Mantan Teman Sebangku

5.6K 1.1K 115
                                    

Warning : Terlalu banyak Bahasa Sunda kasar, tolong dimaklumi 



"DADANG!" Jaka berteriak manja sambil memeluk seorang cowok putih langsat, yang mukanya sebening porselen Cina.

Cowok yang dipeluk Jaka itu cengar-cengir bingung, sambil mendorong badan Jaka yang gelendotan kayak anak koala.

"Naon sih Jaka! Geuleuh siah mah! Ngalih!" ujarnya jijik. Logat sundanya sebelas dua belas dengan Jaka, padahal penampakannya kayak bule.

(Apa sih Jaka! Jijik ah! Minggir!)

Ia pun menyingkirkan Jaka yang menyedihkan dengan susah payah, karena Jaka benar-benar sulit dibasmi, macam hama wereng di sawah.

Jaka pun menarik Juned dan Bams ke depan, supaya berkenalan dengan mantan teman sebangkunya kala SMA itu. Merupakan suatu pengalaman yang cukup memorable bagi Dadang, sebangku dengan Jaka. Sampai detik ini kadang ia masih takjub dengan kesabarannya sendiri, karena sanggup melewati berbagai jebakan Batman berupa upil ataupun permen karet yang terlampau malas untuk dibuang di tong sampah oleh Jaka. Meskipun Jaka sering menguji kesabarannya, Dadang tetap menjaga hubungan baik dengan si jagoan taekwondo sekolahnya itu. Pada dasarnya Jaka itu anak baik. Buktinya bisa membuat Dadang bertambah pahala dan meningkatkan kadar kesabarannya sebagai manusia.

"Eh Dang! Kenalkeun ieu babaturan urang di Mesin! Nu ganteng pisan, Bang Juned! Nu beungeutna pikawatireun, si Bams!" Jaka menunjuk Juned dan Bams bergantian macam menawarkan sabun cuci piring ke ibu-ibu PKK.

(Dang, kenalkan teman-teman gue di Mesin! Yang ganteng banget, Bang Juned! Yang mukanya melas, si Bams!)

Cowok cakep itu pun tersenyum kelewat manis sambil menjabat tangan Juned dan Bams.

"Mun duaan ieu mah, teu penting lah! Geus wawuh pan!" Jaka melambaikan tangan asal di depan muka Gilang dan Dika.

(Kalau berdua ini tidak penting lah! Sudah kenal, 'kan?)

Cowok itu pun tos-tosan dengan Gilang dan Dika. Maklum, sudah kenal sejak SMA.

"Maneh, kumaha damang?" Gilang menepuk pundak cowok itu.

"Damang, lur! Maraneh kumaha yeuh?" balasnya.

"Alus, coy! Naha teu asup Mesin oge atuh? Meh rame siga tim futsal baheula!" Dika nyengir.

(Baik dong! Kenapa nggak masuk jurusan Mesin juga? Supaya ramai seperti tim futsal dulu!)

"Anjir, sajurusan deui jeung maraneh, rusak masa depan aing!" celotehnya dengan nada lucu.

(Waduh satu jurusan dengan kalian, bisa rusak masa depan gue!)

"Bangsat oge si Dadang!!" Dika pun ngakak sambil tepuk tangan, karena candaan frontal Dadang.

"Teu bisa lah, pan kudu miluan indungna jadi designer!" ujar Gilang.

(Nggak bisa lah, 'kan dia harus ikuti jejak ibunya jadi designer!)

Dadang pun melirik Jaka dengan penasaran, "Eh, aya naon yeuh? Pasti aya butuhna yeuh, urang di calling after an eternity!" ujar Dadang, dengan bahasa gado-gado ala Bandung Selatan yang bikin Bams dan Juned mules seketika.

(Eh, ada apa ini? Pasti karena ada butuhnya nih, gue dipanggil setelah sekian lama!)

"Kanyahoan tah Jaka budug! Matak tong nilpun babaturan lamun aya butuhna hungkul, Lur!! Di sekak mat ku si Dadang!!" Dika menceramahi Jaka yang kalau mengontak orang hanya ketika ia butuh saja. Tipikal butuh baru ingat.

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang