Vera masuk kedalam rumah dengan langkah gontai. Sebenarnya ia malas untuk pulang kerumahnya, malas untuk menyaksikan kedua orang tuanya yang belakangan ini sering bertengkar. Daripada harus menghadapi situasi seperti ini Vera lebih memilih untuk mengerjakan soal matematika 10 lembar, kalau bisa. Tapi mau tidak mau kenyataan harus dihadapi kan. Ia tidak bisa terus-terusan menghindar, bagaimana akan selesai kalo seperti itu caranya.
Ketika diperjalanan pulang tadi Kevin sempat berpesan pada Vera agar ia menghadapi semuanya dengan kepala dingin. Walaupun sebenarnya Vera sangat ingin sekali marah pada orang tuanya, tapi sebisa mungkin ia menahan diri agar tidak melakukan hal yang menjadikannya anak durhaka.
Saat sampai diruang tengah, Vera mendapati Santi yang sedang duduk termenung. Merasa kasihan melihat mamanya itu, Vera menghampirinya dan mencoba untuk menanyakan apa yang terjadi.
Perlahan Vera mengulurkan tangannya menyentuh pundak Santi. "Ma, mama kenapa?" ucap Vera lembut berusaha meredam rasa kesalnya terhadap orang tuanya.
"Eh sayang, kamu udah pulang," Santi segera merubah raut wajahnya dengan tersenyum seperti sedang tidak ada masalah apa-apa.
"Mama ada masalah? Cerita dong sama aku."
"Nggak ada kok sayang, mama gapapa." Santi berusaha meyakinkan Vera.
Meskipun Santi mengatakan kalau ia baik-baik saja, Vera masih dapat melihat ada kesedihan dimatanya. Vera merasa ada yang mamanya tutupi.
Vera memilih untuk tidak menanyakannya lagi, takut hanya akan membuat mamanya menjadi semakin sedih. Tapi Vera akan terus mencari tahu alasannya.
"Yaudah Vera ke kamar dulu ya." Ucap Vera yang mendapat anggukan dari Santi.
Vera melenggang pergi menuju kamarnya dengan perasaan tidak tenang. Memikirkan hubungan orang tuanya yang sampai sekarang tidak membaik juga. Vera berfikir mamanya bersedih mungkin karna ulah papanya.
Setelah mandi dan mengganti pakaian, Vera berbaring diatas tempat tidurnya sambil memainkan ponsel. Ia membula aplikasi whatsappnya dan mendapati pesan dari nomor yang tidak dikenal.
Vera mengerutkan dahi, bingung dengan nomor baru yang mengirimkan pesan kepadanya. Tanpa ada keterangan nama dan poto profil.
"Hai cantik." Seseorang mengirimkan pesan yang menurut Vera tidak penting. Ia memilih untuk mengabaikannya.
"Santai aja permainan belum dimulai." Vera semakin bingung dengan apa yang dimaksud orang tersebut. Vera tetap mengabaikannya dan membuang jauh-jauh pikiran buruknya, mungkin hanya orang iseng.
"Lo bakalan jadi milik gue selamanya." Satu pesan lagi masuk dari nomor yang sama. Vera benar-benar bingung sekarang, siapa orang itu dan apa maksudnya mengirimkan pesan tidak jelas. Merasa penasaran siapa sipengirim pesan, Vera berniat untuk membalasnya. Ia menggerakkan jarinya mengetik balasan. "Lo siapa? Apa maksud lo ngomong kayak gitu?"
Sudah beberapa menit namun masih tidak ada balasan. Vera kembali mengirimkan pesan, masih sangat penasaran siapa orang tersebut.
"Gak usah main-main deh, lo lagi jailin gue kan. Sumpah gak lucu!"
Sudah lama menunggu tetap saja tidak ada balasan. Vera memilih untuk tidak memperdulikannya, paling hanya orang jahil, dan tidak akan mengirimkannya pesan tidak jelas lagi.
Merasa bosan, Vera membuka chat grup yang sudah terdapat pesan dari Tiara yang heboh sendiri, karna memang dia yang selalu mengawali percakapan.
*Menyon Squad🐵
"Hai sayangku hari ini aku cantik, cantik bagai bidadari, tapi sayang aku jomblo." Kebiasaan Tiara yang suka mengganti lirik lagu orang seenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vera Life Story [Completed]
Teen FictionKonflik percintaan, persahabatan, keluarga semuanya ada disini. Perpisahan, perkelahian, kesalah fahaman hingga kehilangan. Yuk mampir baca dan jangan lupa untuk VOTE & COMMENT. Jangan hanya membaca part awal-awal saja. Kamu tidak akan tahu bagaiman...