Kringggg!
Suara alarm membangunkan Vera tepat pukul 5 pagi. Ia segera bangun dan mematikan alarm yang memekakkan telinganya. Sesekali ia menguap karna masih merasa kantuk. Ia duduk beberapa saat sebelum beranjak dari tempat tidurnya. Hari ini ia berniat untuk berangkat lebih awal karna tak ingin kejadian kemarin terulang, dimana ia hampir terlambat datang ke sekolah.
Vera mulai berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Beberapa menit kemudian ia sudah siap dengan memakai seragam putih abunya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 6. Vera mulai memasukkan buku tulisnya kedalam tas. Sebelum keluar kamar ia berniat untuk membuka jendela kamarnya agar udara dapat masuk. Vera mengernyitkan kening saat mendapati sesuatu menempel pada jendela kamarnya. Sebuah kertas dengan coretan kalimat sederhana. Verapun mencoba membacanya.
"Selamat pagi Vera Angelina:) Jangan lupa tersenyum hari ini. Semangat:))"
Vera mencoba mengambil kertas tersebut, lalu mengedarkan pandangannya. Berharap dapat menemukan orang yang menempelkan kertas itu dijendela kamarnya. Namun Vera tak menemukan siapa-siapa disana, iapun memutuskan untuk berangkat sekolah dan membawa kertas kecil tersebut yang ia masukkan kedalam saku bajunya.
Diperjalanan Vera terus memikirkan siapa orang mesterius yang memberinya buku diary dan kata-kata semangat. Apakah orang yang sama? Namun apa maksud dari itu semua. Seolah-olah orang itu tahu tentang kesedihannya.
"Gue penasaran siapa orang yang udah ngasih itu semua, apa mungkin kak Arza. Tapi kenapa dia gak langsung ngasih aja ke gue, ngapain harus jadi orang misterius gitu coba." Vera mencoba menebak siapa orang misterius itu. "Pokoknya gue harus cari tau, gue bakalan coba tanya kak Arza nanti."
Tak lama Vera sampai disekolah. Untung saja ia tidak terlambat, karna memang hari ini angkutan umum banyak yang lewat. Verapun tak mengerti bagaimana bisa kemarin tak ada satupun angkutan umum yang lewat. Apa mungkin para supir benar-benar sedang libur berjamaah?
Vera berjalan menuju kelasnya, keadaan kelas masih sepi hanya baru ada beberapa siswa yang datang. Vera mulai duduk dikursinya yang sudah terdapat Silvi yang sedang memainkan ponsel.
"Eh Vera, tumben udah dateng." Ucap Silvi yang mengetahui kedatangan Vera.
"Tiap hari juga gue dateng pagi kali, cuma kemaren gak ada angkutan umum lewat mangkanya gue datengnya siang. Untung aja gak telat masuk gue."
"Tau sih, kan kemaren dianterin sama kak Arza." Silvi tersenyum jahil.
"Apaan sih lo, gak usah mulai deh."
"Iya deh iya."
Keadaan kembali hening, Silvi kembali memainkan ponselnya dan Vera memilih untuk diam. Vera mengambil kertas yang ia temukan dijendela kamarnya. Lalu menatap kertas tersebut sambil masih bertanya-tanya soal sipengirim kertas.
"Itu apaan Ra?" tanya Silvi penasaran.
"Ini kertas gue temuin dijendela kamar gue tadi pagi." Sahut Vera dan Silvi mencoba membacanya.
"Dari siapa?"
"Gue juga gak tau."
"Apa mungkin dari kak Arza?" tebak Silvi.
"Gue juga mikirnya sih gitu, tapi masa iya kak Arza sampe segitunya. Biasanya dia langsung chat gue kalo ada yang mau dia omongin."
"Terus siapa kalo bukan kak Arza?" tanya Silvi dan Vera hanya menggedikkan bahunya.
Vera kembali memasukkan kertas tersebut kedalam saku bajunya dan memilih untuk memainkan ponsel. Tiba-tiba suara seseorang memekakkan telinga siapa saja yang ada didalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vera Life Story [Completed]
Teen FictionKonflik percintaan, persahabatan, keluarga semuanya ada disini. Perpisahan, perkelahian, kesalah fahaman hingga kehilangan. Yuk mampir baca dan jangan lupa untuk VOTE & COMMENT. Jangan hanya membaca part awal-awal saja. Kamu tidak akan tahu bagaiman...