Seri pertama dari Paririmbon Betaljemur versi Gita
Peringatan : Dapat menyebabkan ngantuk, ngowoh, dan ngences
Ayah Gita berasal dari keluarga sederhana, orangtuanya bersusah payah untuk menyekolahkan putra pertamanya itu, agar kelak bisa jadi tulang punggung kokoh untuk keluarganya yang bergantung pada bertani.
Memiliki orangtua yang bermata pencaharian sebagai petani padi, tidak lantas membuat gentar lelaki pemimpi itu. Ia selalu mengajak teman-temannya bermain di sawah keluarganya, sekedar nongkrong, ataupun mencari belut untuk digoreng. Bukannya malu, ia justru bangga pada kedua orang tuanya, yang menurut sebagian besar orang, hanyalah buruh rendahan.
Menurut Prawiro Suryolaksono, pekerjaan orang tuanya adalah pekerjaan yang paling mulia di negerinya ini. Karena semua orang butuh beras, butuh nasi, mulai dari orang miskin, orang kaya, sampai presiden sekalipun. Siapa tidak butuh nasi?
Kerja kerasnya belajar dan berdoa berbuah hasil hingga berkesempatan untuk menuntut ilmu di universitas terbaik di Yogyakarta. Tidak tanggung-tanggung, ia menerima beasiswa penuh untuk menuntut ilmu sampai tuntas di jurusan Teknik Geologi.
Kenapa ia memilih jurusan itu? Karena menurutnya prospek kerja yang luas, dan jujur saja, kemungkinan untuk menghasilkan materi yang cukup menjanjikan, agar bisa menopang keluarganya kelak. Sesederhana itu niatnya.
Ia merantau dari Rembang ke kota besar sendirian, dengan bekal seadanya dari orangtuanya. Namun dengan tekad besar, ia pun berangkat dan memulai petualangan kecilnya.
Pada satu siang yang terik, setelah kesal karena bimbingan dengan dosennya gagal; sang dosen ada seminar dadakan ke Jakarta. Teman sekelasnya memintanya menjadi kelinci percobaan untuk kenalannya, seorang mahasiswa Kedokteran Gigi. Simple katanya, hanya dibersihkan saja. Apa pula yang dibersihkan? Kurang paham juga. Prawiro ke dokter gigi saja sudah satu dekade yang lalu mungkin, saat dicabut giginya. Toh selama ini ia rajin sikat gigi, dan tak pernah merasa ngilu.
Mendengar akan dibayar, Prawiro pun semangat, karena butuh duit untuk nge-print skripsian. Beranjaklah ia ke Fakultas Kedokteran Gigi. Prawiro tidak pernah menyangka di sana akan bertemu dengan seseorang, yang ternyata akan mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat, Rd. Serayu Kahiyang Larasati.
Sial, Prawiro seharusnya paham, gadis secantik dan se-elegan itu, tidak mungkin berasal dari keluarga sembarangan! Ia harusnya punya otak untuk cari tahu dulu tentang gadis itu, sebelum terjun bebas ke jurang bernama cinta.
Sungguh sudah terlalu dalam perasaan Prawiro pada gadisnya, ketika dengan polosnya sang gadis mengatakan bahwa keluarganya berdarah biru, dan tinggal di pemukiman keraton. Hati Prawiro ingin tetap mengejar gadisnya, namun otaknya memintanya untuk mundur teratur.
Seorang putri keturunan bangsawan, dengan anak petani? Apa kata orang?
Prawiro pun memilih untuk memutuskan hubungan mereka dengan baik-baik.
Sayangnya, gadis yang disapa Laras itu tidak pernah terima dengan pemutusan sebelah pihak tersebut, ia pun jatuh sakit. Gadis pendiam yang selalu penuh tata krama itu akhirnya mengutarakan isi hatinya pada sang bunda, sontak keluarga besarnya heboh.
Prawiro yang kala itu tengah bertugas di tambang batu bara di Kalimantan, terkaget-kaget karena didatangi oleh ayah Laras, yang ia tidak kenal sebelumnya. Ayahanda Laras memutuskan untuk merestui hubungan mereka, karena ia menyaksikan sendiri betapa pekerja kerasnya seorang Prawiro. Anak sederhana yang selalu berusaha sampai titik darah penghabisan, bahkan ia rela mundur demi menjaga nama baik keluarga Laras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Storie d'amore| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...