5 - Pengganggu (2)

277 15 0
                                    

Vera sudah berada didalam kamarnya sekarang. Dia merasa sangat lelah karna ketika pulang sekolah tidak ada kendaraan umum yang lewat. Mau tidak mau Vera berjalan kaki dari sekolah sampai rumah. Saat dijalan Vera dikejar-kejar anjing pula. Sial sekali ia hari ini. Tapi untung saja ia tidak sendiri, ia pulang bersama Lulu, karna teman-temannya yang lain mereka dijemput oleh orang tuanya.

Vera berbaring ditempat tidurnya, ia teringat soal Okta, sahabat jauhnya. Vera sempat mempunyai sahabat laki-laki, dia tidak pernah mengabari Vera lagi, dan sekarang Vera merindukannya.

Okta Aldino, sahabat jauh Vera. Mereka sudah kenal cukup lama. Tapi hanya pernah bertemu satu kali dan mungkin itu pertemuan pertama dan terakhir.

Vera masih ingat Okta pernah bilang kalau dia tidak akan pernah meninggalkannya, kalau dia tidak ingin melihat Vera sedih.

"Lo kenapa ngejauh dari gue Ta? Lo bilang, lo gak akan ninggalin gue, kata lo kita sahabatan tapi kenapa lo malah pergi dan seolah-olah kita gak pernah kenal. Gue ngerasa kayak orang asing sekarang. Lo lupa sama gue Ta? Lo lupa?" Vera menangis sesenggukan, menangis dibalik bantal agar tidak terdengar sampai keluar.

Vera memang begitu, ketika rindu dengan seseorang dan tidak tahu harus bahagimana agar rasa rindunya hilang, Vera memilih untuk melampiaskannya dengan cara menangis. Bukan berarti Vera lemah, terkadang itu cara seseorang melampiaskan rasa sesak yang ia rasa agar hatinya merasa sedikit lega.

Vera membuka aplikasi whatsappnya dan mencari nama Okta. Vera hanya bisa membaca kembali percakapan bersama Okta dulu.

Vera sangat merindukan Oktanya, Okta yang sering membuat Vera tertawa, Okta yang selalu mendengarkan cerita-cerita Vera. Mereka memang jauh, tapi Vera merasa sangat dekat sekali dengan Okta.

"Lo udah bahagia ya Ta, sampe lupa sama gue. Lo lupa kalo lo punya sahabat disini, kalo ada orang yang berharap lo balik lagi kayak dulu." Gumam Vera dengan mata yang sembab karna tidak henti-hentinya menangis.

Vera mungkin berlebihan, tapi perasaan Vera benar-benar hancur sekarang. Dia tidak berani untuk menghubungi Okta, karna Vera takut pesannya tidak dibalas, Vera takut mengganggu kebahagiaan Okta. Vera terlalu takut untuk memulai percakapan dengannya.

Vera membaca dari awal percakapannya dengan okta. Begitu manis Oktanya Vera yang dulu sebelum mereka jauh seperti sekarang.

"Lo kenapa sih baik banget sama gue Ta, lo perhatian sama gue?"

"Gue tuh sayang sama lo."

"Iya tau, lo sayang sama gue sebagai sahabat."

"Iya SAHABAT."

"Capek gak sih sembunyi dibalik kata sahabat cuma buat nutupin perasaan yang sebenernya. Karna takut kalo dia tau yang sebenernya dia bakalan ngejauh. Haha kesambet gue."

"Ngomong apa sih Ra, gue gak akan ngejauh dari lo kok."

"Gue usahain buat nggak ada perasaan apa-apa sama lo. Lo sendiri kan yang bilang, kalo cinta bertepuk sebelah tangan itu sakit, ya kan."

"Jangan gitu ah, gak enak bahasnya gue."

"Iya maaf :'("

"Senyum dong gue gak mau orang yang gue sayang sedih."

Lagi lagi air mata lolos dari mata Vera. Sebegitu rindunya Vera pada Okta. Vera memang sempat mempunyai perasaan lebih dari sekedar sahabat dan Okta juga mengatakan kalau dia juga menyayangi Vera.

Vera menyesal pernah mempunyai perasaan lebih dari sekedar sahabat. Vera ingin Oktanya kembali seperti dulu. Perubahan Okta mulai terlihat ketika Vera menerima Naufal menjadi kekasihnya.

Vera menerima Naufal bukan karna Vera benar-benar menyukainya, itu semua Vera lakukan hanya agar perasaannya pada Okta hilang. Tapi Vera salah, perasaannya pada Okta tetap sama, dia tetap menyayangi Okta.

Okta seperti membuat jarak, Okta menjauh dengan alasan tidak ingin merusak kebahagiaan Vera. Vera tidak tahu pasti apa alasan Okta menjauh darinya.

Memikirkan soal Okta tidak akan ada habisnya, itu hanya membuat hati Vera semakin sesak.

Vera memilih untuk menutup aplikasi whatsappnya, ia tidak ingin terlalu larut menangisi seseorang yang tidak akan kembali seperti dulu lagi.

Mungkin Vera terlalu lelah sampai ia tertidur dengan masih memakai seragam sekolah, Vera belum sempat untuk mengganti pakaiannya. Ia juga menyimpan tasnya disembarang tempat.

Vera sangat berharap Okta kembali lagi padanya, kembali lagi jadi Okta yang dulu. Menjadi sahabat Vera selamanya. Tidak masalah tidak bisa bersama, setidaknya jangan seperti sekarang.

***

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Vera terbangun karna suara seseorang mengetuk pintu, dan memanggil-manggil namanya.

"Ra, Vera kamu didalem? Kamu tidur ya. Bangun sayang udah sore, cepet mandi." Teriak Santi dari luar kamar.

Vera sengaja mengunci pintu agar tidak ada yang tahu kalau ia sedang menangis. Ia memang jarang bercerita pada orang tuanya, apalagi cerita soal laki-laki. Pasalnya Vera dilarang berpacaran oleh papanya.

"Iyaa ma," Vera membuka pintu dengan mata masih setengah terbuka.

"Kamu kenapa sayang, kok matanya sembab kayak abis nangis." Tanya Santi dengan nada khawatir.

"Aku gapapa kok ma, tadi kelilipan terus sampe berair gitu matanya." Vera berusaha meyakinkan mamanya.

"Yaudah kamu buru mandi, liat noh udah jam berapa. Gak baik anak gadis mandi terlalu sore."

"Iya Vera mandi sekarang." Vera melangkah menuju kamar mandi, Vera merasa sangat lemas sekali. Mungkin karna tadi menangis menguras tenaganya.

Malam sudah semakin larut, Vera masih tidak dapat tidur juga. Ia membuka aplikasi whatsapp dan terdapat notifikasi chat dari nomor baru.

"Selamat malam Vera."

"Siapa ya malem-malem gini chat gue." Vera mengetikkan balasan.

"Iya, siapa ya?"

"Ini gue Riki, lo masih inget gue kan yang tadi dibelakang sekolah."

"Oh, iya gue inget. Ada apa ya lo chat gue?"

"Nggak ada apa-apa, gue seneng bisa dapet nomer lo, apalagi dapetin hati lo."

"Ish apaan sih nih orang, malem-malem gini ngereceh." Vera berdecak kesal.

Vera kembali mengetikkan balasan.

"Lo dapet nomer gue dari mana?"

"Dari temen lo, gue gak tau sih namanya siapa, tapi gue tau dia temen lo."

Vera memilih mengabaikan pesan dari Riki, karna dirasa tidak penting. Mengganggu istirahatnya saja.

Vera merebahkan tubuhnya hendak akan tidur, dia lupa mematikan data selulernya sehingga terdengar suara pesan masuk.

"Ini siapa lagi sih malem-malem ganggu orang mau tidur." Vera berdecak kesal lalu membuka pesan tersebut yang ternyata Riki lagi yang mengirimnya.

"Selamat tidur Vera, mimpi indah ya. Sampe ketemu disekolah besok."

Vera memutar bola matanya malas. Dia hanya membaca pesan dari Riki tanpa ada niat untuk membalasnya. Bukannya tega, Vera memang sudah malas berurusan dengan laki-laki.

Waktu menunjukkan pukul 23:45, Vera memutuskan untuk tidur. Tapi dia tidak dapat memejamkan matanya, entah apa yang sedang Vera pikirkan, matanya enggan untuk terpejam.

Vera baru bisa tertidur jam 01:15. Siap-siap saja untuk kesiangan besok.

***

Okta please balik lagi sama Vera, hehe. Vommentnya ya😍

Vera Life Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang