"Kak Nay itu bukannya?"
"Siapa? Mana?"
Nayeon celingukan nyariin orang yang barusan ditunjuk sama Tzuyu. Matanya muterin seluruh isi toko, tapi nayeon ngga liat satu orang pun yang dia kenal.
"Mana? Ngga ada juga." Ucap Nayeon.
"Ih, itu."
"Siapa sih?"
"Itu tuh."
"Ya mana? Lo itu itu doang. Nunjuknya cuma sekali."
"Sekali gimana? Gue udah nunjuk tuh orang berkali-kali. Rabun ya lo?"
"Malah ngatain gue lo."
"Ambekan ih. Dasar orang tua."
"Bodo."
"Yaelah Kak. Itu tuh. Itu. Masa lo ngga liat sih?"
Tzuyu nunjuk orang itu sekali lagi sambil teriak kesel. Dia sampe pegang kepala Nayeon biar bisa liat orang itu saking keselnya.
Ngga sopan sama yang tua.
"Ngapain gue cariin di dalem toko? Orang dia ada di luar. Gimana sih lo?"
Nayeon jadi ikutan kesel sendiri. Ya iyalah ngga bakal ketemu. Dia nyarinya di dalem toko, sedangkan orangnya ada di luar.
Kan dia jadi dikatain rabun sama Tzuyu jadinya.
"Lo lah. Kok jadi gue?"
Tzuyu ngegas. Ngga terima disalahin.
"Diem elah. Pokoknya ini salahnya lo."
"Idih."
Nayeon ngga jawab lagi, ngga akan ada habisnya berdebat sama Tzuyu. Dia natap orang itu serius banget.
Kali ini Nayeon ngga mungkin salah liat kan? Ngga mungkin kebetulan terulang dua kali buat Nayeon, dengan orang yang sama pula.
"Kak, gue ngga salah liat kan? Itu beneran dia kan?"
Tzuyu guncangin lengan Nayeon keras, saking ngga percayanya.
"Iya." Jawab Nayeon seadanya.
"Ngapain dia disini? Bukannya dia dulu pergi ke luar negeri ya?"
"Mana gue tahu. Gue bukan emaknya."
"Serius napa sih." Ketus Tzuyu.
"Ya gue ngga tahu Tzu. Lagian tuh orang kek jelangkung aja deh. Sebel gue."
"Samperin jangan?"
"Jangan lah, ngapain? Nanti kalo dia nanya-nanya gimana? Ribet tau."
"Bener juga. Bisa-bisa kita yang repot."
"Balik aja lah udah. Keburu ketahuan."
Nayeon sama Tzuyu buru-buru bayar belanjaan mereka ke kasir terus berniat pulang.
Untung aja mereka cuma belanja berdua, coba kalo banyakan? Bisa tambah ribet.
"Loh? Kak Nayeon? Tzuyu?"
Mampus.
— — — —
"Mina.""Hm."
"Mina."
"Apa?"
"Mina."
"Iya, kenapa?"
"Mina."
"Apaan sih?"
"Minaaaa."
"APA SIH JIHYO? NGOMONG KENAPA NGOMONG."
Ngegas kan mbak Mina jadinya.
"Bosen gue."
"Ya terus?"
"Jalan yuk."
"Dasar jomblo."
Jihyo pukul kepala Mina pake buku yang tebalnya nyampe 200 halaman. Mantap.
"Aduh! Sakit tahu." Keluh Mina sambil ngusap-usap kepalanya.
"Rasain."
"Obatin ngga?"
"Ngga. Lo bisa kali sendiri. Ngga usah manja."
"Ngga nyambung."
"Sambungin aja kenapa sih? Susah banget."
"Kenapa sih lo? Sensi banget."
"Badmood gue."
Mina natap Jihyo heran. Sejak kapan temennya itu deket sama yang namanya badmood?
"Tumben?"
"Gue liat kemaren Daniel jalan sama cewek lain."
"Kok bisa?"
Jihyo natap Mina sekilas terus buang napasnya pelan.
"Ngga tahu. Gue liat kemaren di toko buku."
"Siapa tahu itu temennya? Adeknya? Sodaranya?"
"Gimana kalo itu pacarnya?"
"Ya ngga gimana-gimana lah."
"Iiih Mina, lo kok nyebelin banget sih?"
"Ck, lagian realistis aja lah. Lo emang siapanya Daniel?"
Denger pertanyaan Mina, Jihyo langsung lemes.
"Temen."
"Nah, sadar kan kalo lo ada di posisi ngga berhak cemburu?"
— — — —
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life [Complete]
Fanfiction"Hidup-hidup kita, ngga usah lah pikirin apa kata orang lain."