Monica mencubit pipi gembul sahabatnya yang duduk di kursi penumpang depan. "Hahaha! Sa, makanya besok-besok, hati-hati kalo jalan, lu udah keseringan dah keserimpet!"
"Aah, Sakiiit! Tangan apa cakar sih?!" protes gadis berambut panjang yang dicubit pipinya.
"Woy! Udah sampe bege! Berantem mulu dari tadi," Sang supir, si gadis berambut bondol pun memarkirkan mobilnya tak jauh dari gerbang kosan Monica.
Hujan masih turun cukup deras malam itu. Meskipun malam masih tergolong belia, mereka memilih untuk pulang cepat dari kampus, agar bisa cepat beristirahat. Hujan-hujan begini, enaknya selimutan sambil mendengarkan radio.
"Duh, hujan awet amat akhir-akhir ini yah, mana stok indomie gue amblas lagi ..." keluh Monica.
"Yang ngabisin siapa? Elu sendiri bukan?" Kawannya menimpali.
Gadis berambut sebahu itu pun hanya nyengir kuda. "Iyalah, masa curut?"
"Mon ... itu depan pager lu, orang apa bukan sih?"
"Eh! Masa iya setan, baru juga maghrib, setan belum jamnya eksis!"
Monica mendekatkan wajahnya ke jendela mobil, mengerutkan dahinya, sedangkan tangannya sibuk mencari-cari payung di tasnya.
"Orang sih ... tapi siapa ya? Kok nggak masuk aja, ya? Tega bener, nggak ada yang bukain jangan-jangan?!" Monica berseru heboh.
"WAH, ADA YANG LAGI BERANTEM ANAK KOSAN LU!!" jerit Jenar.
"ITU PASTI CEWEKNYA NGAMBEK DEH!!" tebak Saluna.
"Heh! Teori lu busuk bener dah, semua!" Monica menggeleng malas.
"Kali aja, yang ditelepon hp nya mati ..." Gadis itu pun membuka ikatan payungnya, lalu berpamitan, "Ya udah, gue turun ya! Makasih darlings udah anter si cantik ke kosan! Gue mau menyelamatkan orang asing itu, siapa tahu ganteng, terus jodoh gue!" Monica tertawa keras sebelum membuka pintu mobil.
"WOOO, INGET KECENGAN UDAH SEKOMPLEK!" sindir Jenar.
Monica pun menutup pintu mobil, mengabaikan celotehan sahabat-sahabatnya yang memekakkan telinga.
Gadis itu pun mendekati lelaki yang sedang menunduk di depan pagar kosannya yang tertutup rapat. Hawa-hawanya, ia seperti sedang sedih. Monica jadi kasihan.
"Eh, Mas! Nunggu siapa? Kok nggak masuk aja?" Monica memayungi si lelaki yang masih memunggunginya itu. Karena lelaki itu terbilang sangat tinggi, Monica pun mengangkat payungnya sedikit lebih tinggi.
"Saya, nggak pantes masuk Kak, nanti lantainya kotor ..." jawabnya dengan suara luar biasa serak. Monica mengerutkan dahinya, ini memang suara aslinya seserak ini, atau dia sedang sakit?
"Eh, gak papa kok! Masuk dulu yuk ... nanti sakit kalau di luar terus,"
Namun laki-laki itu menggeleng. Kali ini ia menengok ke arah Monica yang sudah berbaik hati mengajaknya bicara. Setelah beberapa jam terakhir orang-orang tidak mengacuhkannya ketika masuk ke rumah.
"Makasih ya Kak, udah mayungin saya ... sa- saya gak papa kok, Kakak masuk aja, nanti sakit ..." ujarnya pelan.
Setelah memandangnya lamat-lamat, Monica pun terkejut, ia sepertinya tahu siapa lelaki ini. "Eh, kamu ... yang beberapa hari lalu ke sini, 'kan?"
Si ganteng itu 'kan? Temennya Gita? Wah, ada yang nggak beres deh pasti.
Cowok itu mengangguk pelan. Tetesan air hujan meluncur dari ujung-ujung rambut hitamnya. Pakaiannya memang basah kuyup. Monica tidak habis pikir, berapa lama ia mematung di bawah hujan deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Romance| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...