Bel istirahat berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas untuk menuju kantin. Vera dan ketiga sahabatnya merapikan buku dan menyimpannya kedalam tas. Karna kalau tidak begitu saat Vera kembali ke kelas, pulpennya sudah hilang entah kemana.
Lengah sedikit saja, pulpen yang tergeletak diatas meja pasti akan hilang diambil oleh setan pulpen. Siapa lagi kalau bukan orang yang jahil, dan mungkin tidak memiliki pulpen.
Silvi, Tiara dan Mala hendak meninggalkan Vera untuk pergi ke kantin. Karna memang biasanya Vera tidak ikut dan memilih menunggu dikelas. Yap karna dia membawa bekal dari rumah.
"Eh gue ikut," Vera menghentikan langkah mereka dan segera mensejajarkan langkahnya.
"Tumben lo mau ikut, biasanya lo dikelas aja. Lo gak bawa bekel?" tanya Tiara disela perjalanannya menuju kantin.
"Bawa, gue bosen dikelas. Jadi gue ikut kalian ke kantin, hehe." Jawab Vera diakhiri dengan cengiran dan mereka hanya ber-oh ria.
Alasan Vera mengikuti temannya untuk pergi ke kantin sebenarnya karna ingin menghindari Riki takut kalau Riki menemuinya lagi.
Sebenarnya Vera tidak nyaman Riki selalu mengganggunya. Ia hanya tidak enak kalau berbicara yang sebenarnya, ia tidak ingin menyinggung perasaan Riki.
Mereka berempat sudah berada dikantin. Keadaan kantin saat jam istirahat sudah seperti pasar saja.
Mereka berusaha menerobos masuk untuk memesan makanan. Mereka mencari tempat yang masih kosong dan akhirnya mereka menemukan tempat yang berada dipojok kantin.
"Nah disono kosong tuh," tunjuk Silvi sambil menarik tangan Vera untuk menuju tempat yang ia maksud. Diikuti oleh Tiara dan Mala.
"Akhirnya dapet tempat duduk juga," ujar Mala sambil duduk disamping Tiara.
"Kalian mau pesen apa? Biar nanti sekalian gue yang pesenin." Tanya Tiara pada ketiga temannya itu.
"Oh iya gue lupa lo kan bawa bekel ya Ra," Tiara menunjuk Vera lalu menggaruk kepala tak gatal.
"Tadi aja gue bawa bekel gue, makan disini bareng kalian. Yaudah deh gue ambil bekel gue dulu ya." Seru Vera dan dibalas anggukan oleh ketiganya.
Vera berdiri dari kursinya dan melenggang pergi meninggalkan kantin yang semakin dipenuhi siswa, bak lautan manusia.
"Eh kalian mau pesen apa?" tanya Tiara lagi hendak memesan makanan.
"Gue bakso ajadeh, sama minumnya ya es teh manis." Silvi lalu mengeluarkan uang lembar 20 ribu.
"Gue juga samain aja kayak Silvi, nih uangnya. Langsung bayar aja takutnya nanti kelupaan." Mala menyodorkan uangnya dan uang Silvi.
"Oke tunggu ya." Tiarapun pergi untuk memesan makanan.
***
Vera berjalan menuju kelasnya. Karna cuaca cukup terik, Vera tidak memperhatikan kedepan. Ia mencoba menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Memang cuaca hari ini cukup panas, sehingga rasanya Vera tidak kuat untuk memperhatikan sekelilingnya.
"Aduh, sorry gue gak liat," Vera menabrak seseorang didepannya.
"Iya gapapa," ucap seseorang tersebut.
Vera mendongak ternyata orang yang ia tabrak adalah Riki. Ingin menghindarinya malah bertemu dengannya lagi.
"Eh elo Ra, mau kemana?" Riki menanyakan hal yang menurut Vera tidak penting ia mau kemana, karna bukan urusan Riki.
"Ke kelas, yaudah gue duluan ya." Vera melanjutkan langkahnya yang terhenti. Tapi Riki menahan tangan Vera.
Vera segera melepaskan tangannya dari genggaman Riki, takutnya orang berfikiran yang tidak-tidak tentang mereka.
"Maaf gue buru-buru." Vera berlari kecil meninggalkan Riki."
"Gue sayang sama lo Ra, gue bakalan bikin lo sayang sama gue." Dengan senyum yang mengembang Riki menatap kepergian Vera.
***
"Eh Vera mana? Kok lama banget ya," tanya Silvi sembari memakan baksonya.
"Nah itu Vera," tunjuk Mala yang melihat Vera berjalan menuju meja mereka.
"Sorry gue lama, tadi ada urusan dulu soalnya." Ujar Vera sembari duduk dan meletakkan kotak bekalnya diatas meja.
"Ohh iya gapapa," jawab Silvi.
"Kalian udah makan dari tadi ya," Vera melihat mangkuk bakso Tiara yang tinggal setengahnya.
"Nggak kok, yang gue aja masih banyak," Silvi memperlihatkan mangkuk baksonya yang masih utuh.
"Yang gue juga baru dimakan dikit." Sambung Mala.
"Lah itu si Tiara, udah tinggal setengahnya." Tunjuk Vera heran.
"Lo kayak gak tau Tiara aja Ra, soal makanan gak pernah ketinggalan," Mala memutar bola matanya malas.
"Hehe, abisnya gue laper." Tiara kembali memakan baksonya yang hampir habis.
Vera terkekeh melihat kelakuan temannya itu.
Lalu mereka melanjutkan makan siangnya dengan khidmat.Setelah selesai makan siang, mereka beranjak pergi meninggalkan kantin yang mulai sepi karna memang beberapa menit lagi bel masuk berbunyi.
***
Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Kini Vera berada dipinggir jalan untuk menunggu angkutan umum yang lewat. Karna Lulu tidak masuk sekolah terpaksa ia berangkat dan pulang sendirian.
Teman-temannya sudah pulang duluan, padahal Silvi mengajak Vera untuk pulang bersamanya tapi Vera menolak. Sebab ia tidak ingin merepotkan orang lain.
Terik matahari membuat Vera kepanasan, angkutan umum belum juga lewat dari tadi.
"Eh Ra belom pulang?" tanya Riki yang menaiki motornya berhenti didepan Vera.
"Belom nih, masih nunggu angkot," Vera sesekali melirik jam tangannya. Ia takut mamanya mencarinya karna belum juga pulang.
"Ayok gue anter, buru naik." Ajak Riki dengan senyum andalannya.
"Nggak deh Ki makasih, gue mau naik angkot aja," tolak Vera, tidak ingin merepotkan Riki.
"Lo mau nunggu angkot sampe kapan, ini udah sore nanti orangtua lo nyariin. Udah ayok gue anter, tenang gue anterin sampe depan rumah lo." Riki bersikeras untuk mengantar Vera pulang.
"Gue gak mau lo kenapa-kenapa Ra, ayok buru naik," ujar Riki dengan nada cemas.
"Yaudah deh iya." Mau tidak mau Vera menerima ajakan Riki.
"Cukup sekali ini aja gue dianter pulang sama Riki, apa kata Mama nanti gue pulang bareng cowok, apalagi kalo sampe papa tau, bisa gawat." Batinnya.
Vera menaiki motor dengan dibantu oleh Riki karna memang motor Riki yang tinggi hingga Vera kesulitan untuk menaikinya.
Akhirnya motor Riki melaju meninggalkan sekolah. Diperjalanan hanya terdengar kebisingan lalu lintas tidak ada yang mau memulai percakapan.
Karna memang Vera sendiri malas untuk berbicara dengan Riki dan Riki hanya memperhatikan Vera dari kaca spion.
Kini mereka sudah sampai digang kecil menuju rumah Vera. Namun Vera meminta Riki menurunkannya disitu.
"Stop! Stop!" Vera menepuk-nepuk pundak Riki.
"Loh kok berenti disini? Bukannya rumah lo masih didepan ya," tanya Riki sambil membuka kaca helmnya.
"Iya gue turun disini aja, makasih ya," ucap Vera lalu tersenyum sekilas.
"Iya sama-sama. Titip salam buat orangtua lo ya," Seru Riki dan hanya dibalas anggukan oleh Vera.
"Yaudah gue pulang dulu." Riki hendak mebelokkan motornya.
"Hati-hati." Vera pun melanjutkan perjalanan pulangnya dibarengi dengan Riki yang melajukan motornya.
"Apa tadi dia bilang? Salam buat orangtua gue? Gak akan gue salamin, bukan apa-apa gue cari aman aja." Ucapnya disela perjalanan pulang.
***
I'm comeback😉
Don't be silent readers okey😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Vera Life Story [Completed]
Roman pour AdolescentsKonflik percintaan, persahabatan, keluarga semuanya ada disini. Perpisahan, perkelahian, kesalah fahaman hingga kehilangan. Yuk mampir baca dan jangan lupa untuk VOTE & COMMENT. Jangan hanya membaca part awal-awal saja. Kamu tidak akan tahu bagaiman...