31 - Permintaan Maaf

104 3 0
                                    

Pagi yang cerah, sinar matahari masuk melalui celah jendela. Membangunkan seseorang yang sedang tertidur dengan lelapnya.

Kevin terbangun karna pancaran sinar matahari yang mengenai wajahnya. Ia membuka mata dan melirik jam diponselnya, ia terlonjak dan langsung berlari ke kamar mandi. Yap Kevin kesiangan untuk bangun, secepat mungkin ia melakukan ritual mandinya dan mengganti pakaian berniat untuk mengantar Vera ke sekolah.

Kali ini ia menggunakan mobil agar tidak ada yang mengetahuinya. Setelah dirasa rapi Kevin menuju rumah Vera yang terlihat sepi seperti tidak ada orang di dalamnya. Kevin berharap Vera masih berada di rumahnya. Kevin mengetuk pintu dan tersenyum ramah saat mendapati Santi yang membuka pintu.

"Pagi tante, Veranya udah berangkat belom ya?" tanya Kevin dengan memasang senyum terbaiknya.

"Veranya udah berangkat, lagian ini udah siang. Emang kamu gak sekolah?" heran Santi yang melihat Kevin mengenakan pakaian biasa.

"Nggak tan Kevin lagi gak sekolah, yaudah kalo gitu Kevin pamit." Kevinpun pergi menuju rumahnya untuk mengambil mobil. Ia segera melajukan mobilnya menuju sekolah. Pantas saja Vera sudah berangkat karna waktu sudah menunjukkan pukul 08:20. Kevin lupa tidak mengabari Vera terlebih dahulu.

Kini Kevin sudah sampai di tempat yang ia tuju. Kevin memarkirkan mobilnya dengan jarak cukup jauh dari area sekolah. Ia memperhatikan dari dalam mobil, mungkin ia akan menunggu sampai Vera pulang. Karna sesuatu dapat terjadi pada Vera tanpa ia duga.

***

Vera sedang berada dikelasnya mengerjakan tugas matematika yang membuat kepalanya pening. Ia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi berniat membasuh wajahnya. Siapa tahu saja mengurangi rasa pening dikepalanya.

"Mau kemana lo?" tanya Tiara yang melihat Vera berdiri dari duduknya.

"Mau ke toilet."

"Mau gue anter gak?"

"Gak usah." Vera menolak tawaran Tiara, dan melenggang pergi meninggalkan kelas karna memang guru mata pelajaran yang bersangkutan sedang pergi ke kantor.

Setelah selesai membasuh wajah, Vera hendak kembali ke kelas. Namun langkahnya terhenti saat seseorang menghalangi jalannya. Vera sudah tidak asing dengan orang yang ada dihadapannya, lagi-lagi Sonia dan teman-temannya mengganggu dirinya. Apa untungnya bagi mereka mengusik hidup orang lain.

"Permisi gue mau lewat." Vera berusaha untuk pergi keluar dari kamar mandi, malas berurusan dengan kakak kelasnya itu.

"Eh mau kemana lo?" Sonia mencekal lengah Vera, mencegahnya untuk pergi.

"Mau ke kelas lah, kemana lagi coba," Vera berusaha tidak terlihat takut didepan Sonia, bisa-bisa mereka malah semakin memojokkannya.

"Udah pinter nyaut ya lo sekarang," ucap Sonia dengan tatapan tak suka.

"Kakak nanya ya gue jawab lah."

"Sok ya lo jadi adek kelas, gak sopan ngomong sama kakak kelas, perlu gue ajarin hah?" sentak Sonia.

"Maaf ya kak, ini gue udah sopan sama lo. Kalo mau dihargai ya hargai juga orang lain, jangan mentang-mentang kakak kelas jadi seenaknya sama adek kelas."

"Berani lo sama gue." Sonia melayangkan tangannya hendak akan menampar wajah Vera, namun seseorang mencekal tangannya. Vera berharap seseorang itu adalah Kevin tapi ternyata Riki yang datang menyelamatkannya dari tamparan Sonia.

"Riki lepasin tangan gue. Lo gak usah sok jadi pahlawan." Sonia meronta meminta Riki melepaskan cekalannya.

"Pergi lo semua dari sini!" Suruh Riki pada Sonia dan teman-temannya.

Vera Life Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang