Pagi itu Genta setuju untuk mengantarkan Gita jalan-jalan, mengingat sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama. Menurut Genta, hari libur lebih baik dipakai untuk quality time dengan saudaranya.
Genta bertanya pada ibunya yang tengah menyiapkan sarapan, "Bu, mau ikut nggak jalan-jalan?"
"Iyaa Ibu ikut aja yuk!" Gita yang sedang mengatur sendok dan garpu untuk sarapan pun menimpali.
Ayah yang sedang membaca koran, langsung melipat korannya. "Ayah ndak diajak ... gak keliatan opo piye?"
"Ayah sih, makanya baca koran online aja. Hari gini masih aja pake kertas, makanya nggak kelihatan!" imbuh Genta.
"Kita ini mumpung masih mampu beli koran, kasihan loper-loper koran Gen ... pada ndak laku."
Genta pun meringis, menyadari komentarnya yang sedikit keterlaluan, "Oh iya juga yah ... maaf ya, Genta salah ..."
Ayah pun tersenyum melihat Genta langsung meralat opini khas millennial-nya itu. Ayah belum lelah mengingatkan kedua anaknya untuk tetap rendah hati dan membantu sesama. Uang kalau dihabiskan untuk kebaikan dan kesejahteraan orang lain tidak pernah salah di mata ayah.
"Jadi, Ayah diajak ndak niih?" Ayah menggoda kedua anaknya.
"Memangnya Ayah gak sibuk? Aku sih pengennya Ayah ikut juga sekalian!" Gita mengangguk.
"Nggak sibuk kok! Siapa juga lagian mau diajakin meeting hari minggu gini, Nduk?"
Gita pun nyengir, lalu mengajak ayahnya ke meja makan. Begitu semuanya duduk rapi, makan bersama, Ayah justru mendapatkan satu ide brilian.
"Kalau Ayah ajak teman Ayah sekalian hang out sama kita gimana?"
Genta dan Gita pun mengangkat alis mereka dan bertukar pandang.
"Yaelah, Ayah di rumah aja deh kalo mau kerja juga ..." Genta berseloroh.
"Eh, denger dulu! Ayah mau coba ajak si mas ganteng yang bikin si Adek susah ngedip itu lho, Gen!"
Mulut Genta langsung membulat seperti huruf O besar. Sedangkan Gita berhenti menyendokkan nasi gorengnya, lalu menghembuskan napas perlahan.
"Ya udah coba aja Yah! Aku yakin, mas itu nggak mau ikut!" Gita bertaruh.
Ayah meletakkan sendok lalu tersenyum, "Mau Ayah telepon sekarang? Biar ketahuan jawabannya?"
"Ayah, kalau makan selesaikan dulu, jangan ngapa-ngapain ... ndak baik," Ibu mengingatkan suaminya.
"Iya sayang, nanti aja habis sarapan Ayah teleponnya." Lalu Ayah pun melanjutkan makan sambil melirik si Bungsu yang sedang menyendok dengan tangan gemetaran.
Ibu menyadari ketidaksukaan Gita, tapi toh tidak ada salahnya punya pilihan untuk masa depan anak gadisnya. Lagipula anak buah Ayah kelihatannya bibit yang baik untuk menjadi calon mantu. Meskipun ia tahu, seseorang bernama Gilang sepertinya sedang mengambil alih pikiran dan hati Gita saat ini.
***
"Mau lho Bu, dia! Haha, polos banget Ayah suruh bawa berkas yang kemarin; dia bilang siap!" Ayah berkata pada ibu yang sedang siap-siap di meja rias.
Ibu mengernyitkan dahinya, "Ya ampun Ayah, itu namanya ngejebak dong, kalo dia ada urusan yang lebih penting gimana? Kasihan hari liburnya Ayah ambil ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Romance| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...