Peringatan :
Banyak spoiler film Avengers End Game, buat yang belum nonton, disarankan nonton dulu baru baca chapter ini
Ketika mereka memasuki studio, lampu sudah digelapkan. Alhasil, Gilang yang sengaja memilih tempat paling atas dan paling pojok, harus permisi-permisi pada sejuta umat.
"Misi Teh, misi Kang ... punten. Eh, Om, maaf kakinya lipet bentar bisa?" Berulang kali Gilang bisik-bisik begitu.
Gita mengikuti di belakangnya sambil menahan tawa. Orang-orang memandangi mereka dengan tatapan laser. Seolah mau bilang; udah tahu di pojok, dateng sejam sebelum kek!!
Akhirnya setelah mendaki gunung lewati lembah, mereka pun sampai di kursi pesanan. Berhubung di samping kursi mereka ada sepasang kekasih sedang pacaran, Gilang menyuruh Gita duduk di pojok dan Gilang yang di samping kursi pasangan itu. Kebetulan pojokan memang tempat favorit Gita.
Hanya Gilang yang membawa popcorn, Gita cuma membawa minum, karena Gita ternyata tak terlalu suka makan popcorn di bioskop, katanya bikin nggak fokus.
Belum tahu saja Gita, sebentar lagi juga fokusnya terganggu. Secara nonton bersama Gilang, makan terang-terang saja rusuh, bayangkan makan pas gelap. Bayangkan betapa berantakannya. Kalah kandang ayam.
Iklan-iklan pun mulai bermunculan di layar, Gilang mulai menyedot es tehnya, sambil memerhatikan orang-orang di dalam bioskop yang full house itu. Gila, rame bener, tapi kenapa banyak anak kecil?
Akhirnya tampilan hijau tanda film ini diperuntukan bagi remaja pun muncul. Jadi, kenapa pula ada banyak emak-emak yang membawa bocah ingusan yang belum lancar bicara, bahkan masih ngompol, menonton film yang jelas-jelas bakal banyak adegan pembunuhan ini? Masyarakat kita memang masih mengesampingkan peraturan sesimple ini.
Gilang menyenggol siku Gita. "Git, saya heran deh, ini film buat remaja menuju dewasa 'kan, tapi kenapa banyak anak kecil nonton coba? Ortunya gimana ya itu?"
Gita pun mengalihkan pandang ke sekitarnya. Memang banyak suara anak kecil di bioskop yang penuh sesak ini. Maklum, ini film yang paling ditunggu oleh penggemar Marvel.
"Iya sih Gil, kasihan juga, anak kecil' kan ingatannya tajam, kalo habis ini nggak bisa tidur gara-gara nonton, salah ortunya. Kalau ortunya mau nonton ya boleh sih, tapi anaknya jangan diajak lah, demi masa depan anaknya juga 'kan?" bisik Gita.
Gilang tersenyum mengetahui Gita sependapat dengannya. Gita masih peduli dengan hal-hal yang sekilas remeh macam itu. Emang bener, udahlah, Gita cocok jadi ibunya anak-anak entar.
"Iya, mudah-mudahan aja, saya nanti kalo jadi bapak nggak khilaf gitu ... " Gilang menelan ludah, "Kamu jadi ibu juga eling ..." Gilang berhati-hati agar tak menyebut istilah 'anak kita', takut Gita bete.
Padahal lidahnya amat teramat gatal pengin sebut; JANGAN SAMPAI ANAK KITA ENTAR GITU YA, GEMPITA MAHARANI.
Gita terkekeh pelan. "Iya Gil, aammiinn! Eh, mulai tuh mulai ..." Gita berbisik, melihat layar sudah mulai memainkan adegan awal.
Gilang pun mengalihkan fokusnya pada layar emas di depan. Belum apa-apa sudah disodorkan adegan Hawkeye bermain sama anak-anaknya. Beuh, makin pengen punya anak. Eh?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Romance| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...