"Kak Dahyun!" Panggil Tzuyu di depan kelasnya ketika melihat Dahyun dari kejauhan.
"Apaan?" Tanya Dahyun bingung.
"Sini deh."
Tzuyu menarik Dahyun masuk ke dalam kelasnya.
"Liat tuh." Tunjuk Tzuyu kepada Chaeyoung yang sedang duduk melamun di kursinya. Buku-bukunya masih berantakan di atas meja, bahkan tangannya masih menggenggam sebuah pulpen dengan erat, tapi pandangan gadis itu kosong.
"Chaeyoung dari tadi gue panggil ngga ada respon. Jangan-jangan dia kesurupan lagi?" Tanya Tzuyu takut.
"Ngaco!"
Dahyun membulatkan matanya, yah, dia juga sebenarnya takut dengan apa yang diucapkan Tzuyu tadi. Perlahan tapi pasti, Dahyun menarik Tzuyu mendekat kearah Chaeyoung.
"Chaeng?" Panggil Dahyun, tangannya melambai-lambai di depan wajah Chaeyoung.
"Tuh, kan. Diem aja dia."
"Chaeyoung?"
"SON CHAEYOUNG!" Dahyun berteriak keras. Tzuyu yang di sampingnya mundur beberapa langkah saking kagetnya.
"Eh?!" Kaget Chaeyoung. Matanya menatap sekeliling, dan hanya menemukan Dahyun juga Tzuyu di depannya.
"Udah sadar? Udah selesai ngelamunnya?" Tanya Dahyun.
"Siapa yang ngelamun?"
"Itu, tukang cilok depan sekolah."
"Ooh."
"YA ELO LAH MAEMUNAH. PAKE NANYA LAGI."
"Jantungan gue astaga." Keluh Tzuyu karena lagi-lagi terkejut oleh teriakan Dahyun.
"Gue ngga ngelamun Kak." Elak Chaeyoung. Sesegera mungkin gadis itu membereskan semua barang-barangnya, karena sadar saat ini sudah jam pulang sekolah. Chaeyoung terlalu asik melamun.
"Bohong. Gue panggilin diem aja tuh, Tzuyu sampe ngira lo kesurupan tau." Kesal Dahyun.
"Kesurupan?!"
"Ya, maaf. Abisnya lo nyeremin." Bela Tzuyu. "Kenapa sih?"
"Ngga papa. Lagi pengen aja."
"Gila." Desis Dahyun dan Tzuyu secara bersamaan.
"Chaeyoung!"
Chaeyoung menoleh kearah pintu kelasnya, Jihoon sudah berdiri di sana sambil tersenyum manis.
"Yuk, pulang." Ajak Chaeyoung.
Dahyun hanya memandang Tzuyu sejenak, lalu mulai menarik gadis itu mengikuti Chaeyoung.
"Jihoon." Panggil Tzuyu pelan.
"Apa?"
Jihoon memelankan laju langkahnya, sedikit menjauh dari Chaeyoung yang sepertinya tidak sadar kalau dirinya berjalan sendirian di depan.
"Chaeyoung ada masalah apa sih?" Tanya Tzuyu penasaran.
"Masalah? Ngga ada deh perasaan, atau mungkin gue yang ngga tau dia ada masalah apa."
"Dia ngelamun terus dari tadi. Coba deh lo tanyain, siapa tau Chaeyoung mau cerita sama lo."
"Oke. Gue coba ya nanti."
"Jangan lupa kabarin gue Hoon."
"Siap, Kak!"
Setelah itu, mereka berjalan dalam diam menuju parkiran sekolah. Dahyun dan Tzuyu langsung menuju gerbang, menunggu jemputan mereka, sedangkan Chaeyoung menemani Jihoon mengambil sepedanya. Mereka berdua masih melakukan rutinitas itu sampai saat ini.
"Chaeng?" Panggil Jihoon.
"Hm." Jawab Chaeyoung singkat. Matanya terpejam. Tubuhnya ia sandarkan ke punggung tegap milik seorang Park Jihoon.
"Lo baik-baik aja?"
Pertanyaan Jihoon tidak langsung dijawab oleh Chaeyoung, butuh sekitar 10 detik untuk Chaeyoung kembali berbicara.
"Kenapa nanya gitu?"
"Ngga papa. Tzuyu sama Kak Dahyun bilang, lo banyak ngelamun hari ini."
"Gue ngga papa. Cuma lagi pengin ngelamun aja."
Jihoon diam. Sama sekali tidak berniat membalas ucapan Chaeyoung lagi. Dia tahu, ada yang sedang Chaeyoung sembunyikan, tapi Jihoon tidak mau memaksanya untuk bercerita.
"Chaeyoung, kita udah sampe." Ucap Jihoon sambil menepuk lengan Chaeyoung yang melingkar di perutnya.
"Makasih ya, Hoon. Gue masuk dulu." Pamit Chaeyoung.
PRANG.
Belum sempat Chaeyoung masuk kedalam rumahnya, suara seperti pecahan barang terdengar. Jihoon menatap wajah Chaeyoung yang berubah muram seketika.
"Chae, itu–"
"Gue masuk ya."
Chaeyoung langsung masuk ke dalam rumahnya begitu saja sebelum Jihoon sempat menyelesaikan kalimatnya.
BRAK.
Lagi-lagi suara keras itu terdengar, kali ini seperti bantingan pintu. Dan masih berasal dari dalam rumah Chaeyoung.
— — — —
Sana menatap orang yang ada di depannya saat ini. Kaget? Seperti itulah ekspresi yang tepat untuk menggambarkan wajah seorang Minatozaki Sana.
"Hai?"
"L-lo ngapain disini?" Tanya Sana gugup, masih dengan keterkejutannya.
"Nemuin lo?"
"Buat apa?"
Nada bicara Sana berubah sedikit sinis. Mendengar jawaban dari lawan bicaranya membuat hatinya tidak karuan.
"Buat apalagi? Jelas gue mau l–"
"Ngga semudah itu." Sela Sana cepat.
"Sana, gue balik buat lo."
"Gue ngga minta. Dulu gue minta lo buat ngga pergi, tapi lo ngga dengerin gue. Dan sekarang, lo bilang lo balik buat gue? Lo lucu tau ngga."
"Dulu itu–"
"Ngga bisa LDR? Alasan klise yang paling gue benci."
"Tapi, Sana–"
"Taehyung!"
Sana tiba-tiba memanggil Taehyung yang kebetulan lewat di hadapannya.
"Bawa gue pergi dari sini please." Ucap Sana memohon.
Taehyung menatap Sana bingung, lalu pandangannya beralih kearah seorang laki-laki yang sebelumnya menjadi lawan bicara Sana.
"Loh, lo–"
"Ayo, Taehyung." Paksa Sana.
"Yaudah, yuk."
Meskipun masih bingung, Taehyung akhirnya membawa Sana pergi. Dia bisa bertanya pada laki-laki itu nanti, kenapa Sana terlihat menghindar darinya.
— — — —
Masalah satu belum selesai, masalah lain datang. Siap untuk masalah yang bertumpuk?
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life [Complete]
Fanfiction"Hidup-hidup kita, ngga usah lah pikirin apa kata orang lain."