34 - Hilang Ingatan?

88 3 0
                                    

Pintu ruangan rumah sakit itu tertutup rapat, kini Kevin sedang ditangani oleh dokter. Vera terduduk disalah satu kursi rumah sakit yang berhadapan langsung dengan ruangan tersebut. Vera meremas roknya kuat-kuat, perasaan tidak tenang dan pikiran buruk soal keadaan Kevin memenuhi pikirannya. Bagaimana kalau luka dikepala Kevin parah dan sampai membuat ia hilang ingatan. Vera benar-benar tidak siap untuk hal itu.

"Ra udah dong lo jangan nangis terus, Kevin pasti sedih kalo tau lo nangis." Silvi mengusap pelan punggung Vera berusaha menenangkannya.

"Ini semua salah gue, kalo aja gue gak percaya sama Riki dan mau diajak kerumahnya mungkin Kevin gak akan sampe masuk rumah sakit. Kevin pasti bakalan sehat-sehat aja. Kevin kayak gini karna kebodohan gue." Vera menyalahkan dirinya, merasa menjadi penyebab Kevin masuk rumah sakit.

"Udah Ra jangan nyalahin diri lo sendiri. Lo gak salah apa-apa kok, yang salah disini tuh Riki. Dia yang udah jebak lo."

"Iya Ra, lo jangan ngerasa bersalah lagi ya. Ini semua bukan salah lo. Sekarang kita berdoa aja semoga kak Kevin gak kenapa-kenapa." Tiara ikut menenangkan Vera, tak tega melihat sahabatnya terpuruk seperti ini.

"Oh iya, gue sama Mala udah baikan Ra. Lo udah gak marah lagi kan sama kita, gue sadar apa yang udah gue lakuin waktu itu salah. Maafin gue ya Ra." Tiara terduduk disamping Vera, meminta maaf karna sudah membuat Vera kecewa.

"Iya Ra, gue juga minta maaf ya udah bikin lo kecewa sama kita. Gue juga salah disini, tapi gue janji gak akan ribut-ribut lagi." Mala mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.

"Kita semua sayang sama lo Ra, lo senyum dong jangan sedih terus, kita kan jadi ikut-ikutan sedih." Ketiganya memeluk Vera bersamaan, memberikan ketenangan padanya yang membuat perasaan Vera sedikit membaik. Ia berusaha membuang pikiran buruk soal keadaan Kevin.

"Makasih ya kalian udah baik banget sama gue." Vera menyeka air matanya, menarik napas dalam-dalam agar air matanya tak kembali menetes.

"Iya sama-sama Vera." Balas Silvi. Kini mereka duduk ketempatnya semula.

Vera bersyukur mempunyai sahabat sebaik mereka yang selalu ada untuknya. Sehebat apapun pertengkaran diantara mereka pasti akan kembali lagi seperti semula, seolah tidak pernah ada pertengkaran sebelumnya.

Sudah beberapa menit berlalu dokter belum juga keluar dari ruangan, Vera sangat mencemaskan keadaan Kevin. Vera terduduk dengan menundukkan kepalanya, berdoa dan terus berdoa. Hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.

"Gimana keadaan Kevin sekarang?" tanya Liona yang datang bersama Santi dengan wajah paniknya.

Vera segera berdiri dari duduknya dan langsung memeluk Liona. Tangis Vera kembali pecah mengingat kembali kejadian tadi.

"Tante maafin Vera. Gara-gara Vera Kevin jadi luka, Kevin jadi harus masuk rumah sakit. Ini semua salah Vera, tante maafin Vera." Vera menangis sesenggukan dipelukan Liona.

"Nggak Vera, ini semua gak sepenuhnya salah kamu. Mama kamu tadi udah cerita sama tante, udah ya kamu jangan nangis lagi." Ujar Liona berusaha menenangkan Vera.

"Sini sayang, udah dong nangisnya. Lebih baik kita berdoa ya buat keselamatan Kevin." Santi ikut menenangkan Vera, merasa tidak tega melihat putri kesayangannya itu bersedih.

"Kamu gapapa kan sayang? Riki gak ngapa-ngapain kamu kan?" tanya Santi dengan wajah cemasnya.

"Aku gapapa ma, untung ada temen-temenku yang nolongin aku."

"Itu semua berkat kak Kevin Ra, dia yang nyuruh kita buat dateng kerumah Riki sambil bawa polisi." Jelas Silvi.

Kini Vera terdiam, semakin merasa bersalah karna sudah menjadi penyebab Kevin terluka. Bagaimana bisa ia sebodoh itu, percaya begitu saja pada Riki.

Vera Life Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang