Usai rapat Hima sore itu, Nanda dan Gita rencananya akan mencari cemilan sebelum pulang. Nanda dengan wajah semringah, menjawil lengan sahabatnya yang masih ngobrol dengan anak-anak divisi kesekretariatan. "Eh, bentar ya Nda?" ujar Gita tak enak.
Nanda pun mengangguk, memberi isyarat akan menunggunya di luar. Namun baru beberapa langkah menuju pintu, ia dihadang oleh si ketua Hima. "Eh copot!! Akang ngapain sih ngagetin orang aja, untung jantung saya sehat," Nanda meringis.
Tama mengangkat alisnya sekilas, "Keluar yuk, Akang mau nanya penting."
Gadis berambut sepinggang itu pun mengikuti cowok yang berjalan di depannya, buru-buru keluar. Dalam hatinya bertanya apa gerangan hal penting yang akan ditanyakan di luar rapat?
Begitu mereka sudah jauh dari jarak dengar anak-anak himpunan lain, Tama memutar tubuhnya, dan sedikit merunduk ke arah juniornya, dengan aura mistis ia berbisik, "Nda, si Gita tuh udah jadian belom sih, sama anak fakultas sebelah?"
Nanda pun tercengang, mulutnya sedikit terbuka, lalu menutup lagi. "Mak-maksud Akang siapa nih?" Gadis itu memancing.
"Ah kamu mah, si Gilingan lah ..." jawab Tama datar.
Nanda pun menyembur tertawa, tapi tangannya buru-buru menutup mulutnya sendiri. "Maap Kang, saya nggak kenal namanya Gilingan!"
"Ish, sebut saja Gilingan, nama asli disamarkan takut ada yang curi dengar," Tama melirik sekitarnya dengan curiga.
Tama rupanya menggunakan jurus 'sebut saja Mawar' pada obrolan mereka kali ini. Nanda pun menggeleng pelan, ia sebenarnya paham orang yang dimaksud oleh Tama itu siapa.
"Kok Akang nggak tanya langsung sama anaknya?" elak Nanda.
"Kayak nggak tahu aja kelakuan temen kamu itu, emang dia bakalan blak blakan bilang?"
Nanda menghela napas pelan, lalu menengok ke belakang, memastikan kalau Gita memang masih di dalam ruangan. "Kang, saya kasih tips aja ya, mendingan Akang cari gebetan lain deh Kang, daripada capek-capek?"
"Emang kenapa sih? Suka-suka Akang dong mau ngeceng siapa? Lagian modelan Gita cuma satu di TL, susah nyarinya ..." Tama tersenyum-senyum sendiri.
"Eh Kang, yang mau sama Akang banyak kok pasti, nggak harus nungguin Gita. Anak itu nggak mau pacaran Kang, si Gilingan itu aja udah mendaki gunung lewati lembah, kagak sah-sah juga. Apalagi Akang yang chat aja dicuekin terus?" sindir Nanda.
Tama pun nyaris mengumpat mendengar ocehan Nanda barusan. "Ya apa salahnya sih usaha? Terus kalo bukan Gita ... ya udah saya ngeceng kamu aja, gimana?" Tama nyengir.
Nanda pun mendengus pelan karena gombalan barusan, "Haduh, saya udah ada yang inden, Kang! Udah inden perasaan, jadi gak bisa, mohon maap nih!"
"Kamu nih bisa bercanda dikit nggak? Ya nggak mungkin atuh saya move on cepet banget! Ya udah deh, ntar kabarin aja kalo si Gilingan udah ditolak sama temen kamu, saya mau nyalip!"
Nanda pun mendelik, heran pada kepercayaan diri cowok di depannya itu. Gadis itu membayangkan bagaimana nanti kalau hatinya hancur berkeping-keping, semisal Gilang berhasil mendapatkan hati Gita sepenuhnya. Duh, Kang Tama, cakep-cakep sad boy.
"Kalau nggak ditolak?" tantang Nanda.
"Ya urusan enㅡ" Mata Tama membulat, memandang seseorang berjalan ke arah mereka.
"Nda! Ya ampun, kamu aku cariin dari tadi, malah mojok di sini?" Suara Gita terdengar dari arah belakang, Nanda pun memutar tumitnya, berusaha memasang tampang netral.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Romance| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...