Pencerahan Untuk Gita

9.2K 1.7K 185
                                    


Besok paginya, benar saja, Gilang muncul di kosan Gita dengan mengendarai mobil. Siapa tahu Gita masih sakit. Gilang memang tidak dihubungi oleh Mbak Jum, entah nomornya hilang, atau memang Gita sudah jauh lebih baik. Mudah-mudahan saja, yang pilihan terakhir.

Gilang yang masih duduk di dalam mobil, menghela napas panjang sebelum menghubungi Gita. Karena mungkin dia tak akan boleh masuk kali ini, kalau bukan emergency.

Cukup cepat gadis itu mengangkatnya kali ini.

"Halo?"

"Hei, kamu udah baikan?" Hanya itu yang Gilang ingin tahu, untuk saat ini.

Hening. Gilang ingin sekali langsung lari saja ke kamar Gita, cek sendiri keadaannya bagaimana.

"Gita? Are you alright?" Kalau sedang kepepet begini, Inggrisnya Gilang oke punya. Coba saja lagi ujian, macet otaknya.

"I'm fine, Gilang, and thanks for yesterday ...." Gita kedengaran tulus.

Entah kenapa Gilang suka sekali mendengar Gita ngomong Bahasa Inggris, logatnya macam ningrat-ningrat Buckingham.

"Don't mention it, but ... you're welcome, I guess." Gilang memutuskan untuk menerima saja ucapan terima kasihnya. Tidak sopan menolak.

"Where are you now?" Gita bertanya, seolah bisa merasakan keberadaan Gilang di mana.

Wah, sixth sense! Mungkin nggak sih kita jodoh?

Teruslah halu wahai Gemilang Mahameru.

"I'm in front of your place now. But, if you're totally okay, maybe I'll just go?" Gilang justru berkata demikian untuk mengecek reaksinya. Padahal dia ingin bertemu Gita dulu.

"Oh, kalo emang ada urusan, gapapa pergi aja, saya udah sembuh kok," Gita menjawab buru-buru, kedengaran tak enak hati.

"Eh, ehㅡ kuliah saya masih nanti siang kok, bisa saya ketemu kamu dulu? Saya belum percaya sebenernya kamu udah baikan." Gilang mencoba lebih to the point. Gita memang sulit dikodein.

"Hmm, yaudah ini saya keluar, kamu di depan gerbang 'kan?" Gita kedengaran seperti sedang berjalan.

"Iya, saya tunggu ya, udah kuat jalan memangnya?"

"Haha, udah kok, tenang aja!" Gadis itu terkekeh pelan.

Gita pun memutus sambungan telepon begitu saja. Gilang sampai kaget sendiri. Ia mengetuk-ngetuk setirnya, lalu ia pun memutuskan keluar dari mobilnya.

Tak lama setelah itu, pintu pagar terbuka, dan gadis itu muncul sudah rapi dengan menenteng tas ranselnya di bahu. Dia masih kelihatan pucat, tapi sudah tegak berdiri. Gilang pun menatapnya sambil tersenyum lega.

"Loh, Gilang naik apa ke sini?" Gita bertanya heran.

Gilang bingung, apa Gita nggak lihat ada mobil di belakangnya? Atau Gita pikir muka kayak Gilang nggak bakalan mungkin bawa mobil? Ya iya sih, ini mobil Bapak, bukan mobil Gilang sendiri, haha.

"Naik mobil. Kamu udah mau ke kampus emang? Kok udah bawa tas?" Gilang berjalan mendekati Gita.

"Iya, ini lagi nunggu gojek."

Bener-bener ya ini cewek. Model apaan sih, dia? Jelas-jelas aing dateng, dia malah pesen gojek.

Gilang mendengus pelan. "Git, Saya 'kan udah bilang saya di sini, tapi kamu pesen gojek? Kamu nih kenapa sih?"

Padahal hak Gita sih, mau naik ojek kek, naik sepeda kek, jalan kaki kek. Naik permadani terbang kek, tank baja kek, helikopter kek. Sudah nggak usah diterusin, woy!

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang