60 - Benar-benar Pergi

145 1 0
                                    

"Vin tunggu!" pekik Rere yang tak mendapat respon dari Kevin. "Vin.. Kevin!" pekik Rere lagi sambil meraih lengan Kevin agar Kevin menghentikan langkahnya.

"Apaan sih?" ketus Kevin yang kini sudah menghadap Rere.

"Gak usah marah-marah gitu dong, santai aja kali." Rere mencebikkan bibirnya.

"Yaudah apa?" Kevin berusaha meredam emosinya.

"Lo kenapa sih? Setelah ketemu sama cewek tadi sikap lo jadi berubah."

"Berubah gimana?"

"Ya lo jadi ketus gitu, lo juga jadi gak peduli sama gue."

"Perasaan lo aja kali."

"Nggak Vin lo emang kayak gitu sekarang. Apa mungkin cewek itu mantan lo?"

"Gak usah ngawur, udah ah gue mau pulang." Kevin mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Rere.

"Apa mungkin lo sayang sama dia?" pertanyaan Rere membuat Kevin menghentikan langkahnya.

"Gak usah sok tau."

"Gue tau."

Kevin berbalik kembali menghadap Rere. "Tau apa lo soal gue sama Vera?"

Rere mencoba mendekat dan kini jarak mereka hanya satu langkah. "Oh iya nama cewek itu Vera. Gue tau soal hubungan lo sama dia."

"Cih, gak usah sok tau deh."

"Lo sama dia saling sayang, tapi hubungan kalian terpaksa berakhir karna lo harus pindah ke Padang. Dan sekarang dia benci sama lo." Pernyataan Rere membuat Kevin cukup terlonjak.

"Dari mana lo tau soal hubungan gue sama Vera?"

"Dari nyokap lo. Dia ceritain semuanya, mulai dari pertama lo kenal Vera sampe hubungan kalian berakhir."

"Pasti lo yang nyuruh mama buat ceritain semuanya."

"Kalo iya emang kenapa?"

"Buat apa lo tau soal hubungan gue sama Vera?"

"Ya gue pengen tau aja, gue kan calon istri lo."

"Gak usah geer." Seru Kevin dengan tatapan tak suka.

"Vin lo lupa? Orang tua kita udah setuju sama hubungan kita."

"Hubungan apa yang lo maksud? Selama ini kita gak ada hubungan apa-apa."

"Vin selama ini kita udah sama-sama dan lo seneng kan ada dideket gue. Gue yakin lo pasti bahagia sama gue."

Kevin tersenyum miring. "Kata siapa gue bahagia sama lo? Nih ya Re, gue cuma anggap lo sebagai adek gue doang gak lebih. Jadi lo gak usah berharap lebih kalo lo gak mau sakit hati." Jelas Kevin dengan penekanan disetiap kata.

"Tapi Vin-"

"Gue mau pulang." Kevin kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Rere.

"Vin gue pulang bareng lo!"

"Lo pulang sendiri." Sahut Kevin yang sudah berjalan cukup jauh.

"Iiiii.. gue kesel! Kenapa sih Kevin selalu anggap gue adeknya dia terus? Cantikan juga gue kali dari pada si Vera Vera itu. Duh.. kesel deh gue." Seru Rere sambil menghentak-hentakkan kakinya. "Pulang sendirian deh, mana panas banget lagi." Keluh Rere yang kemudian mulai melangkahkan kakinya untuk pulang.

Dilain tempat Vera sedang duduk termenung disebuah kursi yang ada diarea taman rumah sakit. Vera menundukkan kepalanya sambil menatap ujung sepatunya. Vera sangat mengkhawatirkan kondisi Santoso papanya, karna sampai saat ini Santoso belum juga sadarkan diri. Tak terasa airmata lolos dari mata Vera. Entah mengapa belakangan ini Vera sering menangis. Ia tidak bisa menahan rasa sesak didadanya. Rasa sakit yang ia rasakan kian bertambah dan ia harus mengobati rasa sakit itu sendirian.

Vera Life Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang