"Jihyo!"
Jihyo membalikkan badannya dengan malas, wajahnya terlihat semakin malas tatkala mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Apa?" Tanya Jihyo cuek.
"Mau ke rumah sakit, kan? Gue ikut ya?"
"Ngapain lo kesana? Mau gangguin Kak Sana lagi? Ngga!" Tolak Jihyo keras.
"Gue ngga mau gangguin Sana, gue mau minta maaf ke dia. Gue mau jengukin dia, boleh ya?"
Jihyo menatap wajah melas Taehyung, terlihat jelas kalau laki-laki itu serius dengan ucapannya.
"Sekalian, gua mau ngasih ini ke Sana." Ucap Taehyung sambil mengeluarkan sebuah kotak kado berukuran kecil dari belakang tubuhnya. "Hari ini, dia ulang tahun kan?" Sambungnya lirih.
"Itu, apa?" Tanya Jihyo bingung.
Taehyung tersenyum samar, lalu membuka kotak itu.
"Lo mau niru Kak Namjoon?" Jihyo membulatkan matanya. "Ngga kreatif banget asli!"
"Engga. Ini cincin pemberian nyokap gue dulu waktu dia pulang dari luar negeri. Ngga tau deh, ngapain gue dikasih kaya gini, tapi nyokap bilang, cincin ini harus gue kasih ke orang yang gue sayang."
Ada sedikit jeda sebelum Taehyung kembali melanjutkan ucapannya.
"Tadinya gue mau ngasih ini ke Sana pas gue nembak dia, tapi disaat kaya gini, Sana ngga bakal bales perasaan gue kan? Jangankan bales, jawab aja kayanya engga."
"Maksud lo?" Tanya Jihyo tidak mengerti.
Taehyung menatap Jihyo sebentar, lalu menghela napas panjang. "Sana, dia udah sadar?"
Sekarang Jihyo faham, apa maksud dari pertanyaan Taehyung dan dia menyesal sudah menanyakannya tadi.
"Belum, kan?"
"Belum."
"Jadi, gue mau ngasih ini pas ulang tahunnya aja. Itung-itung sebagai hadiah dari gue. Boleh kan?"
"Terserah lo aja deh. Yuk."
Taehyung tersenyum cerah, saking bahagianya, Ia sampai tidak sadar kalau tangannya sudah menggandeng lengan Jihyo. Menariknya menuju parkiran kampus. Tentu, perjuangan Taehyung datang jauh-jauh ke fakultas kedokteran tidaklah sia-sia.
— — — —
"Chae, Chae." Ucap Jihoon tidak percaya. "Gue ngga tau deh, apa yang lagi lo pikirin sampe kabur segala. Ke Gang Satria, pula."
Chaeyoung hanya tertunduk. Merasa bodoh sekaligus bersalah karena telah melakukan hal itu. Chaeyoung hanya mengikuti kemana langkah kakinya pergi, tanpa tahu tempat apa yang dipijaknya.
Sama sekali.
"Maaf."
Hanya itu. Hanya itu kata yang dapat Chaeyoung ucapkan.
"Chae, gue udah bilang sama lo. Ada gue, ada temen-temen lo. Kita semua selalu ada buat lo, ngga seharusnya lo kabur-kaburan kaya gitu. Meskipun kalian berhasil selamat, tapi gue mohon. Hal kaya gini, jangan sampai keulang lagi."
Jihoon menyudahi sesi ceramahnya dengan menggenggam lengan Chaeyoung. Lalu menariknya kedalam pelukan, menyandarkan kepala gadis itu di dadanya.
"Maaf, Hoon. Pikiran gue kacau banget waktu itu, orang tua gue mau pisah, dan gue ngga tau apa yang harus gue lakuin. Gue juga ngga sadar kenapa gue bisa jalan ke sana."
Chaeyoung terisak didalam pelukan Jihoon. Menyerukan seluruh isi hatinya.
Beruntung.
Chaeyoung sangat beruntung karena Ia dan keluarganya sekarang baik-baik saja, walaupun ketiga temannya tidaklah sebaik dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/201669933-288-k685043.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life [Complete]
Fiksi Penggemar"Hidup-hidup kita, ngga usah lah pikirin apa kata orang lain."