"Momooooo." Panggil Sana keras.
"Kok sepi? Jangan-jangan nih bocah masih tidur."
Sana mencet bel rumah Momo berkali-kali, tapi tetep ngga ada jawaban.
Tumben. Biasanya Momo bakalan keluar kalo Sana udah teriak manggilin dia, tapi sekarang? Langkah kakinya pun ngga kedengeran.
"Masuk aja kali ya? Rumah Momo kan rumah gue juga."
Sana dengan santainya masuk ke dalam rumah Momo. Pintunya ngga dikunci ternyata.
Sepi. Rumah Momo kaya ngga berpenghuni.
"Om? Tante? Yuhuuu."
"Sepi amat. Apa lagi pada pergi?"
Sana ngomong sendiri sambil naik tangga buat ke lantai dua. Lebih tepatnya ke kamar Momo.
Decakan malas keluar dari mulut Sana. Tebakannya benar. Momo masih bergelung didalam selimut dengan posisi tengkurap. Kepala berada di ujung ranjang, sedangkan kaki berada di dekat kepala ranjang. Posisi tidur Momo kebalik.
Abis begadang pasti nih anak. Gue kerjain ah.
Sana senyum sinis, badannya udah mulai ambil ancang-ancang.
BRAK.
DAK.
BRUK.
"ADUUUHH!"
"Sana! Ergh! Punggung gue."
Momo bangun sambil ngusap-usap punggungnya yang abis dijatuhin sama Sana.
Pegel. Sana emang suka seenaknya deh. Rasain. Kena tendang Momo kan jadinya.
Impas, kalo kata Momo mah.
"Momo, pinggang gue. Argh." Ringis Sana. Tangannya gerak buat megang kedua pinggangnya yang terasa nyeri luar biasa.
Oke. Anggap Sana lebay. Tapi kenyataannya emang gitu. Momo nendangnya ga main-main, pinggang Sana sampe nabrak ujung meja kecil yang ada di samping ranjang Momo.
"Mampus! Siapa suruh iseng." Ketus Momo.
"Serius Mo. Ini sakit banget asli."
Momo yang tadinya kesel langsung berubah panik waktu liat Sana ngeringis kesakitan.
"Ga usah becanda lo. Udah ah. Gue mau lanjut tidur lagi." Ucap Momo mencoba buat ngga peduli. Siapa tahu Sana cuma ngerjain dia doang kan?
"Argh. Sial. Kok bisa sakit banget sih?" Gumam Sana.
"Sana..." Ancam Momo. Serius deh. Momo masih nganggep Sana bercanda.
"Gue ga bohong. Ini sakit seriusan. Gue bahkan ngga bisa bangun ini."
Momo akhirnya jalan nyamperin Sana yang masih duduk ngemper didepan meja sambil ngeringis kesakitan.
"Aduh! Jangan di pukul bego. Dibilang sakit juga."
Sana nepis kasar tangan Momo yang barusan secara sengaja memukul pinggangnya.
"Lo beneran kesakitan? Gue pikir bohong."
"Ya lo pikir? Buat apa gue ngeringis kaya gini kalo nyatanya ngga sakit?"
"Ya maaf. Sini gue bantu."
Momo bantu Sana buat tiduran di kasurnya dengan susah payah.
"Lo beneran sakit?" Tanya Momo. Masih ngga percaya.
"Serah lo. Awas aja nanti kalo gue ngga bisa jalan lagi."
"Mulutnya. Gemes gue." Ucap Momo sambil nepuk mulut Sana pelan.
"Ya emangnya lo mau punya temen lumpuh? Ngga kan."
"Maaf ih."
"Udah lah. Kita ngga usah berangkat aja. Sakit aslian."
"Gue emang ngga niat berangkat tadinya."
"Kenapa?"
Momo natap langit-langit kamarnya sendu.
"Gue... Bingung."
— — — —
"Kak Nayeon bucin mulu.""Sana sama Momo? Ngilang ngga tahu kemana."
"Jihyo? Dia mah rajin semedi di ruang BEM."
"Dahyun, Chaeyoung, sama Tzuyu? Jangan harap."
"Mina? Bilangnya mau dateng tapi ga muncul-muncul."
"Sial. Punya temen ngga berguna semua."
Jeongyeon dari tadi ngga berhenti ngeluarin sumpah serapah buat temen-temennya. Jeongyeon kejebak hujan di kampus, dan ngga ada yang bisa dimintain tolong sedangkan dia ngga bawa kendaraan. Padahal Jeongyeon udah spam chat di grup, tapi gaada yang respon. Sekalinya ada malah ngga dateng-dateng. Mana hujannya deras, sepi, dingin lagi. Lengkap sudah penderitaan seorang Yoo Jeongyeon.
"Lo masih sama ya ternyata."
Jeongyeon diem denger suara itu. Ujung matanya nangkap pemandangan sepatu orang itu. Sepatu yang cukup familiar untuk Jeongyeon.
"Hai?"
Namjoon akhirnya milih buat duduk disamping Jeongyeon.
"Pergi." Usir Jeongyeon ketus.
"Jeong, maaf." Ucap Namjoon menyesal.
"Dari dulu kemana aja baru minta maaf sekarang?" Tanya Jeongyeon sinis.
"Jeong, jangan gini lah."
"Gini gimana maksud lo?"
"Gue–"
"Kak Jeong! Buruan masuk!"
Ucapan Namjoon kepotong gara-gara Mina yang tiba-tiba dateng dan nyuruh Jeongyeon masuk ke dalam mobilnya.
"Jeong, tunggu."
"Lepas."
"Jeong...."
"Gue bilang lepas!"
Jeongyeon hempasin tangan Namjoon kasar terus melesat masuk ke dalam mobil Mina.
"Itu...."
"Jangan tanya apapun."
— — — —
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life [Complete]
Fanfiction"Hidup-hidup kita, ngga usah lah pikirin apa kata orang lain."