Cerita kembali ke alur maju
Pagi itu Gilang bangun lebih pagi dari biasanyaㅡbukan, bukan karena mau jogging, apalagi pengajian ke masjid. Tapi karena mau mengantar si bungsu yang harus sampai lebih pagi, akibat kebagian piket. Sungguh sebuah alasan yang tidak mutu dan nggak worth it, buat ganti waktu tidur Gilang yang sudah kena diskon banyak.
Tapi kata Ibu, buat apa pakai ojek, kalau masnya sendiri mantan tukang ojek. Iya, memang Gilang mantan mitra grab dan driver go-jek. Kenapa? Ya iseng, waktu butuh duit buat beli komputer sama PS baru.
Dan bisa ditebak, yang usul ide brilian itu siapa? Dika. Nggak perlu penjelasan lebih lanjut, ya? Kalau pengin dibahas, ya kapan-kapan kita bahas tentang job sampingan Gilang dan Dika ini. Kapan-kapan itu bisa jadi satu putaran bumi lagi.
"Geeem! Buruan oy, sikat gigi tuh sebelum makan, dodol! Bukan udah mau berangkat gini," Gilang jerit-jerit dari ruang makan.
Adiknya yang nyentrik itu, selalu sarapan dulu, baru sikat gigi. Ajaran sesat dari mana, nggak tahu juga. Memang masuk akal sih, sekalian bersihkan sisa makanan yang tadi. Tapi, dia sarapan masih jigongan dong? Ya sudah sih, perut-perut dia lah.
"Sabar, elah, lima detik!" Gegem nongolin kepala dari kamar mandi, dengan mulut penuh busa. Mirip anjing rabies.
Gilang yang masih mengunyah roti sambil menyedot susu bendera stroberi, memasang muka nyolot ke adiknya. "Mas itung sampe lima, kalo gak kelar, pergi sendiri pake angkot!"
"SATO, SATO SEPEREMPAT, SATO SETENGAH, SATO BENERAN, DU..."
Dan keluarlah Gemintang Senjalangit dari kamar mandi, dengan tampang kalem dia ambil tas ransel bergambar Liverpoolnya dari kursi. Dia tahu, masnya yang tengilnya mengalahkan Sule itu, nggak bakalan menghitung sampai lima. Itu cuma naga-nagaan dia saja, biar bikin panik.
Masnya itu, sayang banget sama dia. Saking sayangnya, tiap hari mengajak baku hantam.
"Nyok!" ajak Gegem. Dia sedang pakai kaos kaki, lanjut sepatu kanvas hitamnya. Cepat banget kalau pakai sepatu, maklum anak futsal.
"Naik apa maunya? Motor apa sepeda?" Gilang beranjak dari meja makan sambil pakai jaket, menutupi piyamanya, padahal bawahnya sudah pakai jeans. Random banget.
"Becak!" jawab Gegem santai.
Nih bocah, kenapa pagi ini sulit diprovokasi.
"Skateboard, oke nih!" Gilang jalan ke garasi, sembari lewat menoyor pipi adiknya. Adiknya cuma nyinyirin bibir atasnya saja, kayak bebek sariawan.
"Bu! Aku berangkat!" Gegem teriak.
Ibu yang masih pakai mukena, langsung keluar kamar. Terus anak bungsunya itu sun tangan ibunya.
"Ati-ati yo nduk, belajar sing pinter, ojo nakal, jajan jangan banyak-banyak! Pulang gausah maen dulu, ya!" pesan ibu.
Duh, adegannya mengharukan banget, kayak prajurit mau berangkat perang.
Gilang menguap lebar banget kayak kuda nil, sambil buka pintu mobil buat memanaskan mesin. Tak lama mobil sudah menyala, dia kasih isyarat untuk adiknya bukakan pintu garasi dan pagar.
Tanpa kata, adiknya membuka semua pintu dengan cekatan.
Nggak lama, begitu pintu pagar sudah terbuka sempurna, Gilang langsung gas itu mobil. Meninggalkan adiknya yang bengong memegangi pagar, sambil menyaksikan mobil kakaknya semakin menjauh ke arah jalan utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Romance| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...