Minggu Bersama Gita

7.7K 1.5K 241
                                    



Gita mengernyitkan dahi ketika melihat Gilang berdiri di samping mobil sedan hitamnya. Bukankah Gita sudah bilang mau naik bus kota?

"Jangan nyureng dulu, kita tetep naik Damri, ini entar saya parkir depan monumen," Gilang seolah bisa membaca pikiran Gita.

Gita pun tersenyum simpul. Pantas saja Gilang tidak memintanya langsung bertemu di terminal Damri, tapi malah di depan kosan. Tidak tahunya dia tetap mengendarai mobil ke sini.

Gita duduk di kursi penumpang dengan canggung, merasa grogi. Ia masih tertegun, sampai-sampai Gilang yang sudah duduk di kursi pengemudiㅡ menatapnya bingung.

"Git ... " Gilang menyapanya pelan, namun gadis itu masih saja tak bergeming, menatap lurus ke depan.

Gilang pun meraih seatbelt di samping kepala Gita dan menarik sabuk pengaman itu, lalu mengatupkan dengan kunci di samping kursinya.

Gita terkesiap melihat kilasan abu-abu di depannya, nyaris terlonjak ketika mendengar bunyi ceklek, khas benturan besi dengan karet.

"Eh, kok?" Gita menunduk ke samping, dan mendapati wajah Gilang hanya berjarak sekian sentimeter darinya. Gilang yang baru selesai memasangkan seatbelt Gita, kini tengah mendongak ke arahnya.

"Bengong mulu, kesambet, baek-baek!" Gilang menyentil pelan dahi Gita.

Gilang tidak sadar, bahwa pipi Gita sudah panas sekarang.

Gadis itu masih terhenyak menatap sisi wajah Gilang, yang sekarang sudah mengalihkan fokus pada mesin mobilnya. Tak lama kemudian, mereka pun meluncur meninggalkan area komplek.

Gilang, kamu kok lama-lama brengsek, ya?


***


Mereka pun duduk di kursi paling belakang Damri. Penumpang tidak terlalu penuh, karena itu hari minggu. Gilang sudah wanti-wanti dirinya sendiri, supaya turun di daerah BKR. Gilang takut ketiduran, terus nyasar sampai ke Sumedang, karena bus ini jurusan akhirnya Jatinangor, Sumedang.

Pengalaman Gilang naik Damriㅡ bus warna biru yang bukan Tayo ini, aneh-aneh, seringnya ketiduran. Kalo nggak, ya berdiri, karena biasanya bus ini penuh. Gilang sudah mengalami, dari jaman bus ini masih jelek banget tak ber-AC, sampai sekarang sudah bagus begini. Harganya kebetulan nggak mahal, karena subsidi pemerintah.

Memang Gilang jarang-jarang naik bus ini, soalnya sekolah Gilang nggak kelewatan bus ini. Dia dulu naik bus siswa warna kuning, yang gambar badak.

Biasanya Gilang naik bus ini kalau mau ke rumah Jaka, itu juga harus menyambung angkot lagi, karena daerah rumah Jaka, di kampung gitu. Ini kenapa jadi bahas Jaka, sih? Jelas-jelas ada Gita di samping, mending bahas si cantik. Lagi apa dia?

Gilang pun menengok ke sisi kanan, dan mendapati Gita sedang membaca buku. Yuk mari, ngapain ajak aing kalau ujungnya cuma jadi pajangan idup?

Gilang berdeham pelan, pura-pura batuk. Melirik Gita yang masih asyik membaca.

"Bu Haji, mau beli buku aja, tetep bawa buku, ya?" Gilang membuka omongan.

Gadis itu pun menoleh perlahan. Adegan yang bagi Gilang macam potongan slow motion di video klip Raisa dan Isyana.

Gilang otomatis menelan ludah. Yasalam ... Astagfirullahaladzim. Langsung nyebut dalam hati.

"Ehehe, soalnya mau tahu lanjutannya, jadi selesein ini dulu. Tapi, bisa nanti sih, kamu pengen ngobrol?" tanya gadis itu tanpa dosa.

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang