, lanjut Dim, siapa nih yang bakal kita puterin requestannya sekarang?"
"Dari sekian banyak, ada satu yang bikin ane deg-degan nih, Mus! Soalnya kayaknya dalem banget pesannya nih, Mus!"
"Napa, napa? Bacain biar insan muda denger pesan yang bikin Dimas kembang kempis hidungnya!"
"Nihhh, ada satu insan muda, namanyaㅡ widih cakep bener! Orangnya cakep juga nggak nih, ya?"
"Namanya ... insan muda, Gemilang Mahameru!! Subhanallah!! Muuus, bagus benerr nggak kuaat!"
"Katanya dia mau kirim pesan buat seseorang yang sudah menduduki hati dan pikirannya selama beberapa bulan terakhir!"
"Menduduki, udah kayak pertandingan bola! Lanjut Dim!!"
"Ketika hati sudah memilih, apalah daya hanya bisa menanti, sampai kau membuka hati. Diriku sang pejuang hati, yang akan tetap di sini, untukmu, Gempita Maharani ..."
"Bunuh gueee Dim!!! Matiik, maniss bangettt Kang Gemilang! Ya udah selagi kita meleleh jadi debu, insan muda sekalian, mangga disimak lagu requestan akang Gemilang untuk teteh Gempita ...."
... Intro lagu ballad yang amat sangat familiar untuk Gita, terdengar dari speaker radio. Sore itu, ketika Bandung sedang macet-macetnya, bahkan untuk melewati lampu merah pun harus menguji kesabaran setiap umat.
Radio adalah satu-satunya pelipur lara yang kadang bisa mengundang sedikit senyuman, atau cengiran. Namun kali ini, untuk pertama kalinya, sebuah siaran radio membuat jantungnya berdebar tak menentu, seolah semua hanya mimpi yang sebentar lagi sirna ketika kita membuka mata.
Tapi tidak, justru ini kenyataan. Entah seberapa konyol ataupun cheesy-nya usaha barusan, Gita harus mengakui, jantungnya tidak beres begitu mendengar sebait puisi yang dibacakan oleh Dimasta, sang penyiar. Meskipun dengan nada penuh canda, Gita sadar makna dari kata-kata itu nyata dan hidup.
Gilang sedang menunggunya.
Gita melirik Gilang yang tengah serius menyetir, kupingnya merah padam. Pemuda itu tak berani sekedar melayangkan lirikan pada gadis di sampingnya. Terlalu malu, mungkin. Meskipun sebenarnya mobil sedang dalam posisi diam di lampu merah, dan dia tidak sibuk apapun selain menggigiti bibirnya, ia tetap menolak untuk menengok ke sisi kiri.
....
Ada ruang hatiku yang kau temukan
Sempat aku lupakan, kini kau sentuh
Aku bukan jatuh cinta
namun aku jatuh hati
Ku terpikat pada tuturmu
aku tersihir jiwamu
Terkagum pada pandangmu
caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwa ku
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Romance| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...