Suatu sore, seorang remaja laki-laki mengetuk pintu rumah keluarga Waluyo. Siapakah dia? Peminta sumbangan? Pengantar makanan? Tukang listrik gadungan? Pengamen?
Sudah, hentikan semua tebakan sampahmu. Bukakan saja pintunya!
Gilang pun berjalan miring dari ruang tv, karena matanya masih belum bisa move on dari siaran bola Persija lawan Persib. Alhasil, dia menabrak lemari pajangan ruang tamu. Bodoh itu sesekali diskon dong, jangan diborong.
"Siapaa?"
Kalau maling pun, tak akan menyahut. Akhirnya Gilang menyerah dan membuka pintu rumahnya untuk tamu tak diundang itu.
Dia pun kicep melihat anak lelaki yang tengah nyengir lebar di depannya. Siapa pula monyet ini?
"Ya Dek? Mohon maaf ya, kami sudah kasih shodaqoh langsung ke masjid, supaya disalurkan dengan baik dan benar." Gilang bermonolog.
Remaja lelaki itu pun mengerutkan dahinya, lalu tersenyum kaku.
"Sore Kak, Gemintang ada?" tanya anak lelaki yang lebih pendek dan jauh lebih cerah kulitnya dari Gilang itu. Tapi suaranya, Bos! Sedalam lautan Samudra Pasifik. Tak berdasar.
Gilang mendengus. "Oooh, temennya Gegem? Atau apanya, nih?" Gilang pun meneliti bocah itu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Bocah ini tidak bawa apa-apa. Hmm ....
"Temen kak," jawabnya.
"Udah janjian belom? Gegem anaknya sibuk, kalo didatengin tiba-tiba suka nggak mau!" jawab Gilang songong.
Bocah itu pun menelan ludah. "Su ... sudah, Kak!"
Gilang pun mundur selangkah, lalu berteriak, "Geeem!! Ada yang cariin nih!"
"Oi, mas! Suruh masuk dulu yaaa! Tunggu!" Adiknya balas teriak dari dalam. Mungkin adiknya masih terjebak di gorong-gorong mesin waktu. Biarlah.
"Oke, masuk sini." Gilang mempersilahkannya masuk. Anak itu hendak duduk di ruang tamu, tapi Gilang menyabet bahunya, dan diajaknya ke ruang tv.
"Eh, mending nonton Persib, daripada bengong di depan sendiri, suka bola gak?" tanya Gilang.
Anak itu mengangguk mantap. "Suka Kak!"
"Oh, apa kamu temen futsalnya Gegem ya? Udah pernah main ke sini belum, sih? Kok kayak gak pernah liat?" Gilang mencerocos.
Dia tentunya tak hafal dengan teman-teman adiknya yang se pleton itu. Hanya saja, muka nya anak ini sama sekali belum pernah singgah di ingatan Gilang yang nggak canggih-canggih amat.
"Udah kok Kak! Tapi setiap saya ke sini, Kakak nggak ada, soalnya mainnya sore pulang sekolah, mungkin Kakak masih di kampus." Jawabnya diplomatis.
Suaranya, suaranya menggelitik jiwa iseng Gilang.
"Dek, umurmu berapa to?"
"Enam belas, Kak!"
"Ah mosok? Tiga enam kaleee?" Gilang ketawa-ketawa kampret.
Anak itu pun semakin bingung dengan selera humor kakaknya Gemintang. Absurd.
"Mukamu sih, boleh deh enam belas, tapi suaramu kok kayak bapak-bapak anak tiga!" Gilang pun ketawa ngakak.
Anak itu ikut ketawa saja. Memang suara kebanyakan testosteron ya begini, namanya remaja yang baru pecah suaranya, sudah biasa ia ditertawakan oleh kawan-kawannya. Nanti, kalau ia sudah lebih dewasa, suaranya bisa bikin jantung kaum hawa berdetak seribu kali lebih kencang, lihat saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name
Romance| Romance Comedy | Part of College Comedy Series | Gempita Maharani tidak pernah mengira bangun kesiangan akan mengubah seluruh rencananya. Kejadian konyol soal salah ambil makalah di tempat fotokopi, mengakibatkan ia harus mencari seseorang ke faku...