"Nayeon! Tunggu dulu dong!"
Nayeon mengerang kesal, lalu dengan amat sangat terpaksa menghentikan langkahnya.
"Dengerin gue dulu! Itu tadi–"
"Sehari gue cuekin, lo langsung melipir ya ke cewek lain." Sela Nayeon sinis.
"Bukan gitu."
"Ya terus gimana?!" Teriak Nayeon kesal.
Tadi, Nayeon berniat untuk meminta maaf kepada Jinyoung karena telah mendiamkannya dua hari lalu. Nayeon bahkan baru menginjakkan kakinya di gerbang fakultas kedokteran, tapi matanya sudah menangkap pemandangan yang membuat mood nya turun seketika.
Nayeon melihat Jinyoung sedang berpelukan dengan seorang perempuan yang Nayeon tidak tahu siapa namanya. Entahlah. Nayeon terlanjur kesal dan langsung membalikkan tubuhnya meninggalkan Jinyoung. Sayang, pacarnya itu melihatnya. Alhasil sekarang mereka sedang saling berhadapan di depan gerbang fakultas kedokteran.
"Kita bicara di tempat lain yuk." Ajak Jinyoung lembut, tapi Nayeon menolaknya.
"Kenapa? Takut diliat sama cewek tadi?" Tanya Nayeon sinis.
"Nay, dia itu cuma temen gue. Bukan siapa-siapa." Jelas Jinyoung sepelan mungkin, mencoba untuk sabar.
"Terus kenapa pake pelukan segala?"
"Gue cuma nenangin dia karena dia abis putus sama pacarnya."
"Kenapa harus lo? Emangnya dia ngga punya temen lain?"
Jinyoung mengusap kasar wajahnya. Nayeon kalau sedang cemburu memang benar-benar menguras kesabarannya.
"Apa salah nya sih Nay? Gue cuma nenangin doang. Ngga lebih."
"Ngelak aja terus."
Nayeon kembali berjalan menjauh, namun lagi-lagi Jinyoung mencegahnya.
"Lo kenapa sih Nay? Aneh banget tau ngga. Dua hari lalu, lo kenapa nyuekin gue? Chat ngga dibaca, telepon ngga diangkat, ketemu selalu ngehindar. Lo kenapa seharian itu? Gue ada salah apa sama lo? Kalo gue salah, ngga gitu caranya Nay. Kita bisa omongin baik-baik, bukannya lo malah nyuekin gue kaya gitu. Gue ngga suka!"
Jinyoung membentak Nayeon tanpa sadar. Kesabarannya sudah menipis, ditambah teringat kejadian dua hari lalu membuat Jinyoung benar-benar tidak bisa menahannya lagi.
"Kenapa malah bahas masalah itu? Lo ngalihin pembicaraan?"
Mood Nayeon sepertinya benar-benar jelek sekarang. Otaknya tidak bisa berfikir jernih.
"Siapa yang ngalihin pembicaraan? Gue lagi bahas masalah kita Im Nayeon. Lo cukup jawab, ngga usah banyak ngeles segala."
"Oke! Gue bakal jawab." Ucap Nayeon keras. "Gue kena dare dari temen-temen gue. Cuekin lo seharian. Total. No communication. Sedikitpun. Lo pikir gue ngga kesiksa sama dare itu? Lo pikir gue seneng nyuekin lo, gitu? Dua hari ini lo pikir gue kemana, sampai baru sempet nemuin lo hari ini? Lo yang minta waktu buat sendiri karena lo kesel sama gue. Iya kan? Gue baca dengan jelas chat terakhir yang lo kirim. Lo pikir gue juga ngga tau, lo jalan sama cewek itu kemarin. Makan bareng juga. Dan sekarang, Apa lagi?!"
Nayeon natap Jinyoung tajam. Emosinya sudah mencapai ubun-ubun. Terlebih ingatannya tentang kejadian kemarin kembali mencuat. Nayeon jelas melihat Jinyoung sedang jalan berdua sambil bergandengan tangan dan berakhir dengan makan bersama, dengan cewek yang sama.
"Jujur. Ini pertama kalinya kita berantem kaya gini, tapi terserah lo. Gue ngga peduli."
Ucapan Nayeon membuat Jinyoung menatap pacarnya itu tidak kalah tajam. Dia benci dengan kata-kata tidak peduli yang keluar dari mulut Nayeon.
"Gue ngga marah sama lo karena lo minta waktu buat sendiri, gue paham sama perasaan lo. Tapi soal pelukan itu? Dan soal lo yang pergi sama cewek lain di belakang gue? lo pikir cewek mana yang ngga cemburu liat pacarnya pelukan sama cewek lain di depan umum gitu? Dengan dalih nenangin karena abis putus dari pacarnya. Basi tau ngga."
"Nay, please–"
"Terserah deh. Mood gue ancur karena lo. Gue dateng buat minta maaf, tapi udahlah. Percuma gue dateng jauh-jauh sampe lari-lari karena udah kangen banget sama lo. Percuma aja rasanya."
"Nay."
Jinyoung menggenggam telapak tangan Nayeon lembut, tapi seseorang menepisnya dengan kasar.
"Jinyoung, dia siapa? Kok pake pegangan tangan segala?"
Nayeon tersenyum miris. Jinyoung bahkan tidak memberi tahu cewek itu kalo dia adalah pacarnya.
"Kak Nay, ayo masuk. Gue anterin lo pulang."
Jihyo tiba-tiba datang dan langsung menyuruh Nayeon masuk kedalam mobil Daniel. Ya, karena Daniel baru saja akan pergi bersama Jihyo untuk jalan-jalan bersama.
"Tunggu." Cegah Jinyoung. Jihyo hanya memutar bola matanya malas.
"Nay, dengerin gue dulu. Biar gue jelasin semuanya."
"Basi." Celetuk Jihyo kesal. Sedari tadi memang Jihyo memperhatikan semuanya. Sejak awal. Bahkan sebelum Nayeon datang ke fakultasnya.
"Diem lo! Ngga usah ikut campur!"
Melihat Jinyoung yang sepertinya tidak bisa menahan emosinya, Daniel memilih untuk keluar dari mobilnya dan melindungi Jihyo beserta Nayeon.
"Weits, santai Bang. Pacar gue jangan lo marahin juga."
Daniel berdiri di depan Nayeon dan Jihyo, menghalangi dua gadis itu dari pandangan Jinyoung yang lengannya, entah sadar atau tidak sedang dipeluk oleh cewek itu.
"Minggir. Ngga usah ikut-ikutan juga lo. Ini masalah gue sama Nayeon." Ucap Jinyoung. Berusaha menjauhkan tubuh Daniel.
"Santai. Ini emang masalah kalian berdua, tapi coba lo tanya Kak Nayeon. Dia masih mau bicara sama lo ngga?"
Daniel tersenyum sinis melihat Nayeon menggeleng dibalik punggungnya.
"See? Jangan paksa Kak Nayeon buat bicara sama lo. Biarin dia tenang dulu. Gue yakin, kalian bisa selesein masalah ini nanti. Dengan kepala dingin tentunya."
Daniel mengisyaratkan Jihyo untuk membawa Nayeon masuk ke dalam mobilnya.
"Bang, lo kalo masih ada perasaan sama dia. Mending lo ngga usah pacaran sama Kak Nayeon sejak awal. Kejebak friendzone ternyata bisa bikin lo jadi kaya gini ya. Padahal lo udah jalan hampir 3 bulan sama Kak Nayeon."
— — — —
Karena pada kenyataannya di dunia ini bukan hanya Hirai Momo yang menjadi korban friendzone
Bagusnya dibikin baikkan atau diputusin sekalian? Cari yang baru?Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/201669933-288-k685043.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life [Complete]
Fanfiction"Hidup-hidup kita, ngga usah lah pikirin apa kata orang lain."