***Happy reading.....
***
Setelah mendapat telpon dari rumah sakit tempat ayah rayyan di rawat ardy langsung saja berlari kencang meninggalkan ruang rapat.Perasaan takut merayapi hatinya,keadaan sinta yang menjadi sumber ketakutannya.
Ardy terlihat sangat kalut dan gemetar ketakutan namun tetap menguatkan langkah kakinya untuk terus berlari kencang.Jantungnya serasa berhenti berdetak saat pihak rumah sakit menelponnya dan hanya mengabarkan kondisi ayah rayyan dan sopirnya saja tanpa menyebut keadaan istrinya.Semua orang yang berpapasan dengan ardy dikantor terlihat menatap cemas ke arah atasannya yang terlihat berlarian seperti orang kesetanan dengan wajah kalut dan mata memerah membuat mereka semua yang sibuk memilih menyingkir dan memberi jalan padanya.Ardy terlihat segera masuk kedalam mobilnya dan menyuruh sopir dengan cepat mengantarkan dia kerumah sakit tempat ayah ray di rawat.
Ardy Berkali-kali mencoba menghubungi ponsel sinta,tersambung namun tidak di angkat.Dan saat mencoba menelpon bunda diana ponselnya malah mati membuat ardy semakin panik dan menyuruh sopirnya mengebut agar lebih cepat sampai."Menyetirlah lebih cepat pak jun!!"sentak ardy kasar yang segera di angguki dengan wajah takut sopirnya yang tidak pernah menerima kemarahan dari tuannya sejak pertama bekerja.Ardy mengacak rambutnya dengan sangat frustasi dan kalut.
Begitu mobil sampai di depan RS yang di tuju ardy segera berlari keluar dari mobil tanpa menutup kembali pintu mobilnya dan hampir saja terjatuh saat dia tidak sengaja menabrak seseorang,tanpa meminta maaf dia segera berlari kembali masuk ke dalam rumah sakit.Orang yang di tabraknya terdengar mengumpatinya dengan kata-kata kasar tapi tidak di pedulikan oleh ardy dan memilih segera menghampiri seorang sustet untuk bertanya.Setelah mendapatkan pengarahan dari suster ardy terlihat berlari lagi untuk menuju ke ruangan ayah rayyan di rawat.
Saat ardy masuk kedalam ruangan rawat ayah rayyan terlihat tergolek lemah diatas ranjang rumah sakit dengan wajah pucat dan mata terpejam rapat karena tidak sadarkan diri,seorang dokter perempuan segera menghampirinya.."Apa anda keluarga pasien?"tanyanya pada ardy.
"Ya,sebenarnya apa yang sedang terjadi dokter.Dimana istri saya?"ujar ardy dengan suara keras.
Dokter itu segera mengajak ardy keluar dari ruangan rawat untuk berbicara."Maaf pak,hanya tuan rayyan dan seorang pria yang bernama haryo yang di bawa kemari.Menurut keterangan dari orang yang membawa pasien kesini mereka di temukan tergeletak pingsan di tengah jalan raya sepertinya mereka korban perampokan atau semacamnya."ujar dokter itu yang langsung membuat tubuh ardy meluruh jatuh kebawah lantai dan gemetar ketakutan.Dengan tangan bergetar ia segera mengambil ponsel dalam saku jasnya dan segera menelpon ke rumahnya.
"Pak anda baik-saja?"ujar dokter itu cemas dan saat akan membantunya berdiri tangannya langsung saja di tepis dengan kasar oleh ardy yang terlihat ketakutan.
Setelah telepon di angkat ardy segera bicara masih dengan posisi duduk di lantai.
"Nyonya sinta ada di rumah wi?"ujar ardy dengan wajah frustasi.
"Nyonya belum kembali ke rumah tuan.Tadi beliau keluar di jemput oleh tuan rayyan dan nyonya diana."
Jawaban dari pelayan rumahnya membuat ardy semakin ketakutan dan khawatir tentang kondisi sinta.
Seorang suster terlihat menghampiri ardy dan mengatakan bahwa ayah rayyan sudah sadarkan diri dari pingsannya.
Ardy segera bangkit dengan cepat dari lantai dan setengah berlari masuk ke dalam ruangan rawat.
Saat ardy masuk rayyan terlihat menatap kearah nya dengan tatapan sedih dan menangis.Ardy segera menghampiri ayah rayyan dengan hati takut dan tidak siap dengan apapun yang akan di dengarnya dari mulut ayah ray."Maafin ayah ar,bunda dan istrimu di bawa pergi oleh bram tanuwijaya.Bram dan anak buahnya menghadang kami di tengah perjalanan dan ayah gagal melindungi mereka berdua."ujar rayyan dengan suara lemah dan kembali menangis.Ardy shock seolah mendapat vonis mati tentang hidupnya.Darahnya seolah terserap habis dari tubuhnya dan langsung menangis dalam diam.Hanya air matanya saja yang mengalir deras menuruni kedua pipinya.Istri dan anaknya sedang berada dalam bahaya dan dia gagal melindunginya..
Ardy seharusnya mencegah istrinya pergi tadi pagi.
Ardy seharusnya mengantar sinta sendiri berbelanja,dia seharusnya menuruti perasaan tidak enaknya dari pagi dan mencegah istrinya agar tidak pergi dan tetap dirumah.
Dengan tangan bergetar hebat ardy segera menghubungi dimitri namun beberapa kali ponselnya terlihat jatuh karena tangan ardy seolah tidak bertenaga untuk memegangnya.Dan setelah merasa sedikit tenang dengan tekad harus menyelamatkan istrinya ardy segera menghubungi mertuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pernikahan Impian(TAMAT)
Romance(21+) Dendam menjadikannya lupa jika benci berbanding tipis dengan cinta. Kebencian rahardyan terhadap sinta membutakan mata hatinya.Dan melakukan segala cara untuk menyakiti dan membuat sinta menderita.Sampai suatu ketika cinta itu tumbuh dari bi...