"Bray, si Nanda bilang, Gita udah disuruh keluar gedung! Burukeun, keburu si Nanda engap di WC!" ujar Dika.
Mereka sebenarnya sudah menunggu di pinggiran gedung yang menjadi kelas terakhir Gita dan Nanda, ide grebek di depan gedung adalah hasil pemikiran sampahnya Dika dan Nanda. Kasihan Nanda, ketularan sampah kelamaan main sama mereka.
Benar saja, siluet gadis itu berjalan santai dengan beberapa mahasiswi lain pun terlihat dari posisi bidik. Gilang pun buru-buru bergerak dari posnya, menuju sosok Gita yang berjalan ke arah bangku semen di depan gedung bercat abu-abu putih itu. Begitu jarak semakin dekat, Gilang pura-pura jalan santai, dan menepuk pundak Gita.
Gadis itu berbalik, begitu pula beberapa kawannya yang langsung terbelalak. Gilang membatin cewek-cewek ini pasti kurang asupan cowok ganteng di hidupnya, sampai-sampai melotot segala melihatnya. Gilang berniat kasih senyum, tapi 'kan senyumnya mahal. Alhasil ia hanya pasang tampang sok keren.
"Loh, Gilang?!" Gita memandang kaget karena Gilang ada di depannya, tanpa janjian, dan entah dari mana dia tahu Gita akan keluar dari gedung ini.
"Untung pas! Udah lari-larian tadi ke sini." Gilang nyengir.
Memang cowok itu terlihat sedikit terengah, meskipun ekspresinya terlihat cerah.
Hal yang membuat Gita lebih terkejut, sejujurnya karena Gilang memakai sweater buatannya, tapi lega karena ukurannya bisa pas. Hari itu memang cukup dingin, dan Gita senang kado sederhananya ternyata berguna.
"Cieee Gita!! Udah ada yang nyamperin nih sekarang!!" seru salah satu teman ceweknya yang berambut agak cokelat. Lalu mereka pun terkikik heboh sambil lirik-lirik centil ke arah Gilang.
"Ehm, ehm! Kita cabut duluan kalo gitu yah, Git!! Have fun beeb!!" Teman Gita yang lain mengedipkan sebelah mata pada Gita, seolah gadis itu mau diajak plesir atau apa.
"Eh, nggak mau barengan aja?" Gita menahan mereka.
"Nggak, kita mau makan dulu ah! Kamu sama si Akang aja tuh, udah disamperin!" celoteh yang lain. Gita pun terlihat canggung karena hal tidak terduga ini. Ditambah lagi Nanda tidak kunjung keluar dari tempat setoran alamnya. Double kill mati kutunya.
"Eh, iyaa, sorry ya gak bisa bareng ke gerbang deh!" sahut Gita.
Ketiga teman sekelas Gita itu pun berlalu sambil masih tertawa-tawa. Meninggalkan Gita yang harus menghadapi Gilang dengan entah apa rencana buatannya.
"Hehe, Git, saya tambah ganteng nggak, pake sweater buatan kamu?" Suara serak Gilang menarik atensinya lagi.
Gita pun menahan senyum melihat Gilang yang tengah menatapnya penuh harap. Lalu gadis itu pun refleks merapikan kerah kemeja Gilang agar tidak tenggelam dibalik sweater-nya.
Dasar cowok, kalau pakai apa-apa pasti buru-buru.
"Sweater-nya bagus ... jadi ya bagus dipake sama kamu," Gita bercanda.
Orang-orang yang lewat, maupun yang sedang nongkrong di sekitar mereka mulai lirik-lirik ingin tahu, karena mojang favorit di TL itu sekarang ada yang menyambangi, dan ditanggapi positif pula. Biasanya kalau ada yang menghampiri pun, Gita hanya melengos ataupun pamit sopan, terlebih kalau mahasiswa jurusan lain.
"Aduh Git, patah hati nih gua!" teriak salah seorang cowok yang sedang nongkrong di dekat situ.
"GITAAA, KOK TEGA SAMA AKANG?" timpal yang lain.
Ada juga yang pura-pura menghapus air mata, atau melirik dengki ke arah Gilang, dramatis sekali pokoknya kelakuan fans-fans nya Gita ini rupanya. Gita hanya balas dengan senyum canggung dan sepertinya memilih untuk pura-pura budek karena ocehan berisik cowok-cowok jurusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Romance| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...