OL-Twenty

2K 237 2
                                        

"Kalo gitu lo ngga perlu pergi."

"K-Kak Sana? L-lo ngga tidur?" Ucap Tzuyu kaget.

Sana ngga jawab. Badannya gerak buat duduk sambil senderan di kepala ranjang. Lemes.

"K-Kak?" Panggil Tzuyu takut.

Ya gimana engga? Sana natap dia tajem banget. Ngga kedip lagi. Tzuyu kan jadi nambah takut plus ngerasa bersalah. Pikirannya udah kemana-mana.

"Ngapain disini?" Tanya Sana dingin.

"Mau minta maaf."

"Segampang itu? Setelah lo nampar gue dan buat gue kecewa?"

"Maaf."

"Pergi."

Tzuyu natap Sana ngga percaya. Apa katanya tadi? Pergi? Maksudnya pergi kemana? Bukannya tadi Sana sendiri yang bilang kalo Tzuyu ngga perlu pergi?

"A-apa?"

"Pergi dari sini kalo lo cuma mau minta maaf."

Sana senyum tipis ngeliat Tzuyu diem, masih dengan wajah ngga percayanya.

"Gue udah tahu semuanya."

Tzuyu masih diem.

"Gue juga denger semua apa yang lo omongin tadi. Awalnya gue emang tidur, tapi setelah denger orang ketuk pintu gue kebangun."

"Kenapa lo milih buat pura-pura tidur?" Tanya Tzuyu setelah sekian lama diam.

"Karena gue tahu itu lo. Gue pengen dengerin semua penjelasan lo, tanpa liat muka lo."

"Segitu kecewanya lo sama gue sampe ngga mau liat muka gue lagi?"

"Engga. Gue udah maafin lo kok."

"Lo serius?!"

Tzuyu natap Sana kaget. Maafin dia? Semudah itu?

"Tapi.... Kenapa segampang itu Kak?" Tanya Tzuyu pelan.

"Lo mau gue tarik kata maaf gue lagi?"

"Engga Kak. Bukan gitu."

"Terus gimana?"

"Bukannya lo kecewa banget sama gue?"

"Emang bener sih, tapi kaya gini terus juga ngga guna. Lo emang ngga cape sama masalah ini?"

"Cape."

"Sama. Gue juga. Gue kecewa sama lo. Banget. Tapi dibanding harus terus-terusan marah, gue lebih baik maafin lo. Marah juga ngga nyelesein masalah. Sekarang gue tanya, lo nyesel?"

"Banget."

"Ngilangin rasa bersalah sama nyesel itu lebih susah ketimbang berusaha buat minta maaf. Jadi, lo nyesel aja udah cukup. Gue juga minta maaf sama kata-kata gue waktu itu."

Sana narik Tzuyu ke pelukannya. Kangen. Rasanya nyaman dan hangat.

"Makasih Kak." Gumam Tzuyu sambil bales pelukan Sana erat.

Masalahnya selesai. Perasaannya lega banget. Bisa-bisanya Tzuyu ngelakuin hal itu. Untung aja Sana sama yang lainnya ngertiin dia.

Cinta. Tzuyu trauma sama satu rasa itu.

— — — —

"Eh, Jeong lo kan abis ulang tahun kemaren tuh. Makan-makan kali."

Mereka bersembilan sekarang lagi ngumpul di kamar Mina. Setelah Sana sama Tzuyu baikan, yang lainnya langsung nyerbu masuk. Padahal aslinya, mereka udah nguping dari tadi. Bukannya ngga sadar, tapi emang sifatnya kaya gitu semua.

"Lo juga ulang tahun hari ini." Ucap Jeongyeon ke Momo.

"Lah? Emang sekarang tanggal berapa?"

"9 November ih. Gimana sih Kak Momo? Ulang tahun sendiri lupa?" Kesel Chaeyoung.

"Emang iya?"

Momo garuk kepalanya canggung. Kok dia bisa lupa sih sama ulang tahun sendiri?

"Bego kok dipelihara."

Berbanding terbalik sama ucapannya, yang Nayeon lakuin adalah ngusap sayang kepala Momo.

"Ngga usah dirayain lah Mo." Pinta Sana. Badannya bersandar nyaman sama Mina.

"Jangan gitu lah San sama gue. Jahat bener lo jadi kembaran."

"Sejak kapan kalian berdua akur?" Tanya Dahyun heran.

"Em, gimana kalo kita makan-makan aja sore ini?" Usul Jihyo.

"Boleh, sekalian ngerayain punya Kak Jeongyeon." Sambung Mina.

"Setuju. Kak Nayeon juga, jangan lupa. Kita semua menunggu pajak jadiannya." Ucap Tzuyu.

"Wah. Makan besar nih."

"Ngga boleh yang murahan."

"Asik. Berangkat lah."

"Ya kali ga kuy."

"Tepar gue."

"Kapan lagi ya kan?"

"Bangkrut dah gue." Ucap NaJeongMo kompak.








— — — —

Happy birthday our dancing machine Momoring

Our Life [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang