"Gilang kamu kenapa nggak jadi jemput adikmu?"
"Oh, bukan gak jadi, masih lama ternyata baliknya! Jadi gabut deh!"
Gita pun mengangguk samar, sembari menggigit bibir bawahnya. Lalu manik matanya bergerak cepat dari meja mereka, ke arah meja kasir di dekat pintu keluar.
"Hm, yaudah kalo gitu, saya pamit pulang ya! Makasih udah nemenin makan."
Duh yah, mancing banget minta ditahan 'kan.
"Apaan kok baru jam segini udah pulang? Kita nonton aja gimana? Tapi saya yang traktir! Kamu kan ikut aja!"
Gita yang sudah berdiri pun menengok. "Lah, emangnya saya mau apa diajak nonton?"
"Nggak mau kenapa alesannya?"
"Yaa, gimana ya ... kayak lagi ngedate aja nonton,"
"Nonton sama temen juga bisa kok! Gak harus sama pacar!"
"Hm iya sih, yaudah saya bayar dulu ya!" Gita lantas berjalan menuju meja kasir.
Gilang pun langsung berdiri dan secepat kilat menuju meja kasir juga. Mereka jadi kayak balapan untuk sampai ke sana duluan.
"Mbak pake kartu saya aja!" Gilang langsung menyodorkan kartunya.
Gita tak terima, "Mbak kartu saya aja!" Disodorkan kartu miliknya kepada mbak kasir.
Si Mbak pun kebingungan mau ambil kartu yang mana, karena kedua pemilik kartu tengah menatapnya tajam dan berapi-api.
Begitu tangan si Mbak hendak mengambil kartu Gilang, Gita langsung mengoceh, "Jangan Mbak, pake yang ini aja, itu kosong saldonya!"
"Enak aja! Mbak, punya saya aja, cepet udah buru!"
"Mbak! Punya saya aja!" Gita setengah menjerit.
Otomatis mereka jadi tontonan yang pada makan di situ. Sebagian pelanggan tersenyum-senyum lucu. Ada juga yang nyinyir, julid. Sampai manajer restoran mulai memerhatikan karena takut ada baku hantam.
"Mas, Mbak, maaf sekali, tapi jadinya pakai yang mana lebih baik diskusikan dulu, kami masih lama kok tutupnya." Si Mbak tersenyum sopan.
"Punya sa ..." Kalimat Gita terhenti di udara.
Gadis itu mendadak kaku di saat ia merasakan lengan kiri Gilang mendekap bahunya dari belakang.
Punggung gadis itu pun beradu dengan dada Gilang. Terasa jelas, detak jantung Gilang yang ritmenya berantakan.
Gilang berbisik, "Gita, tolong jangan keras kepala."
Dan Gilang pun menurunkan tangan Gita dari meja, kemudian menyerahkan kartu debitnya sendiri ke Mbak Kasir. Mendekap Gita lebih erat, supaya gadis itu tidak mengacaukan transaksi yang hampir sukses.
Detik itu juga Gita merasakan sensasi aneh. Debur jantungnya berubah liar dan blingsatan.
Sialan Gemilang.
Mbak Kasir pun tersenyum-senyum penuh arti, seraya memproses tagihan menggunakan kartu Gilang. Manajer restoran elus dada.
Tiba-tiba semua pelanggan restoran itu bertepuk tangan. Jadi, sejak tadi semua orang nonton ya rupanya? Menunggu endingnya bagaimana? Dikira drama korea, apa?
***
Apa yang terjadi setelah keluar dari restoran? Berantem. Mereka selalu saja bertengkar setiap habis makan enak. Dasar orang-orang aneh. Harusnya habis makan tuh ketawa-ketawa. Bahagia, perut kenyang. Tapi tidak dengan Gita dan Gilang, selalu saja ada hal yang diributkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Romance| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...