Serangan Siang Hari

15.2K 2.4K 272
                                    



Gita menerima sebuah pesan singkat dari nomor asing. Oh, ternyata nomor Gilang yang belum juga dia save. Akhirnya gadis itu pun menyimpan nomor tersebut. Gemilang Mahameru.

Pesan Gilang to the point, mau makan siang di kantin TL, tapi Gita harus bawa temannya yang rambutnya hitam panjang dan suaranya kencang. Karena Gilang tak tahu namanya, jadi disebut ciri-cirinya saja.

Gita pun menjawil sahabatnya yang tengah fokus membaca buku. Karena mereka sudah selesai kuis lebih dulu, jadi mereka diizinkan keluar kelas lebih awal. Jadi mereka nongkrong di perpustakaan.

"Nda, makan ke kantin, yuk?"ajak Gita lembut.

"Sekarang? Belum jam 12, Git?" Ayunda mengecek jam di hp-nya.

"Iya, nanti. Cuma makannya bareng-bareng, gak papa ya?" Gita merajuk.

"Ha? Bareng-bareng gimana? Sama siapa nih maksudnya?" Ayunda angkat alis.

"Sama, anak-anak Mesin ..." ucap Gita ragu-ragu, tak yakin juga berapa banyak pasukan yang bakalan dibawa Gilang. Itu anak pasti nggak ketebak.

"Eh Git, kamu jangan-jangan udah jadian ya sama si Gemblong?" Ayunda senyam-senyum.

"Hah! Ngaco aja! Nggak jadian, baru juga kenal berapa hari, masa udah jadian!" Gita geleng-geleng.

"Hhaa, tapi mukanya merah, tuh! Gak papa Git, gebet aja, lumayan kok Gemblong! Tinggi gitu 'kan. Muka mah, yaaa bisalah di permak-permak dikit, dikasih baju bagus juga lumayan kali," Ayunda ngenyek.

Padahal Gilang sama sekali nggak jelek, Ayunda aja yang seleranya ketinggian!

"Ya, yang kayak gitu aja kamu bilang jelek, kasihan yang jelek beneran, Nda!" Gita malah jadi defensif. Tanpa sadar cembedut.

Ayunda menahan tawa, karena mereka sedang di perpus, takut diusir. Gadis berambut panjang itu pun menutup bukunya dan mengembalikannya ke rak semula, lalu memberi kode pada Gita untuk mengikutinya keluar.

Gadis yang masih cembedut itu pun mengekor keluar perpustakaan.

Sesampainya di luar perpus, Ayunda tertawa sejadi-jadinya, sampai puas. Gita heran, temannya ini kenapa nggak warasnya kebangetan hari ini.

"Kenapa sih, Nda? Serem ah, ketawa sendiri gitu."

"Harusnya aku rekam deh tadi ... asli, lucuk banget muka kamu sumpah, Git!!"

"Lucu apaan sih?"

"Pas aku bilang, Gemblong mukanya pas-pasan, kamu langsung nggak terima gitu, ahahahah~!"

Oh, jadi itu penyebabnya Ayunda ketawa. Huh, gak seru.

"Apaan ah, terima-terima aja kok, kan itu pendapat kamu, Nda... bebas lah." Gita ngeles.

"Haha, iyalah, pendapatku soal Gemblong gak penting! Yang penting mah pendapat kamu, zeyenggg!! Ciee, yang udah nemu gebetan!" Ayunda colek-colek dagu Gita dengan gemas.

"Apaan sih, enggak; bukan gebetan kok! Justru nih, dia mau ke sini biar bisa makan bareng kamu! Dia bilang aku harus bawa kamu!" Gita agak-agak bingung, bagaimana harus menjelaskan pada Ayunda.

"Lah, kok jadi diriku yang dipermasalahkan? Ini gimana sih? Tapi kamu suka, kan, sama Gemblong?" Ayunda memaksa.

"Loh, suka apaan! Ah, enggak nyambung kamu Nda! Udah ayuk ke kantin sekarang ajalah!"

Gita pun menyeret Ayunda ke arah kantin fakultas mereka di pojok gedung B.

Karena kantin masih sepi, mereka memilih tempat yang paling eye-catching supaya geng Mesin lebih mudah menemukan mereka yang imut-imut ini. Gita mengirim pesan singkat lagi ke Gilang mengumumkan bahwa mereka sudah dapat tempat pewe di kantin TL. 

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang