"Ah, belum kok Mbak! Salah meja kali, coba cek lagi pesenannya apa aja ..." Gita melongok ke komputer kasir.
Mbak kasir itu hanya tersenyum sopan sambil menyodorkan bon bukti bayarnya, Gita langsung mengecek apa saja isi menunya. Kalau sampai ternyata pesanan mereka belum dibayar, 'kan kasihan Mbaknya yang harus ganti nanti.
"Hah? Siapa yang bayar, Mbak?" Gita menuntut.
Mbak kasir tak berdosa itu pun menggaruk pipinya, sedikit panik. Dia pun tak ingat siapa yang membayar tadi. Sementara orang-orang sudah mulai memerhatikan Gita yang masih bersikeras bahwa dia belum bayar. Padahal antrean sudah semakin mengular di belakang gadis itu.
"Pokoknya sudah dibayar ya, Mbak ..." Mbak kasir tersenyum melas.
"Iya, tapi siapa ya Mbak?" Gita sangsi, tidak mungkin si kampret Gilang yang bayar, jelas-jelas dia minta traktir tadi.
Orang-orang di belakang Gita sudah mulai berdecak tak sabar.
"Saya yang bayar!" Tetiba suara serak-serak basah Gilang terdengar di belakang Gita. Gadis itu pun menelan ludah, kaget.
"Sorry ya Mbak, pacar saya suka bercanda nih. Orang udah dibayar Yang, ngapain ke kasir lagi?" Gilang kelihatan serius bicara pada Gita.
Apa tadi dia bilang? Pacar, Yang?
Yang? Kayang? Goyang?
Gita makin melongo, muat deh sepatu masuk ke mulut dia sekarang, saking lebarnya.
"Yuk pulang! Eh, makasih yaa Mbak! Spaghettinya enak pisan!" Gilang bagi info tak penting ke Mbak kasir, sambil mengacungkan jempol.
Gilang pun mendorong punggung Gita ke arah pintu keluar.
Begitu sampai di luar, Gita membalik badan tiba-tiba. Hampir saja Gilang tabrak kalau rem dia blong, untung saja rem kakinya rajin diminyakin, jadi pakem.
"Bujug, balik badan tuh bilang-bilang, Bu! Kalo ketiban gimana? Saya sih seneng-seneng aja niban kamu!"
Gita langsung menggebuk lengan Gilang. Tapi nggak sakit untuk Gilang, begitu doang sih, namanya gebuk-gebuk manja.
Yang ada Gilang senang.
"Kamu tuh, gila, apa sinting, apa miring, apa psycho, apa edan?!" Gita kesal.
"Sebut aja semua! Nu gelo! Sarap! Wong edan, bodat!" Gilang menantang.
"Kamu tuh kenapa, sih? Aneh banget!"
"Aneh kenapa sih, Gita? Ngomong dulu pelan-pelan, jangan sambil marah-marah, sekarang salah saya apaan, coba?" Gilang jawab sabar, sesabar Ibu Pertiwi.
"Ya kamu tuh aneh! Masa bilang sama mbak kasirnya kita pacaran! Pake Yang ... Yang, segala?" Gita merengut.
"Ya, terus kenapa? Emang kenal sama mbaknya?" tanya Gilang.
Gita menggeleng.
"Nah, terus? Gak kenal kan? Besok juga dia lupa siapa kita! Dia ketemu ratusan orang sehari, mana mungkin inget sama kita! Dia juga nggak peduli kali, kita pacaran beneran apa enggak?" jawab Gilang rasional.
"Ya tapi, 'kan ... " Gita menyanggah.
"Tadi, kenapa saya bilang gitu, biar cepet aja. Biar mbaknya juga nggak bingung. Nggak lihat, antrean yang mau bayar lumayan banyak, tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Romance| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...