61 - Kembalinya Sipembuat Tawa (End)

334 5 0
                                    

Beberapa menit perjalanan kini Kevin sudah sampai dirumah yang ia tinggali saat ini. Kevin memarkirkan motornya ketempatnya semula. Sebelum masuk kedalam rumah, Kevin membungkukkan badannya menghadap motor tua yang baru saja ia kendarai. "Tor makasih ya lo udah nemenin gue. Makasih karna lo tadi gak mogok. Lo jangan ikut-ikutan sedih ya. Biar gue aja. Besok gue pulang ke Padang, lo hati-hati disini. Siapapun yang nempatin rumah ini nanti, semoga dia sabar dan sayang sama lo kayak gue." Seru Kevin yang kemudian mengelus bagian depan motor tersebut. "Selamat malam tor. Gue sayang Vera." Seru Kevin lagi yang kemudian masuk kedalam rumah.

Dibukanya pintu dengan sangat hati-hati karna takut Rere akan terbangun. Jika Rere tahu Kevin keluar rumah, Rere pasti akan melontarkan pertanyaan beruntun. Kevin tak menginginkan itu terjadi.

Akhirnya Kevin berhasil masuk kedalam rumah tanpa membangunkan Rere. Iapun segera masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat. "Syukur deh Rere gak bangun. Kalo dia tau gue abis dari luar, bisa-bisa ribet urusannya." Kini Kevin bersiap untuk tidur karna memang malam semakin larut. Baru beberapa detik memejamkan mata, tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda ada telfon masuk. Membuat Kevin geram karna sudah mengganggunya yang baru saja akan terlelap. "Ish siapa sih malem-malem gini nelfon gue?" kesal Kevin.

Diraihnya ponsel yang diletakkan diatas meja yang ada disamping tempat tidur. Dilihatnya layar ponsel yang menampilkan nama Nana disana. "Si kribo? Ngapain dia nelfon gue jam segini." Heran Kevin yang kemudian mengangkat telfon tersebut.

"Hihihii.. mas Kevin.. godain eneng dong mass.." seru Nana dengan suara yang dibuat-buat.

"Gak usah becanda kribo, gue gak takut. Ada apa lo nelfon gue malem-malem gini? Ganggu tau gak."

"Yaelah Vin, selo aja kaleee. Gapapa sih gue cuma kangen aja sama lo."

"Lebay lo nyed."

"Lagian gak ada yang bisa gue kangenin, pacar gak punya. Yaudah gue kangenin lo aja."

"Jiji gue dengernya. Emang lo belom jadian apa sama si Mala?"

"Belom Vin, gue gak berani nembak dia. Gue takut ditolak."

"Cemen banget lo. Tinggal ungkapin persaan lo doang apa susahnya."

"Susah Vin, lebih susah ungkapin perasaan dari pada ngerjain soal UN."

"Terserah lo deh kribo."

"Eh Vin, rambut gue gimana ini?"

"Gimana apanya?"

"Rambut gue gak tumbuh-tumbuh lagi masa. Jangan-jangan rambut gue mati. Aduh kasian banget rambut gue. Lo harus tanggung jawab Vin."

"Lah kok gue?"

"Iya kan gara-gara gue nolongin lo waktu itu, gue sampe harus korbanin rambut gue yang membahana ini."

"Oh jadi lo gak iklas?"

"Eh gak gitu. Gue iklas kok, yaudah deh iya gapapa. Apa sih yang nggak buat mas Kevinkuuu."

"Jiji gue Na. Lo nelfon gue cuma buat ngomongin hal yang gak penting? Buang-buang waktu gue aja lo."

"Marah-marah aja lo Vin kayak cewek lagi PMS."

"Gue tutup telfonnya ya."

"Eh tar dulu. Gue belom beres ngomong."

"Yaudah buru mau ngomong apa?"

"Besok kita keluar yok. Udah lama gak nongkrong bareng lo." 

"Gak bisa. Besok gue harus pulang ke Padang."

"Yah kok mendadak?"

"Iya nenek gue penyakitnya kambuh lagi. Gue harus buru-buru pulang kesana."

Vera Life Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang