"Engga! Jangan dilepas! Jangan dilepas!"
Teriakan Tzuyu menggema diseluruh penjuru ruangan. Gadis itu tengah mencegah dokter melepas alat-alat yang menempel di tubuh Sana.
Di sofa, Mina sedang duduk berpelukan bersama Chaeyoung. Disebelahnya, Dahyun menundukan kepalanya di paha Jeongyeon. Jihyo? Gadis itu hanya terdiam di pojok ruangan. Matanya merah, tapi tatapannya kosong.
"Engga! Jangan dilepas, nanti Kak Sana ngga bisa napas." Teriak Tzuyu sekali lagi. Menyambut kedatangan Nayeon dan juga Momo diambang pintu.
"Dokter."
Dokter itu menoleh, mendapati seorang gadis tengah berdiri disebelahnya. "Tolong biarkan, sebentar saja." Pinta Nayeon lirih.
Seokjin yang memang datang mengikuti Nayeon dan Momo tidak bisa tinggal diam. Ia mendekat dan menarik dokter itu, memintanya untuk memberikan mereka waktu sebentar.
"Tzuyu."
Tzuyu mendongak. Penampilannya sungguh berantakan.
"Kak Momo." Ucap Tzuyu sambil menjatuhkan dirinya ke pelukan Momo. Membiarkan tubuh mereka berdua terduduk dilantai bersama.
"Cuma segini..." Ucap Nayeon pelan.
"Cuma segini perjuangan lo? Cuma segini kemampuan lo? Cuma segini waktu yang lo kasih buat kita semua. Cuma segini.... Cuma sampai sini lo bertahan hidup?"
Nayeon menatap Sana tajam. Sejujurnya, Nayeon tidak bisa melihat wajah Sana dengan jelas. Matanya tertutupi oleh air yang siap tumpah kapan saja, bahkan jika Nayeon hanya mengedipkan matanya sekali.
"Lo boleh tidur, lo boleh istirahat sejenak, tapi gue ngga pernah izinin lo buat istirahat tanpa pernah buka mata lo lagi. Gue ngga ngizinin, San. Engga! Bangun. Bangun. Gue mohon bangun! Buka mata lo, gue ada disini. Kita semua ada disini."
Seokjin berjalan menghampiri Nayeon, menyentuh bahunya pelan.
"Nay, udah."
"Engga. Gue ngga akan biarin Sana pergi." Ucap Nayeon keras.
Semua yang ada di ruangan itu hanya diam menangis. Mereka juga tidak bisa menerima kepergian Sana dengan mudah.
"Sana, siapa yang bakal jadi moodbooster kita bareng Momo sama Dahyun, kalo bukan lo? Siapa yang bakal jadi pelindung kita bareng Jeongyeon sama Mina, kalo bukan lo? Bangun. Gue mohon bangun. Buka mata lo. Kita semua disini, nungguin lo. Nungguin lo balik sama kita lagi. Bangun, gue mohon bangun Sana! Jangan pergi! Lo ngga boleh pergi!"
Nayeon mengguncang bahu Sana sedikit kasar. Berharap gadis itu akan bangun dan Ia bisa memeluknya dengan erat.
Melihat Nayeon seperti itu, membuat Mina menangis dengan keras dipelukan Chaeyoung.
"Kak, ini mimpi kan? Bilang ke gue ini mimpi, iya kan?"
Jeongyeon hanya bisa mengeratkan pelukannya kepada Dahyun, tanpa menjawab.
"Nay! Lo ngga boleh gitu. Sana udah ngga ada Nay. Dia udah pergi. Ninggalin kita semua. Lo harus relain dia."
Seokjin menarik Nayeon kedalam pelukannya. Membisikan kata-kata penenang untuknya.
"Relain lo bilang?" Tanya Nayeon tajam. "Gimana gue bisa relain dia? Sana itu temen gue, sahabat gue, adek gue! Mana mungkin gue bisa relain dia pergi– gitu aja? Dengan cara kaya gini? Ngga! Sampai kapan pun, gue ngga bakal relain dia pergi!"
Nayeon berusaha melepaskan pelukan Seokjin, tapi laki-laki itu malah semakin mengeratkan pelukan mereka.
"Ini semua gara-gara lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life [Complete]
Fanfic"Hidup-hidup kita, ngga usah lah pikirin apa kata orang lain."