"Permisi. Kami harus melepas alat-alat itu sekarang."
Dokter kembali masuk, bersama dua orang perawat yang akan membantunya.
"Engga. Engga." Tolak Tzuyu. Suaranya terdengar parau dan pelan.
"Tzuyu, biarin dokter itu ngelakuin tugasnya. Biarin Sana pergi, ya?" Ucap Momo lembut, meskipun sebenarnya dalam hati pun Momo ingin mencegahnya, sama seperti Tzuyu.
"Engga, Kak. Kak Sana ngga boleh pergi. Dia harus tetep disini, sama gue."
Dokter yang bernama Kim Minseok itu tetap melangkah mendekati ranjang Sana. Menatap wajah itu lekat.
Cantik dan masih muda. Meninggal karena sebuah luka tusuk di perut yang berhasil menggores organ hatinya, serta pendarahan yang sebenarnya tidak pernah benar-benar berhenti.
"Sus, tolong lepas infusnya."
Suster itu mengangguk, lalu mulai melakukan perintah Dokter Kim, sebelum dokter itu kembali mencegahnya.
"Tunggu dulu."
Kim Minseok memperhatikan mulut Sana, menatapnya serius. Penasaran, Minseok mendekatkan telinganya dan sesuatu membuatnya benar-benar terkejut.
"Ke–luar."
Suaranya terdengar sangat pelan, seperti sebuah bisikan. Bahkan andai saja Minseok tidak mendekatkan telinganya, suara itu tidak akan pernah terdengar, dan Ia akan membuatnya pergi dua kali.
"Suster, tolong minta mereka semua keluar dari sini." Suruh Minseok.
"Baik, dok."
Suster Park mendekat kearah Nayeon yang masih berada di pelukan Seokjin. Suasana didalam ruangan ini sangat kacau. Tangis di mana-mana.
"Mohon maaf, tapi sebaiknya kalian menunggu diluar. Biarkan kami melakukan tugas dengan benar dan tenang." Pinta Suster Park memohon.
"Tzuyu. Ayo." Ajak Jihyo.
Tzuyu menggeleng. "Engga. Biarin gue tetep disini."
"Ayo, Tzu. Kasian Sana."
Tzuyu akhirnya menurut, dan mereka satu persatu keluar meninggalkan ruangan Sana. Menyisakan satu dokter dan dua orang suster disana.
"Dia kembali." Ucap Minseok senang, sebelum suara melengking kembali terdengar memenuhi ruangan itu.
"Siapkan defibrillator. Jangan sampai kita kehilangan dia untuk kedua kalinya."
Sementara di luar ruangan, suasana semakin kacau. Tzuyu terus menerus menyalahkan Chaeyoung atas kematian Sana.
"Semua salah lo. Semuanya salah lo, Chaeyoung!" Teriak Tzuyu. Mereka bahkan menjadi pusat perhatian sekarang.
"Tzuyu! Berhenti nyalahin Chaeyoung. Ini sama sekali bukan salah dia." Ucap Mina.
"Terserah. Terserah lo, Kak. Mau lo bilang berapa kali pun, persepsi gue ngga bakal berubah." Ucap Tzuyu. Tetap pada pendiriannya.
"Tzu–"
"Kalo lo mau ngomong kaya Kak Mina, mending lo juga diem." Potong Tzuyu cepat, sebelum Jeongyeon sempat menyelesaikan ucapannya.
Beberapa detik dilanda keheningan, Taehyung datang secara terburu-buru bersama temannya. Nafas tidak teratur, rambut acak-acakan, dan baju kusut, bukanlah style yang biasa Taehyung pakai.
"Bang."
Seokjin menatap adiknya sebentar, lalu menggeleng pelan. Tubuh Taehyung langsung merosot ke lantai. Terlambat. Sana sudah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life [Complete]
Fanfiction"Hidup-hidup kita, ngga usah lah pikirin apa kata orang lain."