Pita Untuk Gilang

6.1K 1.4K 166
                                    



"MAS! MAS! BANGUN MAS!"

Gegem menarik-narik kuping Gilang supaya kakak keduanya itu bangun. Tadinya membangunkan dengan cara halus, tapi karena agak lama efeknya bekerja, jadi pakai cara brutal saja.

" ... RASENGAN!!!" Gilang pun membentuk kepalan dengan tangannya, di acung-acungkan kepada musuh.

Gegem melompat mundur untuk menghindar. "Bangun duluu, Naruto Ka We!!"

"Hngg, opo siik?? Gak liat ini jam berapa Suketi??" Gilang mengucek-ucek matanya sambil berdecak keras.

Jam dua pagi. Makasih, adik sayang, kalo mau ucapin happy birthday bisa besok pagi aja gak? Ganggu bener!!

"Mas! Bantuin aku dong, beneran deh! Aku gak tahu mau minta tolong siapa lagi ..." Kali ini adiknya itu sudah mbrebes mili, alias berkaca-kaca.

Gilang memandangi lagi adiknya lekat-lekat. Eh, serius ini kayaknya.

"Mas, toloong banget, beliin aku pembalut di indomaret depan dong, punyaku abis banget, aku lupa, tanggalnya maju!!"

"HAH? MAKSUDNYAH MAS SURUH BELIIN SOPTEK??" Gilang hampir kejang mendengarnya. Belek di mata Gilang sampai ikut kejang.

Gegem ini memang belum lama dapat haid pertamanya, baru sekitar kelas tiga SMP, jadi dia masih slebor soal tanggal-tanggalan. Mbok ya, nggak tengah malem juga, hadeuh!

"Besok pagi aja Dek! Mas janji beliin deh, sekarang pake tisu aja dulu!" Gilang pun memunggungi adiknya.

Gegem menghembuskan napas dengan kasar, macam banteng yang lihat gorden merah. "MASA PAKE TISU, OTAKNYA DIMANA SIH?!"

Pantat Gilang pun jadi landasan kakinya Gegem. Itu anak nendangnya ala-ala Messi menendang penalti pula. Dengan kecepatan cahaya, menjalar rasa aneh di sekujur pantatnya.

"ADOOOH! SAKEET, SETAAN!" Gilang pun terguling dari kasurnya sambil menggosok pantatnya yang dadas.

"LIAT NIH, AKU UDAH TEMBUS! AKU JUGA CAPEK DARI TADI BERDIRI GAK BISA DUDUK, NANTI REMBES KEMANA-MANA!"

Gegem menunjukkan celana piyamanya yang terdapat bekas-bekas pertumpahan darah. Gilang pun berjengit sambil menutup kedua matanya dengan tangannya, masih berguling di lantai.

"Iya uwes, bentar yaa adekku sayang, Mas ambil jaket dulu, kamu mau ikut nggak ke indomaretnya?" Gilang pun membersihkan belek di matanya sambil berusaha bangkit.

"MENURUT MAS AJA, ENAKNYA GIMANA?!" Gegem bertanduk. Gilang pun langsung sungkem.


***


Apes. Hanya itu yang bisa dirapalkan otak Gilang sembari menaikkan resleting jaketnya. Ia berjalan cepat ke indomaret yang buka 24 jam paling dekat dari rumahnya.

Ia sendiri hanya berusaha empati pada adik perempuannya, toh sampai mati pun ia tidak akan tahu seperti apa rasanya sakit saat datang bulan. Kenapa emosi perempuan bisa sampai meledak-ledak, Gilang yakin sakitnya bukan main, dan itu harus dialami adiknya, ibunya, dan semua perempuan setiap bulannya.

Cowok jangkung itu mengambil satu pak pembalut berwarna biru tua, kata Gegem yang ada sayapnya. Huh, nggak cuma ayam yang punya wings rupanya.

Ia lalu melihat ada yang bungkusnya warna pink, kecil gitu, apa ini pembalut super mini ya? Gilang penasaran, jadi dibeli juga olehnya. Siapa tahu dipuji Gegem, karena inisiatif beli pembalut paling mutakhir abad ini. Kecil, macam Ant Man!

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang