Curahan Hati Gilang

7.7K 1.6K 141
                                    


Gilang merutuk dalam hati saat mobilnya memasuki jalan raya. Persoalannya dengan Gita benar-benar menyita perhatiannya tadi, sampai ia lupa akan adiknya. Entah di mana Gegem sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, apa masih keburu untuk putar balik ke PVJ dan jemput?

Gilang mengontak Felix. Entah kenapa bukannya mengontak nomor adiknya sendiri, tapi justru Felix, mungkin karena nomornya baru Gilang save beberapa jam lalu.

Hanya perlu tiga detik untuk sambungan terjawab. "Halo Mas?" Suara berat Felix menyapa.

"Lix, nang endi?" teriak Gilang, via loudspeaker.

"Udah di jalan mas, tenang ae." Felix setengah tertawa di ujung sana.

Kampret. Gilang sudah setengah jalan arah Sukajadi.

"Jalan mana? Yang jelas Le, kalo jawab." Gilang menginjak rem ketika sampai perempatan lampu merah di jalan Cihampelas.

"Ini udah perempatan Dago, Mas, bentar lagi sampe rumah Gegem," Felix menjawab sabar. Di belakangnya kedengaran suara musik dan tawa-tawa anak remaja kekinian. Felix sepertinya sedang ramai-ramai di situ.

"Mas ... " Suara Felix terputus, karena sepertinya ada yang merebut hpnya.

"OII, MAS GILANG JELEK!" Suara kampret Gegem menyembur dari loudspeaker. Adik kesayangan yang minta diajak baku hantam.

"Pulang sama siapa aja kamu, Gem?" Gilang berubah tegas.

"HAHAHAHA," Gegem malah ketawa-ketawa. Gilang pun mengeraskan rahangnya, karena mendapat jawaban tak memuaskan macam itu.

"Mas, Mas? Masih nyambung?" Felix bertanya.

"Lix, naik apa kalian? Grab? Kok kayaknya rame banget?" Gilang pun memutuskan untuk berhenti di pinggir jalan, supaya tidak usah terlalu jauh putar balik kalau memang ternyata mereka sudah ke arah rumah.

"Kita dianterin kok Mas, sama Wafda dan Kang Indra, pake mobilnya Kang Indra, ini rame-rame sekalian yang rumahnya searah. Tenang yo Mas, ini udah sampe komplek rumah, bentar lagi turun kok. Mas udah di rumah?"

Gilang heran, yang adiknya kandung sebenarnya Felix apa Gegem? Kenapa Felix lebih khawatir sama keadaannya dibanding Gegem.

"Oh, Mas masih di jalan, Lix. Kamu kalo kemaleman, nginep rumah kita aja, Mas telponin ibumu." Gilang pun membanting setir untuk balik ke arah Dago bawah.


***


"Gem, Felix nggak kamu suruh nginep aja tadi? Kasian udah tengah malem." Gilang bertanya sambil menuang susu karton ke gelas.

Adiknya yang lagi gonta ganti channel tv sambil menyeruput susu, melirik ke arah kakak keduanya. "Nggak Mas, dianterin kok sama Kang Indra, sampe rumah."

"Ooh, Wafda sama Indra sekarang?" Gilang menghempaskan diri di sofa.

Gegem mengangguk. "Lucu deh, nembaknya pake radio sekolah."

"Didengerin satu sekolah gitu? Dih, norak itu sih." Gilang bergidik.

Gilang kenal dengan Wafda, sahabat adiknya dari SMP, yang kebetulan cewek. Di antara satu pleton cowok, karena sahabat Gegem kebanyakan cowok.

Sebenarnya kenapa Gilang ingat sama Wafda, soalnya itu anak cantik banget. Tingginya hampir sama dengan Gegem, tapi kelakuannya feminin, nggak petakilan kayak adiknya.

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang